di ingatkan kembali
kalian wajib vote dan komen, ya.yang vote dan komen terus dapet Jaemin.
gak banyak omong! langsung aja.
happy reading, pren!
"Dinara!!!!" Suara lantang itu membuat Ara segera menemuinya.
Itu adalah suara Erik. Terdengar sangat marah. Mungkin saja, Titania sudah mengadu soal kejadian tadi di sekolah.
"Iya, Pa. Ada apa?"
Tak banyak bicara. Erik langsung melontarkan tamparan keras. Yang berhasil membuat pipi Ara memerah.
"Apa yang kamu perbuat sama Titania?!" tanya Erik.
"Ara gak ngelakuin apa apa, Pa."
"Bohong kamu!" tekan Sonya.
"Lihat Titania sekarang? Dia hanya bisa tiduran di ranjangnya!"
"Apa yang kamu lakukan dengan anak saya!" Wanita paruh baya itu terus menekan Ara.
"Dinara gak ngelakuin apa apa, Pa. Titan tadi di sekolah jatuh sendiri...." Ara menghela napas panjang.
"Titan terpeleset di lantai yang masih basah."
"Iya, itu semua gara-gara lo sialan!" sahut Titania yang baru saja tiba di ruang kerja Erik.
"Ma, Pa. Dinara tuh iri sama Titan. Makanya dia buat lantainya basah, terus Titan biar jatuh."
"Apa benar begitu, Dinara?!"
"Semua itu bohong, Pa." ucap gadis itu.
Plak.
Satu tamparan kembali mendarat di pipi Ara. Itu adalah tamparan dari Sonya.
"Titania itu saudara kamu! Kenapa kamu lakuin itu, Ara?!" pekik Sonya.
Erik mendorong tubuh Dinara. Sehingga tubuhnya menghantam sebuah tembok dengan cukup keras.
"Kamu sudah mendapatkan apa yang kamu mau, Ara! Apa yang kamu iri dari Titania?!" tegas laki-laki paruh baya itu.
Dinara menghela napas panjang. Matanya terpejam. Ia berusaha untuk menahan air matanya agar tidak jatuh membasahi pipinya.
"Kalau kamu masih kurang dengan apa yang kamu dapatkan, katakan! Jangan malah bertindak untuk mencelakai Titania!"
Sonya dan Titania hanya terdiam. Mampus lu sialan! Batin Titania.
Erik menarik rambut gadis itu. "Katakan Dinara! Katakan!"
"Aw...Pa, sakit."
Erik menghantamkan kepala Ara ke tembok sekeras mungkin. Lalu, laki-laki itu mencubit ujung hidungnya. Dan langsung keluar dari ruang kerjanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DINARA [ON GOING]
Short StoryKehidupan Ara berubah ketika dua wanita masuk dalam kehidupannya. Sedikit demi sedikit kebahagiaan yang Ara punya berhasil di rebut. Bahkan sikap hangat sang Papa-nya. "Akan ku rebut kembali apa yang jadi milikku, dulu." ~Dinara Reynata