Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Yoga terenyak saat melihat nama mantan istrinya muncul di layar ponsel, membuatnya bergegas untuk mengangkat sambungan telepon tersebut.
"Halo?"
Sapaan terdengar dalam rungunya. Ah, sudah berapa lama ya dirinya tak mendengar suara ini?
Terkadang, bahkan Yoga rindu dengan sapaan setiap dirinya terbangun di pagi hari.
"Ya? Kenapa, Hana?"
"Kamu lagi sibuk banget ya, Mas?"
Yoga mengernyit; merasa aneh dengan pertanyaan tersebut. Pasalnya, sudah cukup lama mereka tidak saling berkomunikasi. Bahkan isi pesan singkat keduanya pun tidak jauh-jauh dari ... ah, sialan. Dia melupakan sesuatu.
"Mas, Liana lagi sama aku."
Yoga benar-benar lupa waktu untuk menjemput Liana.
"Astaga ..." Rasa pening tiba-tiba menyerang kepala, membuatnya memijit pelipis berkali-kali.
"Wali kelasnya tadi yang nelepon aku. Katanya kamu udah dihubungi, tapi nggak diangkat-angkat," terdengar desahan pelan dari Hana, "akhirnya aku yang jemput Liana."
Yoga menyesali keteledorannya. Di sisi lain, dirinya masih bersyukur saat mengetahui bahwa Liana sedang bersama dengan mantan istrinya itu.
"Maaf aku kelupaan, tadi ada meeting juga, jadi yah, maaf ..."
"Jangan minta maaf ke aku, minta maaf ke anakmu, Mas." Terdengar nada kekesalan di dalamnya. "Kata Bu Ira nggak cuma baru kali ini aja Mas lupa jemput Liana? Kalau Mas Yoga sibuk, bilang aja ke aku, Mas. Aku bisa banget kok jemput Liana dan aku bawa ke apartemenku. Nanti setelah selesai kerja, baru kamu jemput Liana ke sini."
"Emangnya kamu nggak kerja?"
"Aku kerja kok. Tapi kalau untuk jemput Liana, aku masih bisa dan aku mau banget ngelakuin itu. Lagian, kerjaanku mungkin nggak sesibuk kamu, Mas. Gimana?"
Yoga terdiam sejenak. Tawaran Hana tampak cukup menggiurkan baginya. Namun di sisi lain, jika dirinya menyetujui gagasan tersebut, agaknya Yoga memang terlihat cukup kewalahan saat mengurus Liana seorang diri.
"I still can handle it, Hana." Yoga dan egonya menjawab dengan tegas.
"Apanya yang keurus kalau kenyataannya malah berulang-ulang terus?"
Sudah skak mat, Yoga. Nyatanya, dirimu memang tidak bisa mengurus anakmu seorang diri.