Sebulan berlalu...
Hari ini, merupakan hari pertama bagi Jovanka bersekolah di sekolah barunya, setelah hampir sebulan dia disibukkan dengan proses perpindahan sekolahnya itu. Jarak sekolahnya dengan rumahnya, terbilang hanya cukup memakan perjalanan selama setengah jam menggunakan kendaraan beroda empat, ataupun beroda dua yang tentu akan semakin cepat tiba di sekolah.
Dan sekarang gadis itu sudah berada di dalam ruangan guru, bersama dengan seorang guru yang merupakan guru yang akan menjadi wali kelas barunya.
Karena wali kelasnya tersebut juga akan mengajar di kelasnya pagi ini, maka Jovanka di minta nanti untuk bersama-sama saja untuk ke kelasnya.
"Jovanka, ayo kita ke kelas sekarang." ajak Ibu Yanse.
"Eh... iya Bu." jawab Jovanka.
Jovanka dan wali kelasnya Ibu Yanse, berjalan beriringan menuju ke kelasnya berada. Gadis itu hanya berharap, jika akan menemukan teman baru, yang akan bisa menerimanya apa adanya nantinya. Dan tentu saja, dia berharap tidak akan menemukan teman yang seperti saat dia masih bersekolah, di sekolah lamanya dulu. Karena tentu saja, Jovanka tidak ingin lagi, bertemu dengan teman seperti Elena.
Kelas yang tadinya begitu berisik, seketika hening ketika Jovanka dan Ibu Yanse masuk ke dalam kelas.
"Selamat pagi, anak-anak." sapa Ibu Yanse.
"Selamat pagi, Bu!" seru satu kelas.
"Widih ada anak baru nih," ujar Delvin sambil bersiul.
"Delvin!" tegur Ibu Yanse.
"Saya hanya bicara aja loh, Bu. Kan memang benar, cewek cantik yang ada di depan kelas itu, anak baru." balas Delvin, yang membuat Ibu Yanse menggelengkan kepalanya.
Karena kelakuan Delvin yang seperti itu, jadi Ibu Yanse sudah tidak kaget lagi. Sedangkan Jovanka, fokus gadis itu tertuju pada satu titik, dimana seorang laki-laki yang duduk di dekat jendela sangat dia kenal. Walaupun laki-laki itu tidak melihat ke arahnya, dan sibuk dengan kegiatannya sendiri, tapi Jovanka tentu tidak mungkin salah mengingat orang.
"Jovanka, ayo perkenalkan diri kamu." ujar Ibu Yanse.
"Baik Bu." cetus Jovanka sambil mengalihkan pandangannya dari laki-laki, yang telah menarik perhatiannya sejak dia masuk kedalam kelasnya ini.
"Halo semuanya, perkenalkan nama saya Jovanka Gunadhya. Kalian bisa panggil saya, dengan sebutan Vanka. Salam kenal semuanya, semoga kita bisa menjadi teman baik kedepannya," ucap Jovanka dengan senyuman cerahnya.
"Senyumannya, parah manis banget." puji Delvin.
"Delvin, kamu tidak boleh, mengganggu Jovanka. Dia masih anak baru disini, dan kamu tidak boleh membuat dia sampai merasa tidak nyaman," sekali lagi Delvin mendapatkan teguran dari Ibu Yanse.
"Yaelah Bu, saya kan cuma ngomong apa adanya aja. Lagian itu Jovankanya aja, nggak masalah tuh." ungkap Delvin.
Ungkapan Delvin itu, membuat seisi kelas langsung riuh, hingga membuat Ibu Yanse harus turun tangan dengan cepat.
"Udah-udah, semuanya yang tenang sekarang. Ini bukan di pasar ya," tegur Ibu Yanse yang langsung membuat semuanya terdiam.
"Jovanka, sekarang kamu bisa duduk di kursi yang bersebelahan dengan Leonathan ya. Leonathan, tolong angkat tangan kamu, untuk membuat Jovanka lebih mudah ke tempat duduknya," ujar Ibu Yanse yang langsung di turuti oleh Leonathan, walaupun fokus pria itu pada buku pelajaran.
Dengan langkah penuh semangat, Jovanka melangkah ke arah tempat duduknya berada. Tempat duduk di kelasnya, memang di sediakan perorangan, dan untuk itu setiap masing-masing orang, memiliki jarak tertentu dengan meja yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enchanted to Meet You
Roman pour AdolescentsUpdate 3 hari sekali 🤗 Leonathan Syden, laki-laki berusia 17 tahun, yang di sekolahnya terkenal dengan sebutan cowok tidak berperasaan. Karena Leonathan tidak pernah mengenal yang namanya kasihan, ia seakan hanya mempedulikan dirinya sendiri. Juluk...