Leonathan Syden, laki-laki berparas tampan berusia 17 tahun, yang di sekolahnya terkenal dengan sebutan cowok tidak berperasaan. Karena Leonathan tidak pernah mengenal yang namanya kasihan, dia seakan hanya mempedulikan dirinya sendiri. Julukan itu sudah berlangsung selama 2 tahun ia bersekolah di sekolah menengah atas, tapi ia tidak pernah sekalipun peduli dengan hal itu. Laki-laki itu, hanya terus bersikap seperti biasanya, menjadi laki-laki yang hatinya tidak pernah tersentuh.
Pagi ini, Leonathan sedang berjalan menuju ke kelasnya berada, tapi tiba-tiba di pertengahan jalan ia di cegat oleh seorang gadis yang terlihat tersenyum malu-malu di depannya, tapi tidak membuat Leonathan bereaksi apa-apa. Laki-laki itu hanya diam, dan menunggu apa yang akan dilakukan oleh gadis itu.
"Leonathan, kebetulan nyokap aku baru pulang dari luar Negeri. Ini aku punya coklat buat kamu," ujar Susan yang merupakan siswi populer di sekolah, tanpa menghilangkan senyuman malu-malunya itu, menyodorkan sebuah kotak persegi di depan laki-laki, itu.
"Nggak butuh!" tekan Leonathan.
Laki-laki itu ingin segera pergi, tapi lagi-lagi gadis itu menahannya agar tidak bisa melangkah.
"Ini coklatnya, bukan coklat murahan kok. Kamu mau ya," ucap Susan dengan kepercayaan diri tinggi, mengambil tangan Leonathan, dan ingin memberikan coklat tersebut, tapi langsung di tepis oleh Leonathan yang membuat kotak persegi itu terjatuh di lantai.
"Jangan pernah sentuh gue lagi," geram Leonathan dan setelah itu langsung pergi, meninggalkan gadis tersebut yang menatap nanar coklat miliknya yang kini berserakan di lantai.
Murid-murid di sekitar koridor, hanya bisa menatap kasihan pada gadis itu, karena mendapatkan penolakan dari laki-laki idaman satu sekolah. Dia pikir dia akan bisa menaklukkan hati Leonathan, tapi ternyata dia salah, karena sekarang dia juga seperti gadis-gadis yang sudah pernah di tolak oleh laki-laki itu. Kepopulerannya sebagai cewek tercantik di sekolah, ternyata tidak ada apa-apanya di mata seorang Leonathan.
Dengan menahan rasa malu, Susan melangkah pergi dari koridor tersebut sambil berlari, sedangkan Leonathan kini telah berada di dalam kelasnya. Seperti biasa, dia tidak akan mempedulikan orang-orang di sekitarnya, dan memilih untuk duduk dan mulai sibuk dengan kegiatannya sendiri, hingga dua orang laki-laki menghampirinya.
Mereka adalah Delvin Lutfan dan juga Kenan Oliver yang merupakan sahabat baik Leonathan semenjak mereka berada di tingkat pertama sekolah dasar, hingga sekarang. Selain kedua laki-laki ini, tidak ada lagi yang dekat dengannya.
"Pulang sekolah ikut latihan nggak lo?" Tanya Delvin, yang posisinya sedang duduk di bangku kosong di depan Leonathan.
"Nggak!" singkat Leonathan.
"Etdah bro. Lo mau sampai kapan bolos, latihan basket, huh?" Tanya Kenan yang duduk di bangku samping Leonathan, yang memang kosong, karena tidak ada yang berani untuk duduk di samping laki-laki itu.
"Gue sibuk! Nggak ada waktu buat main basket," jawab Leonathan seadanya.
"Dih! Sok sibuk amat lo. Nggak usah banyak alasan lagi deh, pelatih udah nanyain lo terus tau," ujar Delvin yang di setujui oleh Kenan.
"Bener banget tuh. Apalagi nanti kan, bakal ada turnamen dengan sekolah lain. Tanpa lo, tim kita bisa kalah oy," cetus Kenan tapi tidak membuat Leonathan peduli. Karena laki-laki itu sekarang malah sibuk, membaca sebuah novel gotik yang baru saja dia beli beberapa hari yang lalu.
"Gila! malah sibuk baca novel. Berasa nggak di anggap sahabat gue kalo kayak gini sih," celetuk Delvin yang membuat Leonathan mengalihkan pandangannya dari buku bacaannya, dan menatap ke arah sahabatnya itu.
"Minggu depan, gue balik latihan. Puas?" Ucap Leonathan dengan nada kesal, karena aktitifas membacanya malah terganggu.
"Nah gitu kek dari tadi. Jadinya kan gue sama Delvin nggak bakal gangguin lo lama-lama." sambung Kenan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enchanted to Meet You
Teen FictionUpdate 3 hari sekali 🤗 Leonathan Syden, laki-laki berusia 17 tahun, yang di sekolahnya terkenal dengan sebutan cowok tidak berperasaan. Karena Leonathan tidak pernah mengenal yang namanya kasihan, ia seakan hanya mempedulikan dirinya sendiri. Juluk...