04

110 57 366
                                    

𝐁𝐢𝐬𝐦𝐢𝐥𝐥𝐚𝐡...

Happy readingg🌷

Cuaca cerah seperti ini memang paling cocok untuk berjemur baju. Kesempatan ini juga digunakan oleh para santriwati. Saat ini, di rooftop asrama hanya ada Putri dan Fitria yang sedang menjemur baju. Sepertinya mereka yang terakhir menjemur baju di sana. Kalian tahu? Di sekitar rooftop sudah banyak sekali pakaian basah yang bergantungan, sehingga membuat mereka mencari ruang yang kosong.

Saat mereka sedang menjemur baju, terdengar kegaduhan suara langkah di bawah, dan suara sedikit ramai dari beberapa orang. Karena penasaran, Putri dan Fitria melihat apa yang terjadi di bawah sana. Terlihat, tiga orang lelaki turun dari mobil yang sudah berada di halaman pesantren.

"Bang Keenan!!" teriak Fitria dari rooftop.

Karena suara teriakan Fitria sangat keras, sehingga membuat beberapa orang mengangkat kepalanya menuju ke sumber suara. "Buset, lu mah. Jangan malu-maluin gua napa." setelah mengatakan itu, Putri berjalan menjauhi pagar pembatas rooftop agar tidak terlihat oleh orang lain.

Tak menghiraukan gerutuan Putri, Fitria tetap saja melanjutkan aksinya itu. "Kenapa gak ngomong mau kesini si bang?!" teriaknya lagi.

Terlihat, seorang lelaki yang sedang berdiri di belakang kedua laki-laki kembar seperti mengisyaratkan untuk turun. Seolah mengerti dengan isyarat tersebut, Fitria segera menuruni tangga.

Setelah selesai menuruni tangga, Fitria berlari ke ndalem. Tak lupa, ia menarik tangan Putri agar mengikutinya.

"Buset dah?! Kalo mau ke sana jangan ajak-ajak gua. Mending pergi sendiri aja, gua malu buset." protes Putri ketika tangannya tiba-tiba ditarik oleh Fitria. Tetapi, Fitria menghiraukan semua protes yang Putri berikan.

Putri menelan ludah kasar, ketika melihat rumah umi yang sangat ramai. Semua tenaga yang ia keluarkan untuk berontak sia-sia. Ia jadi teringat kejadian kemarin ketika semua orang melihat dirinya pulang sehabis dikejar-kejar anjing. Bagaimana pun juga, Putri masih memiliki rasa malu. Ia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi ketika masuk rumah umi. Pastinya Fitria sangat membuat kehebohan yang melebihi dirinya. Putri menjentikkan jarinya ketika mendapatkan ide agar bisa kabur dari Fitria.

Ketika sampai di pintu rumah umi yang sedang terbuka, Fitria diam sejenak dan memperhatikan sekitar. Suasana di dalam sangatlah ramai, sehingga ia tidak bisa melihat orang yang dicarinya. Tiba-tiba, seseorang mengangkat suara yang membuatnya kaget.

"Fitria, Putri, kalian sedang apa? Apa ada masalah?"

Fitria cengengesan. "Anu umi, Fitria lagi cari bang Keenan."

Umi mengangguk mengerti. "Sini, masuk dulu, Keenan lagi di kamar mandi. "

Seolah tak ada rasa canggung dengan beberapa laki-laki yang ada di rumah umi, Fitria langsung masuk ke rumah umi sembari menarik tangan Putri sembari mengucapkan salam.

Ada sekitar sati jam mereka bertukar cerita di sana. Atau, mungkin lebih tepatnya Fitria dengan beberapa orang di sekitarnya.

Terlihat, Putri yang sudah tidak nyaman duduk di sana. 'Asem bener dah. Kalo tau kek gini ujungnya gua gak bakalan ikut kesini.' batinnya.

'Noh, liat tuh. Si Fitria dah nggak perduliin gua lagi, dia udah sibuk sama dunianya sendiri. TERUS GUA DI SINI NGAPAIN AJA BUSET?! Malu bener gua. Mana di sini ada umi, abi, kedua cucu laki-laki umi abi yang ternyata kembar, kakaknya Fitria, terus dua orang laki-laki seumuran kakaknya Fitria.'

'Apa gua izin ke asrama duluan aja ya? Tapi alasannya apa ya kira-kira? Duh, ini nih. Gua nggak suka di adegan-adegan yang kek gini. Masa gua yang banyak ngomong jadi anak pendiem. Ni mulut juga pengen ikut gabung, dah pegel mulut gua cuman diem aja sambil mesam-mesem kagak jelas berusaha ikutin pembicaraan orang lain. Di dapur umi juga noh, ada beberapa orang yang liatin gua seakan-akan dia benci sama gua.'

Lianti Putri (𝐑𝐎𝐌𝐁𝐀𝐊)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang