8. Kedatangan Arka

14 3 0
                                    

Jam telah menunjukkan, waktunya untuk pulang sekolah. Karena Jovanka dan kedua sahabat barunya berbeda arah jalan pulang, maka dari itu mereka pulang berpisah. Walaupun Kanzia yang setiap harinya selalu di antar jemput oleh supir pribadi keluarganya, memberikan tawaran untuk mengantarkan Jovanka terlebih dahulu, tapi gadis itu memberikan penolakan halus, karena benar-benar dia tidak ingin merepotkan sahabat barunya itu.

Dan kini Jovanka sedang menunggu angkutan umum yang akan lewat. Sembari menunggu, gadis itu memainkan ponselnya, hingga seseorang yang tiba-tiba berdiri di depannya, membuat Jovanka dengan refleks langsung mendongak dan melihat siapa orang yang sedang berdiri di depannya ini.

"Kak Arka." gumam pelan Jovanka.

"Iya ini aku, Vanka." Jawab Arka sambil tersenyum.

"Kak Arka, ngapain di sekolah aku?" tanya Jovanka.

Jujur saja kedatangan Arka yang tiba-tiba ini, membuat Jovanka bingung. Gadis itu sama sekali tidak pernah berharap, jika laki-laki itu akan datang menemuinya seperti ini.

"Kita cari tempat dulu yuk. Ada yang  pengen aku bicarain sama kamu." kata Arka, ingin menggenggam tangan Jovanka, tapi gadis itu dengan secepatnya menghindar, hingga tangan laki-laki itu hanya bisa mengambang di udara.

"Bicara aja disini, Kak. Aku mau buru-buru pulang soalnya," ucap Jovanka yang di dalamnya terdapat penolakan halus untuk mantan pacarnya itu.

Arka yang melihat penolakan Jovanka seperti itu, hanya bisa tersenyum miris. Memang sudah sewajarnya gadis itu bersikap seperti ini padanya, tapi tetap saja hatinya terasa sakit ketika Jovanka tidak lagi menatapnya seperti dulu. Laki-laki itu, tidak bisa lagi melihat mata berbinar Jovanka yang dulunya sering melihatnya dengan penuh cinta. Sekarang hanya tatapan biasa saja, seakan tidak pernah terjadi apa-apa di antara mereka.

"Ak... aku ingin kita kembali seperti dulu, Vanka. Jujur, aku nyesel dengan apa yang aku lakukan sama kamu dulu," ungkap Arka pada akhirnya, walaupun ada sedikit perasaan gugup yang melandanya saat ini.

"Maaf Kak, mungkin memang dulu aku mencintai Kak Arka. Tapi untuk saat ini, rasa cinta itu udah nggak ada lagi kak. Dan tentunya kita nggak akan pernah bisa kembali di lembaran yang sama lagi." balas Jovanka dengan tenang.

"Secepat itu, kamu lupain aku? Nggak mungkin, Vanka. Aku tau kamu," ungkap Arka sekali lagi karena ia tidak bisa menerima kalimat yang di lontarkan oleh mantan kekasihnya itu.

"Kak Arka emang tau apa tentang aku? Oh iya, pasti Kak Arka tau, kalo aku cewek bodoh yang bisa dengan mudah percaya sama Kak Arka, sampai aku nggak bisa tau, gimana busuknya Kak Arka dan Elena waktu itu?" tanya Jovanka yang membuat Arka seketika terdiam.

"Vanka... aku beneran menyesal. Setelah kamu pindah sekolah, aku baru sadar, kalo selama ini aku udah suka sama kamu. Hanya aku aja yang nggak sadar, sampai aku bertingkah bodoh seperti itu," ujar Arka yang mendapatkan senyuman tipis dari Jovanka.

"Kak Arka, mungkin kalo situasinya nggak seperti sekarang, aku akan sangat senang mendengar ungkapan hati Kak Arka. Tapi, sekarang aku udah benar-benar menutup pintu hati aku untuk Kak Arka. Rasa cinta aku yang pernah ada untuk Kak Arka, udah lenyap karena rasa kecewa aku sama Kak Arka, karena menjadikan aku layaknya boneka, yang bisa di mainkan sesuka hati," ungkap Jovanka dengan tanpa beban.

Jovanka ingin pergi dari tempat itu, tapi tangannya tiba-tiba di cekal oleh Arka, yang membuat gadis itu menoleh ke arah laki-laki itu.

"Kak tolong lepasin. Aku nggak mau makin di liatin sama anak-anak yang ada di sekolah ini," ujar Jovanka karena ada banyak murid-murid juga yang berdiri di sekitar trotoar dan sebagiannya melihat ke arahnya dan Arka yang sedari tadi berbicara dengan serius.

"Nggak akan, sebelum kamu kasih aku kesempatan buat kembali sama kamu!" tekan Arka di setiap perkataannya.

"Kak Arka apa-apaan sih? Lepasin aku!" berontak Jovanka, karena dia benar-benar tidak paham, kenapa mantannya ini bisa bersikap seperti ini.

"Lo budeg? Dia bilang lepasin!" ucap suara dari arah belakang Jovanka.

Jovanka kenal betul suara itu milik siapa. Itu suara Leonathan, laki-laki yang membuatnya bingung dengan sikap laki-laki itu yang suka membuatnya sulit untuk berkata-kata.

"Lo nggak usah ikut campur. Ini urusan gue sama, Jovanka." ujar Arka, ingin menarik Jovanka ke arah belakangnya, tapi di dahului oleh Leonathan yang sekarang telah berhasil mengambil alih gadis tersebut hingga sekarang Jovanka telah aman berada di belakang tubuhnya.

"Emangnya lo siapa?" tanya Leonathan meremehkan.

"Gue mantannya Jovanka." jawab Arka.

"Mantan kok ngejar mantan," ujar santai Leonathan dengan satu tangan yang dia masukan kedalam saku celananya.

"Lo mending minggir deh. Lo pasti nggak tau apa-apa, jadi jangan sok jadi pahlawan di depan orang-orang. Biarin Jovanka sama gue, sekarang." ucap Arka penuh perintah.

"Lo pikir lo siapa, berani-beraninya perintah gue kayak gitu? Lo kalo benar-benar lelaki sejati, jangan cemen begini jadi cowok. Kalo ceweknya udah nggak mau, nggak usah di paksa," ujar Leonathan.

Murid-murid di sekolah Leonathan dan juga Jovanka tentu merasa kaget, dengan Leonathan yang sekarang banyak berbicara, tidak seperti biasanya. Dan itu dikarenakan oleh seorang gadis yang adalah murid baru di sekolah mereka. Bisik-bisik mulai terjadi, karena mereka mulai penasaran siapa sebenarnya Jovanka, hingga bisa membuat Leonathan terlihat berbeda sekarang.

"Mending lo minggir sekarang, atau lo bakal tau apa yang bakal terjadi setelah ini," ucap Arka terkesan mengancam.

Bukannya merasa takut, Leonathan malah tersenyum miring ke arah Arka.

"Nggak usah sok jagoan." ejek Leonathan.

"Brengsek!" umpat Arka.

BUG

"LEON!" teriak Jovanka, ketika sebuah pukulan mendarat dengan mulus di pipi pria itu.

"Menjauh sekarang Jovanka, kecuali kalo lo mau kena pukulan juga." celetuk Leonathan sebelum akhirnya terlibat perkelahian dengan Arka.

Tidak ada yang berani memisahkan, karena terlihat perkelahian tersebut sangat susah untuk di pisahkan. Orang-orang yang ada disana hanya menghindar agar mereka tidak akan terkena pukulan dari kedua pria yang berkelahi dengan sengit, hingga harus di pisahkan oleh petugas keamanan sekolah.

"Apa yang kalian lakukan, buat malu saja berkelahi di depan sekolah seperti ini," ucap petugas keamanan tersebut tapi tidak mendapatkan jawaban dari kedua pria itu yang masih saling memandang sengit, dengan napas memburu karena perkelahian mereka.

"Pak, saya minta maaf Pak. Ini semuanya salah saya. Mereka berkelahi karena saya, jadi jangan kasih hukuman apa-apa sama mereka." Ungkap Jovanka tiba-tiba.

"Leonathan, kamu tidak apa-apa kan? Apa perlu kamu saya antarkan ke rumah sakit untuk berobat?" Bukannya membalas pernyataan dari Jovanka, petugas keamanan tersebut malah bertanya tentang keadaan Leonathan sekarang.

"Nggak usah." jawab Leonathan.

"Dan untuk kamu, siapa kamu sebenarnya sampai membuat kekacauan disini. Saya pastikan, kamu akan mendapatkan hukuman di sekolah kamu nanti, karena sudah berani merusak kenyamanan sekolah ini," ujar Petugas keamanan tersebut.

"Kok ini petugas keamanan kayak melindungi Leon banget ya." gumam Jovanka di dalam hati.

***

Aciap diriku update lagi. Semoga suka yoo...

20 Maret 2023

IG: Sundiesther

Enchanted to Meet YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang