Setelah membuat ibunya kaget, karena Jovanka masuk ke dalam rumah, dengan keadaan basah kuyup. Saat ini, gadis itu sedang berada di ruang tengah bersama dengan ibunya yang kini memberikan coklat panas pada Jovanka, yang langsung di terima oleh gadis itu, yang sekarang berbalut dengan selimut, karena kedinginan dampak dari terlalu lama kehujanan.
"Jadi, apa yang membuat kamu, tiba-tiba pulang dengan keadaan basah kuyup gini? Terus Arka mana, bukannya kamu selalu di anterin pulang sama dia?" Tanya Elvina, yang membuat Jovanka yang tadinya sudah sedikit melupakan kejadian yang dia lihat di taman belakang sekolah tadi, seketika teringat lagi, ketika nama laki-laki yang sudah dia cap sebagai laki-laki bodoh itu di sebut.
Tanpa bisa di cegah, airmata Jovanka kini meluncur bebas membasahi kedua pipi gadis itu. Dan hal itu tentu, membuat Elvina sebagai seorang ibu, menjadi kebingungan dan juga khawatir dengan keadaan putrinya sekarang.
"Loh sayang, kamu kenapa nangis?" tanya Elvina.
Jovanka meletakkan gelas miliknya yang berisi coklat panas buatan ibunya, lalu memeluk ibunya dengan erat dari samping.
"Ma, Kak Arka sama aku jahat Ma." lirih Jovanka.
"Bilang sama Mama, apa yang udah dia lakukan sama, kamu. Nggak akan Mama biarkan anak itu, menyakiti kamu lagi," tanya Elvina dengan napas menggebu-gebu karena emosi ketika laki-laki yang selama satu bulan ini, selalu mengantar jemput anak semata wayangnya dan sang suami, ternyata telah membuat anaknya menangis.
"Ma, ternyata selama ini Kak Arka nggak suka sama aku. Karena yang di sukai sama Kak Arka itu, Elena teman baik aku. Dan bodohnya aku, aku malah percaya sama mereka berdua, yang ternyata di belakang aku, mereka berdua ternyata suka bertemu diam-diam tanpa sepengetahuan aku. Bahkan Kak Arka sendiri, sampai tanya ke Elena, kapan aku sama Kak Arka bisa putus. Ma, mereka berdua pokoknya jahat banget. Aku nggak mau, ketemu mereka berdua lagi. Aku nggak mau Ma," cerita Jovanka yang membuat Elvina menjadi tidak habis pikir dengan dua orang yang selama ini, selalu bersama dengan putrinya.
"Okay, Mama akan turutin apapun mau kamu, sayang. Tapi sekarang kamu berhenti nangis dulu ya," ucap Elvina sambil melepaskan pelukan Jovanka pada tubuhnya, dan menghapus airmata yang masih terus mengalir di pipi gadis itu.
"Beneran, Mama mau nurutin kemauan aku?" tanya Jovanka, dengan suara serak sehabis menangis.
"Iya sayang, yang penting anak Mama ini senang," jawab Elvina sambil mengusap sayang kepala Jovanka.
"Ma, kalo aku minta buat pindah sekolah, gimana?" Tanya Jovanka akhirnya, mengatakan apa yang ada di dalam pikirannya sekarang.
"Kamu yakin, mau pindah sekolah, sayang?" Tanya Elvina yang dengan cepat mendapatkan anggukan dari Jovanka.
"Aku nggak mau semakin sakit hati, Ma, kalo harus terus di sekolah aku yang sekarang. Apalagi setelah kejadian tadi siang, mereka berdua pasti bakal selalu nunjukkin muka rasa bersalah sama aku, Ma. Aku emang nggak marah sama mereka, tapi lebih ke kecewa, karena mereka bisa-bisanya ngelakuin kayak gitu ke aku," ujar Jovanka yang membuat Elvina mengerti.
"Yaudah, kalo kamu memang maunya pindah sekolah, nanti kita tunggu Papa kamu pulang kerja, terus kita bicarain lagi ya," balas Elvina yang membuat Jovanka menggangguk semangat.
"Makasih Ma. Aku sayang Mama," ucap Jovanka sambil memeluk tubuh ibunya saking senanngnya.
"Kalo gitu, sekarang kamu nggak boleh nangis lagi. Kamu anak Mama yang cantik, nggak pantes nangis karena laki-laki kayak Arka itu. Mama yakin deh, pasti kamu bakal dapat pengganti Arka yang lebih jauh ganteng deh pokoknya," ungkap Elvina yang berniat untuk menghibur Jovanka.
"Nggak dulu deh, pusing aku. Tapi kalo cowoknya kayak yang anterin aku pulang tadi boleh deh. Duh padahal kita nggak saling kenal, tapi dia malah mau anterin aku pulang biar udah basah karena hujan, dengan mobilnya." ujar Jovanka tiba-tiba yang membuat Elvina menjadi penasaran.
"Anak Mama ini, tadi nangis-nangis sekarang malah muji cowok lain. Memangnya, siapa yang anterin kamu pulang tadi, Vanka?" Tanya Elvina penasaran, di akhir kalimatnya.
"Namanya Leonathan Syden, Ma." jawab Jovanka.
"Kamu suka sama dia?" Tanya Elvina, yang langsung mendapatkan gelengan kepala dari Jovanka.
"Nggak Ma, aku cuma bercanda tadi. Lagian, cowok kayak dia, mana mau sama aku kan," ujar Jovanka yang sekarang kembali meminum coklat panasnya.
"Kamu suka juga nggak apa-apa, ya yang penting dia nggak kayak Arka aja," balas Elvina.
"Ih Mama, jangan main setuju-setuju, aja. Aku sama dia aja, nggak mungkin bakal ketemu lagi," ucap Jovanka yang membuat Elvina tersenyum.
"Mama juga cuma bercanda tuh. Emang kamu doang yang bisa bercanda sama Mama," ucap Elvina yang membuat Jovanka mengerecutkan bibirnya.
"Astaga Mama."
"Udah sekarang mending kamu istirahat dulu. Nanti, kalo udah waktunya makan malam, nanti Mama bangunin," perintah Elivna.
"Yaudah Ma, kalo gitu aku ke kamar ya sekarang," balas Jovanka dan setelah itu menuju ke kamarnya berada.
Di dalam kamarnya, Jovanka kembali lagi menangis. Hatinya benar-benar terluka hari ini, tapi dia tidak mau terlalu menunjukkannya pada ibunya tadi. Tapi di saat dia sudah dalam keadaan sendiri seperti ini,dia tidak bisa menahan airmatanya untuk tidak mengalir lagi.
Di balik selimutnya, isak tangis gadis itu terus terdengar, sampai akhirnya dia tertidur karena kelelahan terus menerus menangis. Tidak lama kemudian, pintu kamar Jovanka terbuka dan kembali tertutup. Jovanka yang berpikir jika Elvina tidak tahu, jika sedari tadi dia menangis, nyatanya wanita paruh baya itu sekarang sedang duduk di pinggir tempat tidur putrinya yang sekarang sedang pulas tertidur.
"Mama tau sayang, semuanya nggak mudah. Tapi Mama yakin, kamu akan bisa melewati semuanya," gumam Elvina sambil tersenyum.
Sedangkan di lain tempat, Leonathan baru saja sampai di apartemennya, yang telah pria itu tinggali semenjak dia telah menginjak SMA. Seketika laki-laki itu langsung mengeraskan rahangnya, ketika melihat dua orang yang sedang asyik bersantai sambil menonton tv di ruang tengah apartemennya.
"Buat apa kalian kesini?" Tanya Leonathan, yang membuat dua orang tersebut langsung menoleh ke arah laki-laki itu.
"Leo, kamu udah pulang, Nak?" ucap Raihan, ayah Leonathan berdiri dari duduknya dan hendak ingin mendekati laki-laki itu.
"Jangan mendekat! Saya tidak mau berdekatan dengan orang yang sudah membuat Mama saya menderita, sampai Mama akhirnya memilih untuk pergi," ucap Leonathan dengan pandangan terluka, tepat ke arah sang ayah.
"Leo, kamu kenapa bisa basah kayak gini, Nak? Biar Mama ambilkan handuk ya buat kamu," ujar Deisy, Ibu tiri dari Leonathan.
"Anda, tidak usah sok perhatian sama saya!" tekan Leonathan pada setiap perkatannya.
"Leo, kamu jangan bicara seperti itu, sama Deisy, dia itu Mama kamu sekarang." ucap Raihan dengan nada normal.
"Mama? Sejak kapan wanita nggak tau malu ini, setelah berhasil merusak rumah tangga orang lain, menjadi Mama saya? Dia memang istri Anda, tapi bukan berarti dia itu Mama saya, Tuan Raihan Syden yang terhormat," ungkap Leonathan tanpa takut.
BUG
"Leonathan, Papa nggak pernah ajari kamu berkata seperti itu ya," ujar Raihan setelah berhasil memberikan sebuah bogeman mentah di rahang sang anak.
"Emangnya, selama ini apa yang bisa saya pelajari dari anda, selain cara berselingkuh dan menyakiti hati istri sendiri?" Tanya Leonathan yang tanpa rasa takut sama sekali.
TBC
Karena ini Valentin's day, jadinya aku update satu hari lebih cepat. Kan seharusnya besok. Tapi nggak double up ya, bab selanjutnya besok sesuai jadwalnya. Anggap aja ini bonus update deh.
See you guys
14 Ferbuari 2023
IG: Sundiestherrrr
KAMU SEDANG MEMBACA
Enchanted to Meet You
Novela JuvenilUpdate 3 hari sekali 🤗 Leonathan Syden, laki-laki berusia 17 tahun, yang di sekolahnya terkenal dengan sebutan cowok tidak berperasaan. Karena Leonathan tidak pernah mengenal yang namanya kasihan, ia seakan hanya mempedulikan dirinya sendiri. Juluk...