3. Laut

1.3K 108 3
                                    

Alih-alih bayangan tentang Kanara, selalu menghantui pikiran Laut akhir-akhir ini.

"Kamu siapa sih Ra?, kenapa lo selalu terlintas dalam otak gua?," ucap Laut lalu mukul kepalanya keras.

"TOLONG!"

Suara itu, suara yang tidak asing di telinga Laut. Waktu seolah berhenti di sana.  Menoleh kebelakang, segala aktifitas seolah juga berhenti termasuk langkah kaki gadis itu. Di antara gerimis, Kanara berlari menghampiri Laut.

Laut diam, terdengar jelas suara napas yang memburu dari Kanara di telinganya.

Laut menyipitkan matanya, untuk melihat objek dengan jelas.

Sedetik kemudian Laut mengerutkan keningnya. "Kanara?"

"Ikut gua!, nggak usah banyak tanya," ucap Kanara, lalu menarik tangan Laut sembari berlari.

Sesampainya di dalam gudang, Kanara melepaskan pergelangan tangan Laut.

"Akhirnya aman, Tian tidak akan mungkin menemukan kita disini."

Laut kembali mengerutkan keningnya, bingung dengan semua ini.

"Ngapain lo disini, wah lo ngikutin gua ya Lun? Parah enggak lucu tau!"

Laut mengerjap. Memutar bola mata malas, lalu melipat kedua tangannya pada dada.

"Bukannya lo yang nyeret gua sampai kesini?, dasar cewek aneh!"

Kanara cengengesan, menunjukkan deretan giginya yang rapi. Gadis itu memukul kepala pelan, mengapa ia harus mengikut sertakan Laut dalam masalah ini, bisa-bisa cowok itu akan terlibat semakin dalam.

"Lo nggak usah banyak tanya, jantung gue hampir copot karena Tian di semakin nekat dengan mau nyulik gue!" jelas Kanara.

"Sampe dermaga?," tanya Laut.

"Dia mau balas dendam sama gua, perihal kejadian tadi siang di sekolah, gua muak Lun," ungkap Kanara, dengan wajah memalas.

Laut menghela nafas panjang, ia tidak habis pikir dengan jalan pemikiran Tian.

Lalu Laut menatap keluar jendela gudang, cukup lama ia mengamati gudang ini, sepertinya dulu gudang ini adalah gudang ikan.

"Kenapa jam segini lo di pantai?," tanya Kanara.

"Gua?"

"Iyalah masa setan!" Kanara memutar bola mata malas.

Kanara tidak habis pikir dengan cowok culun ini, Laut tidak semenarik itu, bahkan sampai detik ini Tian masih manjadi pemenang hatinya di 2019.

"Gua sesuka itu kepada pantai Na," jelas Laut, lalu menatap pantai yang terdengar jelas desiran ombak yang menyatu dengan angin.

Kala itu entah kutukan dari tuhan atau memang ulah semesta, ia kembali di pertemukan dengan Kanara.

"Karena kebetulan atau tidak, nama lo Laut, dan lo suka ke pantai," kata Kanara, tertawa kecil.

Hal-hal kecil itu tidak terlepas dari tatapan Laut pada Kanara.

Tidak mungkin!, mana mungkin ini yang dinamakan jatuh cinta pada pandangan pertama.

Laut tidak pernah menyangka bahwa dirinya bisa bersekolah di SMANIC,  sekolah yang dikenal dengan hampir semua siswanya yang keturunan orang kaya. Tetapi Laut?, laki-laki itu hanya bisa mengandalkan beasiswa dan prestasinya untuk bisa masuk di SMANIC.

"Akhirnya Tianjing pergi juga!," ucap Kanara, ia muak disini, dengan cowok culun seperti Laut.

Melihat Kanara mendobrak pintu pun, membangkitkan Laut untuk ikut mencoba. "Biar gua saja yang buka Ra."

"Mundur Ra, gua mau dobrak pintu ini," ucap Laut, namun ternyata gagal.

Kanara mendengus, "Lemah lo culun!"

Gadis itu menghela nafas kasar,  menyandarkan punggung pada tembok.

Malam itu terasa begitu tidak bisa, angin berhembus, tidak begitu kencang, namun rasanya menusuk jaket tebal yang dikenakan oleh Laut. Bintang juga tidak banyak bertebaran di langit malam.

Malam membuat laki-laki itu ingin menulis rindu, bukan untuk dibaca. Karena rindu yang sesungguhnya telah di tinggal di tepian senja.

Melihat Kanara yang kedinginan karena hanya memakai dress berwarna biru, membuat ia kasihan.

Laut melepaskan jaketnya, lalu berjalan menghampiri Kanara dan memakaikannya pada gadis itu.

"Terus lo bagaimana?, gua tidak setega itu untuk membiarkan lo kedinginan sementara gua hangat," kata Kanara.

"Pakai saja, memprioritaskan perempuan lebih penting," ucap Laut.

"Tapi lo nanti kedinginan bego, tolol banget sih lo!"

Laut menghela nafas kasar, kenapa Kanara senang sekali mengatakan tolol kepada dirinya. Padahal di SMANIC dirinya terkenal sebagai siswa berprestasi dengan IQ tertinggi, hanya saja kesalahan terbesar yang di pandang guru dari dirinya adalah, Laut lebih mengutamakan orang lain.

"Mau lo pandang gua bodoh, tolol, gua nggak peduli Ra. Asalkan lo enggak sakit."

Kanara mengangkat sebelah alisnya, menatap heran kepada laki-laki di depannya ini. Laut versi di sekolah sangat irit berbicara.

Kerasukan setan pantai mana nih bocah.

Bodo amat. Sejak kapan Kanara perduli kepada orang lain.

Cukup lama keduanya terdiam, Kanara mulai menanyakan hal yang menurut Laut sangat konyol.

"Kenapa lo nggak punya temen di SMANIC?," tanya Kanara.

"Lo sendiri?"

Kanara meneguk ludah. Dia merasa baru saja di-roasting habis habisan oleh si culun itu.

Kanara menatap Laut emosi. "Gua enggak pernah suruh lo buat membalikkan pertanyaan gua!"

Laut tertawa kecil melihat ekspresi wajah Kanara.

"Mana ada yang mau temenan sama orang tolol dan penyakitan kayak gua Ra," jelas Laut, membuat Kanara terdiam.

"Apaan sih!, cuman gua yang boleh manggil lo tolol."

Mungkin saja, orang-orang menjauhi Laut karena mereka menganggap cowok itu membosankan dan culun. Bagaimana dengan dirinya yang di jauhi semua orang karena di cap sebagai anak haram.

"Kenapa ya dunia ini jahat banget, gua juga sama kayak lo Lun. Gua enggak pernah punya temen, mereka menjauh dan lo tau kan si Tian, dia selalu saja mengganggu hidup gua," jelas Kanara.



















HAPPY READING

KALO SUKA SAMA CERITA INI JANGAN LUPA FOLLOW AUTHOR BIAR KALO NANTI BUNLA UP ADA NOTIF DI KALIAN. 😍💐

DIA LAUTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang