Part 2

648 46 8
                                    


oo00oo

Pagi-pagi sekali, suasana rumah sudah terbilang sepi. Hanya tinggal Raya seorang yang tengah menunggu Angkasa datang menjemputnya. Dewi sudah pergi ke butik miliknya untuk mengurus kedatangan stok. Begitupun Gio dan Aurel yang memilih berangkat lebih pagi dari biasanya.

Sembari menunggu, Raya memotong buah jambu menjadi beberapa bagian kemudian ia masukkan potongan buah tersebut kedalam blender. Raya membuka salah satu rak yang berisi jejeran botol minum miliknya dengan berbagai jenis dan warna yang berbeda. Tangannya terulur mengambil sebuah botol kaca dengan corak pink yang sesuai dengan warna jus tersebut.

Angkasa 🪐
Ra, Bunda udah berangkat?
Kamu berangkat sama Bunda dulu ya?
Aku ada urusan mendadak di sekolah pagi ini. Jadi nggak bisa jemput kamu.

Raya menghentikan aktivitasnya seketika. Buru-buru mendownload aplikasi ojek online sebelum terlambat. Napas lega Raya hanya sampai aplikasi tersebut terpasang, karena beberapa kali memesan namun beberapa kali pula terkena cancel dari pihak driver. la juga sudah berkali-kali menghubungi Rachel namun hanya status off yang tertera.

"Aaaa, gue harus minta tolong siapa dong!" geram Raya menekan-nekan kasar layar ponselnya sampai tak sengaja menampakkan update status milik Zafran, salah satu teman sekelas Angkasa. Zafran meng-upload sebuah foto motor bagian depan motornya dan menunjukkan latar belakang rumah Raden dengan caption 'Jemput ayang ke sekolah bareng'. Tanpa menunggu lama, Raya menggeser tombol reply yang tersedia.

*****

Di dalam, Ratna dan Zafran asik bercengkrama mengenai sebuah roti yang biasa Ratna siapkan untuk Zafran. Sesekali terdengar tawa lepas layaknya ibu dan anak. Sementara Raden memainkan ponselnya sembari menunggu di teras. Mama nya itu terkadang lupa terhadap dirinya jika sudah bertemu Zafran. Bahkan perbincangan mengenai roti pun bisa melebar kemana-mana.

Raden tak sengaja melirik layar ponsel Zafran yang menyala di atas meja. Mulanya, Raden tak peduli, namun melihat nama Raya tertera dalam notifikasi, tangan Raden terulur mengambil benda tersebut, menggeser layar ke atas yang tidak dikunci.

"Heh, ngapain lo--" Belum sempat menyelesaikan ucapannya, Raden menarik tangan kanan Zafran, mengembalikan ponsel tersebut.

"Gue berangkat dulu, tolong bilangin Mama," potong Raden cepat buru-buru menaiki motornya.

Zafran melihat ponselnya yang masih menampakkan room chat milik Raya. Beberapa pesan dari Raya meminta tolong kepada Zafran untuk memesankan ojek online.

*****

"Eh, kok jadi lo yang kesini sih?" tanya Raya sedikit kaget melihat Raden yang berhenti didepannya dengan melepas helm.

Beberapa menit yang lalu, Raya meminta bantuan kepada Zafran untuk memesankan ojek online karena sudah beberapa kali ia memesan sendiri namun beberapa kali pula terkena cancel dari pihak driver. Biasanya, Angkasa yang akan menjemputnya pagi-pagi. Namun, hari ini Raya mendapat pesan dari Angkasa yang mengatakan bahwa laki-laki itu ada urusan sehingga tidak dapat mengantarkannya ke sekolah.

"Naik, Ra. Anggap aja gue ojol," kata Raden.

Raya menautkan kedua alisnya bingung. Bagaimana pula Raden tahu dirinya tengah menunggu ojek online yang dipesankan Zafran.

"Tapi gue udah pesen ojol kok, Den," tolak Raya.

"Mau telat?"

Raya menggeleng, "Ya enggak sih."

"Yaudah, ayo."

Keduanya sama-sama bungkam dalam perjalanan. Raya hanya menatap jalanan yang sedikit padat seperti hari-hari biasanya. Di persimpangan lalu lintas, mata Raden tak sengaja menangkap sosok Angkasa yang berhenti tak jauh didepannya. Ia melirik Raya sekilas dari kaca spion, gadis itu masih sibuk mengamati jalanan. Raden memberi jarak antara dirinya dengan Angkasa. Raut wajahnya tak terbaca dalam helm full face nya melihat Angkasa tertawa bersama gadis dibelakangnya, Sania. Tak lama, lampu merah berganti hijau. Angkasa melajukan motornya melewati jalanan arah lurus. Raden menepikan motornya berniat mengambil jalan lain dari yang Angkasa lewati.

Menyadari Raden mengambil jalan memutar, Raya sedikit memajukan kepalanya agar Raden bisa mendengar suaranya ditengah kebisingan lalu lintas.

"Den, kok lewat sini? Kan tadi tinggal lurus aja," kata Raya.

"Gapapa. Gue pengen lewat sini."

Raya hanya mengangguk tipis. Tak lama, motor Raden berhenti didepan SMA Permata. Raya menuruni motor perlahan, sementara Raden mengulurkan satu tangannya ke belakang seolah menghalangi Raya agar tidak terjatuh.

"Makasih ya, Den," ucap Raya. Ia melirik sekilas jam tangan yang melingkar ditangan kirinya. "Lo nggak telat kan? Udah hampir jam tujuh ini."

"Masih lima belas menit lagi," jawab Raden.

Raya mengangguk, menatap sebotol jus jambu dingin yang ia bawa dari rumah tadi.

"Buat lo," ucapnya menyerahkan botol tersebut.

"Apa?"

"Buat lo, Den. Makasih ya udah anterin gue."

"Nggak usah, buat lo aja," tolak Raden.

Raya memutar bola matanya. Tangannya mengambil satu tangan Raden dan menyerahkan botol tersebut.

"Gue masuk dulu. Makasi ya," ucap Raya sebelum Raden kembali menolak dan mengembalikan jus pemberiannya.

Raden tersenyum tipis menatap jus ditangannya dengan botol pink senada dengan warna jus tersebut. Raden tahu betul, Raya hobi membeli barang-barang yang terlihat aesthetic. Contohnya botol yang ia pegang saat ini. Sedikit corak pink yang berpadu dengan warna kaca transparan ditambah sedikit gambar dan gantungan didekat tutupnya. Raya, gadis itu selalu mengenakan botol yang senada dengan warna isi jus.

Raya menyusuri koridor dengan memainkan ponselnya mendapati dua notifikasi chat yang belum ia baca.

Angkasa 🪐
Sayang, udah di sekolah?
Maaf ya aku gabisa jemput kamu hari ini.

Zafran bukan Zapran
Ra, sorry banget, waktu tadi lo chat gue, gue masih dirumahnya Raden dan langsung dipanggil sama Mama nya Raden. Terus kayaknya Raden liat chat lo. Soalnya hp nya gue tinggal di sofa depan
Lo berangkat sama Raden kan? Gue liat tadi tu anak buru-buru setelah liat hp gue.

*****

Sudah terhitung satu tahun lebih hubungan antara Angkasa dan Sania terbilang usai. Meski sempat asing, namun sekarang kedekatan keduanya mampu membuahkan gosip-gosip bahwa mereka menjalin hubungan yang telah selesai, alias balikan.

Sudah bukan pemandangan asing lagi saat Angkasa bersama Sania. Banyak tatapan kagum menatap keduanya seolah mereka adalah couple goals SMA Dharmasakti.

Sania tersenyum tipis menatap Angkasa yang berjalan disampingnya saat melewati koridor menuju kelas mereka. Beberapa bulan menjauh dan berjarak, akhirnya Sania bisa kembali berjalan disamping Angkasa sedekat ini. Bahkan, Sania masih hapal wangi parfum Angkasa yang begitu familiar di indera penciumannya.

"Belum puas ngeliatin gue?" tanya Angkasa menoleh. Menatap Sania yang langsung mengalihkan pandangannya.

"Dih, siapa yang ngeliatin lo?" Sania menetralkan pandangannya, menatap ke arah lain begitu Angkasa balik menatapnya.

"Liatin lagi aja gapapa," kata Angkasa menatap ke depan, seolah membiarkan Sania menatapnya lagi.

Sania menggeleng, mendorong lengan Angkasa pelan. "Apaan sih lo. Udah ah gue mau ke kelas duluan aja."

Sania berjalan cepat meninggalkan Angkasa dibelakangnya. Sementara Angkasa menggeleng pelan dengan senyuman tipis diwajahnya menatap Sania yang berlari kecil menjauh darinya.

"Lucu," gumamnya.

oo00oo

ANGKASA RAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang