1. Terlambat

20 3 2
                                    

oh, hi pren!

sebelum membaca cerita ini, mohon untuk vote terlebih dahulu.
dan jangan lupa untuk komen.

btw, follow juga dong akun author 'e:v

baca aja dulu sedikit, kalo kalian gak suka tinggal skip. kalo kalian suka ya bantuin promosi kali.

jangan lupa tersenyum 🙏

happy reading, cinta ku.....

jangan sedih, ayo ngakak dulu

Matahari telah terbit. Sinarnya mampu membuat gadis yang tengah tertidur itu mengedipkan matanya. Bukannya bangun, justru ia malah menarik selimut. Lalu memejamkan matanya kembali.

Ara masih sangat mengantuk. Gara-gara  ia memilih membaca sebuah novel dan menonton film kesukaannya. Gadis itu tidur pukul 3 pagi. Sangat gila memang. Padahal ia tahu, besok adalah hari Senin.

Pintu kamarnya terbuka. Menampilkan sosok wanita paruh baya berambut sebahu dengan baju berwarna merah pekat itu menggelengkan kepalanya.

Wanita paruh baya itu mengambil segelas air di atas meja belajar Ara. Lalu menumpahkannya tepat di kepala gadis berusia 18 tahun itu.

"Bangun!"

"Lihat, sudah jam berapa ini!" Sonya menunjuk kearah jam weker.

Ara langsung terbangun. Seraya mengusap wajahnya yang basah karena tumpahan air itu.

"Bangun cepat anak malas!" Sonya menarik tangan Ara. Hingga gadis itu tersungkur ke lantai.

Ara pun langsung berdiri. Bergegas menuju kamar mandi dengan sempoyongan. Karena kepalanya terasa pusing sekali. Bagaimana tidak? Jam tidurnya saja tidak teratur.

**********

Ara menuruni tangga dengan terburu-buru. Langkahnya terhenti. Kala melihat Titania belum berangkat ke sekolah. Ia menghela napas lega.

Gadis itu melangkahkan kakinya mendekati meja makan yang sudah ada Sonya, Titania, dan Erik, Papa-nya.

"Heh Ara! Lo nanti berangkat sekolah jalan kaki aja! Males gue bareng sama lo." ucap Titania seraya mengunyah makanan dalam mulutnya.

"Titan, gak boleh gitu sayang." sahut Sonya lembut.

"Titan males Ma. Bareng sama dia tuh, Titan di ejek sama temen-temen!"

"Sayang, bagaimana pun juga Ara kan saudara kamu." Sonya membelai rambut milik Titania.

Titania hanya menghela napas berat. Sungguh malas. Baginya dekat dengan Ara adalah sebuah kesialan baginya.

DINARA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang