Chapter 3 : Misi Yang Gagal

14 3 0
                                    


Saat membuka ruang kelas, pengajar itu memberikan senyuman kepada Luna. Namun itu bukan senyuman ramah, tapi lebih tepatnya senyuman yang mengancam.

"Bukankah saya bilang 5 menit?"

"Perut saya sangat sakit." Ucap Luna sambil menunduk.

"Benarkah?" tanya pengajar itu.

"Benar bu, jika anda tidak percaya, anda bisa menanyakan pengawas di sekitar." ucap Luna.

"Baiklah, lain kali jangan terulang lagi." ucap pengajar itu.

Luna duduk kembali di tempat duduknya, dan bel pergantian kelas mulai berbunyi. Guru selanjutnya memasuki ruang. Saat ini adalah pengajar Biologi, dan sampai kepada bel pulang sekolah berbunyi.

"Berdiri." ucap Luna untuk menyampaikan salam.

"Beri salam, Terimakasih sudah memberikan ilmu. " Ucap Luna dan diikuti murid yang lain.

Dengan selesainya pelajaran di sekolah, Luna mempercepat langkah kakinya namun berusaha untuk menepati aturan mengenai tata krama berjalan. Alasan dirinya mempercepat langkahnya adalah, ia ingin cepat pulang dan beristirahat. Sebab, di malam hari ia akan beraksi untuk panggilan jasa pencurian, itupun jika ada yang menghubunginya.

Sampai di depan gerbang sekolah, tinggal satu langkah lagi saja, ia dapat keluar dari gerbang sekolah. Tapi, realitanya tidak seperti itu. Seorang pengawas bertanya kepada dirinya, "kamu tidak dijemput?" Tanya pengawas itu.

Luna berhenti seketika, lalu menjawab "Ah iya, aku membawa kendaraan."

Pengawas itu tersenyum sedikit "kecerobohan akan membawakan kepada keburukan." Setelah mengatakan itu pengawas tersebut pun pergi.

Luna kembali ke tempat parkiran dan bersembunyi di belakang pohon saat teman-temannya masih berada di luar mobil mereka sambil mengobrol.

"Sial, bagaimana aku bisa pulang jika masih ada mereka." Luna menggigit kuku jempolnya.

Berdiri diam tanpa suara di belakang pohon sangat melelahkan. Kaki Luna mulai pegal, tapi jika ia keluar dari persembunyiannya, maka percuma saja perjuangannya selama lebih dari 20 menit bersembunyi.

Saat roda mobil teman kelasnya mulai bergerak, Luna menghela nafas lega karena ia dapat berhenti bersembunyi.

Luna masuk kedalam mobilnya dengan santai, dengan segera ia menyalakan mesinnya setelah sabuk pengaman ia kenakan. Mobilnya membelah angin menjadi dua, lajunya sangat cepat karena ia ingin segera sampai di surganya. Kamarnya adalah surganya.

Setelah sampai di kamarnya, ia merebahkan dirinya tanpa melepas seragamnya terlebih dahulu. Mata indah itu terpejam, angin memasuki kamarnya tanpa permisi membuat gordennya bergoyang tertiup angin seakan sedang menari, yang terakhir adalah suara kicauan burung yang sampai ke telinganya dengan merdu.

"Kedamaian ini tidak akan dapat terbeli oleh apapun." Gumam Luna.

Drrtt

Suara dari deringan handphone dari saku jas sekolahnya berbunyi. Tangan itu dengan malas meraih handphone yang terus berdering.

"Aku tidak suka kedamaian ku diganggu." Bibir ranum itu bergumam. Tanpa melihat siapa nama yang menelpon, gadis itu mengucapkan kata halo di handphone nya.

"Saya dengan Mike, kudengar anda memiliki jasa yang unik."

"Cepat katakan apa maumu?"

"Hahaha, baiklah. Saya akan membayar sebanyak satu koper uang untuk anda apabila anda dapat mencuri, lebih tepatnya mengambil kembali barang saya yang diambil oleh nenek-"

MY ANGEL OF DEATHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang