Wang Yibo, pewaris konglomerat yang kekurangan kasih sayang, bertemu dengan Xiao Zhan yang ceria. Mereka tersapu ke dalam romansa penuh gairah dan menghabiskan saat-saat paling tak terlupakan dalam hidup mereka.
Setelah melalui masa-masa indah, apa...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Berlalu dua hari, Wang Yikai merasa bersyukur karena kecelakaan yang dibuat putranya tidak sampai merenggut nyawa, bahkan Yibo sudah mulai menunjukkan tingkat kesadaran yang menggembirakan. Entah ada keajaiban apa hingga putranya membuka mata setelah hari itu ditemui oleh Xiao Zhan. Ia pun akhirnya mengetahui tentang hubungan mereka, dan memahami alasan di balik kegilaan Yibo. Ia tidak pernah menyangka besarnya cinta Yibo pada Xiao Zhan hingga mengambil langkah nekad seperti itu.
Matahari cukup terik siang itu, mencairkan sedikit salju yang menutupi sebagian jalan dan pohon. Wang Yikai tiba di depan kantor hukum Liu Haikuan dan meminta sopirnya untuk menunggu di dalam mobil. Ia disambut dengan baik meski mereka sedang dalam proses tuntutan yang tak kunjung selesai. Sebelumnya ia meminta jaksa itu untuk menelepon Xiao Zhan.
“Tn. Wang, senang melihatmu pulih dalam waktu cepat. Bahkan sepertinya malaikat maut pun sedikit kesulitan menemuimu.”
Kata-kata itu terdengar ketika pria paruh baya itu baru saja memasuki pintu ruangan Haikuan. Kalimat pedas itu keluar dari bibir tipis Xiao Zhan yang berdiri di dekat jendela, menatap penuh penghakiman padanya. Wang Yikai melirik pada Haikuan yang hanya menampilkan senyum tipis, berkata ramah mempersilakan dirinya untuk duduk. Ia memberi anggukkan dan kembali menatap ke arah Xiao Zhan.
“Aku datang membawa perdamaian,” ia berkata. Melangkah pelan mendekati pemuda yang menyembunyikan dua tangan di dalam saku celana.
“Jika keinginanmu terpenuhi, maukah kau kembali pada Yibo dan mendampinginya selamanya?” Tanpa ingin basa basi lebih lanjut, Wang Yikai langsung mengutarakan pada tujuan utamanya datang ke tempat itu.
Kening Xiao Zhan berkerut dalam mendengar perkataan pria tersebut. Bibirnya baru saja terbuka hendak melontarkan kata-kata sewaktu sosok kaya itu tiba-tiba melipat dua kaki dan berlutut di depannya. Xiao Zhan terlonjak mundur dan menarik dua tangannya dari dalam saku.
“Apa yang kau lakukan?” Matanya melirik ke arah Haikuan yang sama-sama menampilkan wajah terkejut.
Wang Yikai terdiam beberapa saat, memejamkan mata diiringi helaan napas. Saat ini ia harus menyelesaikan segala urusan yang berlarut-larut dan ia rela merendahkan diri demi putranya yang masih terbaring di rumah sakit.
“Aku minta maaf,” suaranya mulai terdengar. Tatapan dan wajahnya begitu memohon, tertuju pada pemuda manis yang masih terheran-heran melihat tindakannya.
“Aku tahu kau tidak akan pernah merasa puas sebelum melihatku dihukum. Aku akan memenuhi keinginanmu, tapi aku punya permintaan. Kembalilah pada Yibo. Temani dia dalam menjalani kehidupannya. Dia satu-satunya putraku. Aku sudah merasa sangat bersalah padanya karena mengabaikan hidupnya semenjak kejadian itu. Dia kurang perhatian dan kasih sayang namun dia masih sangat menjaga orangtuanya. Tindakan nekadnya karena dia ingin menghukum diri sendiri menggantikan ayahnya yang coba dia lindungi. Hal itu pun dipicu karena patah hatinya. Saat ini, hanya dirimu yang dia miliki. Setelah ditinggal ibunya, kini aku pun harus meninggalkannya. Dia seorang diri tanpa ada saudara dan kekasih.”