"Uuh uuuu huuu uuuu ..."
Yoga menoleh sejenak pada sang anak yang tiba-tiba bersenandung; mengikuti lagu yang sedang berputar. Setelahnya pria itu kembali fokus pada jalan raya dengan satu tangannya yang mengendalikan stir mobil.
"Kenapa setiap pagi Ayah selalu puter lagu ini, sih?"
Ah, bahkan tadi Liana memang sedang mengejek sang Ayah lewat senandung vokalnya; saking gadis cilik itu keseringan mendengar ayahnya memutar lagu tersebut.
"Liana mau dengerin cocomelon?"
"Kayak bayi aja dengerin cocomelon!" ketus gadis kecil itu, membuat Yoga terkekeh kecil dan mengusak kepala sang anak.
"Pokoknya Liana bakalan selalu jadi bayinya Ayah," ucap pria itu sembari mencubit gemas pipi Liana.
Gadis itu meringis kesal. "Ih Ayah rese! Awas ya, Liana aduin ke Mama!"
Yoga hanya bisa tersenyum tipis. Mau diadukan bagaimana pun, sepertinya Hana juga tak akan mau menemuinya lagi hanya untuk sekadar memarahinya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Kali Kedua [✔]
Short StoryPenyesalan memang selalu berada di akhir, tetapi terlalu bodoh jika itu terjadi untuk yang kedua kalinya. [Sekuel dari Cukup Sudah]