Part 6

109 15 2
                                    


oo00oo
Sebelum membaca, tekan tombol bintang di bawah ya<3

Langit sore ini menampakkan gradasi jingga yang mengingatkan Raya pada Angkasa yang selalu mengajak dirinya berkeliling kota melihat senja dari berbagai penjuru kota. Raya terdiam di balkon kamar dengan mendengarkan sebuah lagu yang terputar dari earphone-nya. Sejak selesai mengerjakan tugas miniatur tadi, Angkasa masih tak kunjung membalas pesan darinya. Berbeda dengan Raden dan Zafran yang langsung membalasnya begitu ia mengirimkan pesan berisi ucapan terima kasih karena mereka telah membantu dirinya dan Rachel untuk menyelesaikan tugas miniatur.

Raya kembali memasuki kamarnya, menutup pintu serta tirai balkon sebelum senja terbenam. Matanya menatap buku bersampul coklat yang terletak diatas meja belajarnya. Buku pemberian Angkasa yang hanya sesekali ia sentuh untuk sekedar menuliskan beberapa kalimat dalam lembarannya. Karena Angkasa sudah cukup selalu ada dan mendengarkan ceritanya sampai sekarang.

"Tumben banget Angkasa. Bentar lagi malem tapi belum ada kabar. Ketiduran atau lagi diluar kali ya?" gumam Raya.

*****

Sania menyuapkan suapan terakhir bakso miliknya ke dalam mulut. Disebelahnya, Angkasa sesekali melirik Sania. Sejak dulu, penjual bakso favorit gadis itu tak pernah berubah. Sania juga sesekali berbicara ringan pada Angkasa, menceritakan dirinya yang masih sering membeli bakso di tempat ini. Angkasa menatap teduh Sania, gadis itu menyadari tatapan Angkasa mengernyitkan alis bingung.

"Kok gitu banget ngeliatinnya?" tanya Sania. Satu tangannya mengambil ponselnya dari dalam tas yang ia gunakan untuk mengaca. "Ada yang aneh dari muka gue?" ucapnya melihat pantulan dirinya dari layar ponsel.

Angkasa menggeleng. "Cantik."

Sania menahan senyumnya. "Udah ah, ayo pulang. Keburu kesorean."

Kini motor Angkasa melaju membelah suasana jalanan yang sedikit ramai. Berbicara ringan kesana-kemari sesekali tawa renyah keduanya terdengar. Banyak hal yang Sania rindukan dari Angkasa, begitupun sebaliknya. Hanya di jemput Angkasa selesai pelatihan lomba, kemudian sekedar berkeliling mencari udara, hingga makan bakso di tempat yang Angkasa dan Sania sering kunjungi dulu membuat Sania seketika merasa segala tentang Angkasa yang hilang telah kembali.

Sesampainya dirumah, Sania bergegas membersihkan diri. Sebentar lagi senja tenggelam tergantikan oleh malam. Ia merebahkan diri sembari menggeser layar ponselnya yang menampilkan beberapa fotonya bersama Angkasa tadi. Sania lanjut mengirimi beberapa pesan untuk Angkasa. Status pengiriman menunjukkan tanda centang satu. Mungkin saja, Angkasa tengah membersihkan diri sesampainya dirumah.

******

Malam sudah menggantikan senja. Raya bolak-balik mengecek ponselnya, namun masih tak berubah. Angkasa masih saja belum membalas pesannya sejak sore tadi. Tidak ada pikiran buruk yang terselip dalam pikirannya saat ini, kecuali mengenai keadaan Angkasa. Jika sedang tidak bersamanya, Angkasa terkadang membawa motor dengan kecepatan laju. Oleh sebab itu, sering kali Angkasa memberi kabar bahwa dirinya sudah sampai dirumah dengan cepat. Hanya terhitung beberapa menit untuk menempuh perjalanan.

Raya beralih menghubungi Raden dan Zafran, menanyakan sedikit mengenai Angkasa yang sore tadi buru-buru pergi hingga belum mengabarinya sampai sekarang. Mungkin saja Angkasa tengah bersama mereka melanjutkan tugas makalah yang belum selesai dikerjakan, pikirnya.

Raden
Gue juga nggak tau kenapa tadi Angkasa buru-buru, Ra.
Nanti coba gue tanyain ke Angkasa ya.

Zafran
Gue juga gatau, Ra.
Emang freak dia.
Jangan terlalu dipikirin, mungkin aja Angkasa lagi ada urusan.
Mending lo mikirin gue aja.
Hehe, canda ya, Ra.

Raya menghela napas pelan, meletakkan ponselnya kembali. Lebih baik dirinya mengerjakan beberapa tugas yang kurang.

*****

Selesai makan malam, Angkasa kembali ke kamarnya. Ia mencabut kabel charger yang tersambung pada ponselnya lalu menekan tombol power untuk kembali mengaktifkan benda tersebut. Beberapa notifikasi dengan nama pengirim yang berbeda terlihat menyerbu aplikasi chatting-nya. Pesan milik Raya menjadi pesan pertama yang Angkasa balas, gadis itu hanya mengirimkan beberapa pesan yang menanyakan keadaannya tanpa banyak spam. Baru saja akan membuka pesan dari Sania, Raden kembali mengiriminya pesan meskipun pesan sebelumnya belum terbaca.

Raden
Urusan penting di sekolah? Apa? Jemput Sania?

Angkasa
Lo kenapa sih, Den?

Raden
Lo yang kenapa!

Angkasa menekan tombol kembali dari room chat nya bersama Raden. Ia balik mengirimi beberapa pesan untuk Raya meskipun pesan yang dikirimkan sebelumnya belum berbalas. Sementara itu, Sania nampak mengirimkan beberapa foto. Angkasa yang membukanya sedikit tersenyum kecil melihat beberapa fotonya bersama Sania tadi. Dirinya balik mengirimkan foto Sania yang tengah memakan bakso sebagai balasan. Lucu, tulisnya pada keterangan foto yang Angkasa kirimkan.

*****

Raya kembali memasuki kamar setelah selesai berkumpul bersama Dewi, Gio dan Aurel di bawah. Sepulang dari kantor, Gio sengaja membawa beberapa buah tangan sebagai oleh-oleh. Gio sadar, dirinya dan Dewi lebih kerap disibukkan oleh urusan pekerjaan.Meski begitu, meluangkan waktu untuk sekedar mendengar cerita kedua putrinya tak pernah terlewatkan. Apalagi, semenjak Raya menjalin hubungan dengan Angkasa yang sepengetahuan Gio Angkasa adalah sosok yang mampu menjaga dan melindungi Raya. Tak jarang, Angkasa menggantikan dirinya untuk mengantar Raya jika hendak keluar untuk membeli sesuatu.

Raya hampir saja melupakan ponselnya yang sejak tadi tergeletak diatas ranjang. Layarnya menyala menampilkan banyak pesan masuk. Rupanya, Angkasa sudah membalas pesannya sejak tiga puluh menit yang lalu. Raya membalas sekilas pesan dari Angkasa. Sedikit merasa lega sebab Angkasa mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja. Meski begitu, Raya merasa sedikit kesal. Bagaimana bisa setelah terburu-buru pergi lalu menghilang hingga malam tanpa membalas pesan darinya.

Sementara itu, di ruang makan, Sania menyantap hidangan makan malamnya sembari sibuk memainkan ponselnya. Gadis itu sesekali tersenyum tipis saat Angkasa berkali-kali mengirimkan foto candid dirinya saat makan bakso tadi.

"Lucu banget, lucu banget," gumamnya sambil mengambil tangkapan layar pesan dari Angkasa untuk ia kirimkan kepada Dinda, sahabatnya.

Sania meletakkan sendoknya sedikit keras hingga menimnulkan bunyi saat layar ponselnya menampilkan panggilan video masuk dari Angkasa. Ia meletakkan ponselnya bersandar pada gelas dengan kamera yang mengarah padanya lalu menggeser tombol hijau yang tertera. Angkasa nampak tersenyum padanya dari seberang sana.

"Lagi ngapain?" sapa Angkasa.

Sania memperlihatkan sendok yang berisi satu suap nasi didepan kamera. "Makan."

Dari kejauhan Bi Mina memperhatikan Sania yang sesekali tertawa ringan melihat hanya tersisa satu atau dua suap nasi di piring Sania. Biasanya, gadis itu jarang sekali menghabiskan makan malamnya jika kedua orang tuanya belum pulang.

oo00oo

Next...

Follow IG : @amaryllis.s_

ANGKASA RAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang