Part I

188 14 4
                                    

Dug-dug-dug......

Pagi itu, terdengar suara hentakan kaki dari Kim Jimin, putri tunggal dari keluarga Kim yang kini beranjak usia 15 tahun. Waktu sudah menunjukan pukul 07.15 , yang artinya Kim Jimin telat dan berakhir dengan gresak-grusuk.

"EOMMA!!!! Blazzerku dimana?!!" Teriaknya dari lantai 2 , sedangkan sang ibu sedang menyiapkan bekal untuk dibawa sang anak dan suami.

"Hufft...." keluh nya. Setiap hari dirinya selalu kesusahan yang diakibatkan sang putri, dan berakhir  Choi Yuna naik keatas untuk membantu putrinya.

"Sudah eomma katakan berulang kali, blazzer mu selalu eomma letakkan di lemari gantung" gerutunya ke sang putri, dan memberikan blazzer ke putrinya itu.

"Hehehe... Mian-hae eomma... baiklah kalau begitu aku berangkat yaaa!!!" teriak nya lagi sembari berlari ke bawah. "Jangan lupakan bekalmu, Kim Jimin!" Teriak sang ibu sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Baru saja Yuna menghela nafas lega, kini sang suami juga meneriaki nya. "YEOBOOOO!!!!! Kaos kaki ku yang warna abu-abu ada dimana???" Teriak sang suami, Younghoon dari dalam kamar.

"Huftttt... memang ayah dan anak sama saja...." keluh Yuna dan segera bergegas ke kamar nya bersama Younghoon. Yuna hanya berdiri di ambang pintu sembari melipat kedua lengannya seraya menatap tajam Younghoon yang sekarang sedang membongkar semua lemari mereka. Baru seminggu lalu Yuna berberes merapikan barang-barang di kamar itu, kini disulap Younghoon.

"YEOBOO!!!" Teriak Younghoon lagi dan dia tak menyadari Yuna sedang menatapnya tajam. "YEOBOO!!! Kamu--" Younghoon membalikkan badannya menghadap pintu kamar mereka dan melihat Yuna yang hanya berdiri sembari melipat lengannya. "Eohh... kamu daritadi disitu kenapa tidak membantuku..." Gerutu Younghoon lagi dan masih tidak menyadari kalau kekesalan istrinya sudah mencapai batas.

"Hufffftttt...." Yuna hanya menghela nafas panjang, ia tau jika mengomel tidak menyelesaikan masalah dan malah membuat suaminya terlambat ke kantor. Yuna berjalan kearah lemari mereka dan membuka laci pertama yang mana sudah ia susun berbagai kaos kaki.

Yuna pun menyodorkan kaos kaki ke Younghoon dengan tetap diam dan menatap Younghoon datar.

"Kamu simpan di laci situ? Hehehe... Mian-hae, padahal tadi sudah kubuka laci itu tapi tak menemukannya" nyengir Younghoon sambil menggaruk-garukkan kepalanya merasa tak enak telah merepotkan istrinya.

"Hufffttt.. yasudah kamu siap-siap sekarang, jangan sampai terlambat" ucap Yuna singkat seraya berjalan ke dapur untuk bergegas menyiapkan bekal karena ia yakin suaminya itu sudah tidak sempat untuk sarapan.

Younghoon pun segera menyusul sang istri sembari memasangkan dasinya dan Yuna yang melihat itu segera menarik dasi dari tangan suaminya, membantu memasangkan dasi itu. "Kamu dan Jimin memang tidak ada bedanya selalu saja merepotkanku" ucap Yuna sambil merengut kearah Younghoon.

"Yapp... maka dari itu kamu harus tetap bersama kami... arraseo?" kata Younghoon yang membuat Yuna tersenyum melihat tingkah suaminya ini.

"Okeyy.. aku harus berangkat kalau gitu... Annyeong!" Seru Younghoon yang kini sudah masuk kedalam kendaraannya, tak lupa juga dia mencium kening istri kesayangannya itu.

Yuna kini memandang kendaraan suaminya yang sudah keluar dari perkarangan rumah mereka sambil tersenyum manis. "Rutinitas pagi akhirnya selesaii.." ucapnya dalam hati.

"YUNA-yaa... Apa kabar?" seru Lee Saerom, istri dari Lee Jaehyun sahabat Younghoon sekaligus tetangga mereka. Ya, Lee Jaehyun merupakan sahabat dari Younghoon tapi tidak dengan Yuna, dan secara otomatis Lee Saerom juga sebenarnya tidak akrab dengannya.

Yuna hanya tersenyum dan menjawab dengan singkat, "Kabarku baik... maaf ya aku harus kembali mengerjakan pekerjaan rumah... Have a nice day" Ia pun segera berbalik dan memasuki rumahnya.

The Beauty Of WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang