3. Mencuci Otak

1.4K 193 5
                                    

Dane yang awalnya membangunkan Iyel karena sudah saatnya bayi itu makan sedikit terkaget mendengar suara kran air di wastafel dapur menyala

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dane yang awalnya membangunkan Iyel karena sudah saatnya bayi itu makan sedikit terkaget mendengar suara kran air di wastafel dapur menyala. Dengan perasaan was-was, Dane membaringkan Iyel di ranjang besar lalu meletakkan guling di samping kanan dan kiri bayi itu untuk membatasi pergerakan si mungil.

"Ayah ke dapur sebentar ya. Iyel tunggu disini, oke?"

Seperti memahami ucapan Dane, Iyel tertawa senang dan berbicara dengan bahasa bayinya.

Dane tersenyum lebar melihat tingkah buntalan lemak kesayangannya itu. Setelah mencuri kecupan di pipi gembul Iyel, Dane melangkahkan kakinya menuju dapur.

Ayah satu anak itu mengernyit heran ketika melihat salah satu bocil kematian milih sahabat dekatnya sedang mencuci tangan di wastafel dapur rumahnya.

"Noven?"

Mendengar suara Dane, Noven menoleh menatap lelaki itu. Pria kecil itu mematikan kran air, lalu bersiap meloncat dari kursi meja makan yang dijadikannya tumpuan untuk mencuci tangan karna wastafel Dane masih terlalu tinggi untuk bocah usia 5 tahun itu.

Setelah berhasil turun, Noven mengampiri Dane lalu berdiri tepat di hadapan lelaki itu. Pria yang lebih kecil mendongak lalu menatap Dane dengan sengit.

"Uncle nakal!"

Kerutan di kening Dane tampak semakin dalam. Ini bocil satu kenapa lagi? Padahal seingat Dane, dia tidak melakukan sesuatu terhadap Noven loh.

"Uncle udah gak sayang Noven lagi!"

"Siapa yang bilang?"

Dane berjongkok untuk mensejajarkan tingginya dengan tinggi Noven.

"Semenjak ada dia, uncle gak mau ajak Noven main lagi!"

Dane awalnya bingung siapa yang dimaksud dia oleh Noven. Tetapi ketika menyadari maksud dari pria kecil di depannya ini adalah Iyel, bayi mungil sasaran kebucinannya, Dane sedikit tidak terima.

"Huwaaaa-hiks"

Lamunan Dane buyar ketika mendengar Noven menangis. Ayah satu anak itu mengangkat Noven dalam gendongannya lalu membawa pria yang lebih kecil menuju kamarnya. Dane tidak tega meninggalkan Iyel terlalu lama sendirian.

"Uncle masih sayang Noven"

"Uncle-hiks-lebih sayang Noven apa dia-huks?"

Dane meringis. Dalam hatinya, lelaki itu ingin menjawab Iyel. Ya mau bagaimana lagi, Iyel itu hasil kerja keras dan keringatnya semalaman. Tentu saja Dane menyayangi bayi itu lebih dari dirinya menyayangi Noven.

Ayah muda itu mendudukkan diri di pinggir ranjang lalu menurunkan Noven untuk duduk di samping Iyel.

"Noven lihat Iyel deh sini"

"Gak mau!"

Noven membuang muka. Pria yang lebih kecil itu kesal karena Dane justru mendudukkannya di samping musuhnya memperebutkan kasih sayang Dane.

Cutie BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang