12. Laut

701 67 3
                                    

Sore itu hujan dengan curah sedang, mengguyur daerah Jogja, di jalan Malioboro hampir 1 jam lamanya. Yang mengharuskan Laut untuk menepi di halte bus, saat itu sepi akan kendaraan yang melintas di jalan raya.

"Yah, hujan lagi, akhir-akhir ini hujan semarak sekali turun," kata Kanara.
"Mana gua lupa lagi bawa jaket," lanjut Kanara.

Cukup lama terdiam.

"Pakai jaket, punya gua saja," tawar Laut lalu memberikan jaketnya pada Kanara.

"Lo pakai apa?"

Laut menggeleng, berkata "Pakai saja asal kamu nggak sakit."

"Dihh sok kuat lo, entar kalo lo tiba-tiba pingsan disini gua juga yang susah, nih pakai!" Kanara mengembalikan jaket itu pada Laut.

"Yasudah berdua saja."

Ide gila itu tiba-tiba saja melintas dari pikiran laki-laki itu, tetap saja tidak ada pilihan lagi untuk keduanya.

Kanara menyentil kening Laut,   "Bego, mana muat!"

Tangan Laut menarik tangan Kanara, lalu membawa gadis itu kedalam pelukannya. Agar mereka sama-sama hangat. Kanara melotot, memberontak, namun Laut tidak kunjung melepaskan pelukannya.

"Anjir mesum, lepasin gua!" sarkas Kanara.

"Diem Ra, dingin banget gua enggak tahan," ucap Laut dengan suara bergetar.

Karena merasa kasihan dengan Laut, Kanara pun mencoba menerima posisi ini.

Setelah beberapa menit, Kanara merasa sangat pegal. Laut pun tidak ada pergerakan sama sekali.

"Laut gua pegel,"

Tak kunjung mendapat respons, Kanara merasa kesal.

"Laut!"

"Ni bocah tidur atau bagaimana sih!"

"Laut bangun anjir..."

"Gua enggak apa-apa Ra," ujar Laut masih dengan menutup mata.

Laut tersenyum. Kanara menghela nafas kasar, merasa lega.

"Gua pikir lo mati lun."

"Emang kalo gua mati lo bakalan nangis Ra.?"

"Ogahh!, gua bakalan ketawa."

Segitu bencinya lo sama gua Ra.

Beberapa menit sudah berlalu, hujan hujan juga akhirnya reda. Namun, perasaan Kanara pada Tian tak kunjung reda.

"Terima kasih Laut, sudah anterin gua," kata Kanara.

Laut mengangguk, lalu pergi meninggalkan pekarangan rumah Kanara.

"Anjir kepala gua!"

Tak sadar sedari tadi Kanara berjalan sembari memakai helm dan belum melepaskan helm milik laut.

"Awas saja nih pintu, besok-besok gua ganti lo," kesal Kanara lalu melepaskan helm milik Laut.

Tetapi rasa sakit kejedot pintu, tidak sesakit saat ia melihat Tian kembali dengan masa lalunya. Kurang sabar apa lagi dirinya, apa salah jika ia masih mengharapkan orang lama untuk kembali lagi.

"Apakah gua ikhlas melepaskan lo?, tentu jawabannya tidak. Hanya saja gua mencintai lo secara dewasa. Tanpa komunikasi, tanpa kabar." Gumam Kanara. 


****

"Tumben banget lo kagak bawa dasi, biasanya aja lo sok rajin" ujar Kanara mentertawakan kecerobohan laut. Kanara melepaskan dasi yang di pakainya dan memberikannya kepada laut.

"Pakai, gua nggak mau lo dihukum terus lo pingsan. Ntar beban gua nambah lagi"

Kanara beranjak berlari ke lapangan dan ikut bergabung dengan anak-anak yang tidak memakai dasi dan melanggar peraturan lainnya. Laut tidak ingin kanara dihukumz karena kecerobohannya. maka dari itu, Ia akan menemani kanara disana. Laut berlari dan menyusul kanara.

Laut pun ikut bergabung dengan kanara dan anak-anak lainnya. Kanara menatap kesal kearah laut. Kakinya sengaja menginjak kaki laut dan cowok itupun meringis kesakitan sembari memegangi kakinya.

"Bodoh banget lo, udah gua kasih kemudahan. Malah lo makin merumitkan diri lo sendiri" tugas kanara. Laut menghela nafasnya dan berkata.

"Mana mungkin gua liat lo menderita dan gua baik-baik saja"

Kanara tertegun dengan kalimat yang laut katakan. Mereka dihukum berjemur lapangan, sembari hormat ke tiang bendera. Kanara sudah tidak tahan lagi dengan sinar matahari yang menyengat. Tian masih berdiri di samping kelas Ia mengamati kedua sejoli tersebut. Dan dirinya pun menguping pembicaraan keduanya.

"Gara-gara si culun anjing" gumam laut.

Kanara dan laut masih berdiri hormat ke tiang bendera di tempatnya. Kanara merasa sangat pusing, karna sedari pagi dirinya belum sarapan sama sekali.

Perhatian laut kini, beralih kepada kanara. perempuan itu terlihat sangat lelah, bisa dilihat dari raut wajahnya yang pucat. Awalnya, mata kanara silau. Karna sinar matahari namun, Karna tiba-tiba saja tangan besar milik laut menaruh tangannya di atas kepalanya dengan jarak satu jengkal.

Tetapi rasanya kanara tidak sanggup penglihatannya mulai memburam dan tubuhnya terasa lemas.

Brukk

"Kanara...."

Laut pun menghentikan aktifitasnya, Ia tidak perduli jika hukumannya nanti akan bertambah. Tian yang melihat itupun berlari kearah lapangan dan menepis tangan laut yang hendak akan menggendong kanara untuk ke UKS. Ia mengambil alih kanara dan membawa perempuan itu ke dalam gendongannya. Tian membawa kanara ke UKS. Banyak sorot mata yang melihatnya namun Ia tidak perduli sama sekali.

Sesampainya di UKS, Tian membaringkan kanara. Dan memanggil dokter yang ada di dalam uks.

"Kanara kenapa Tian?" Dengan cepat Cika memeriksa kondisi kanara. Tian sangat khawatir dengan kanara, pasalnya perempuan itu tidak bisa berlama-lama dengan terkena sinar matahari.

Tian menghampiri laut yang tengah berdiri di depan ruangan UKS. Laut memandang cemas kearah Tian.

"Gara-gara lo kanara pingsan!!!. kanara rela ngasih dasinya demi lo"

"Gua nggak tau ian" Tian terkekeh dan menatap tajam kearah laut.

"Tau apa lo tentang kanara. Lo cuman orang asing yang tiba-tiba masuk dalam kehidupan kanara. Lagian Lo siapanya kanara, Lo nggak pantas untuk kanara. dia aja belum bisa lupain gua hhha." Ujar Tian yang membuat laut emosi dan menarik kerah baju Tian.

"Gua emang bukan siapa-siapanya kanara tapi akan gua bikin kanara bahagia. dan gua nggak akan pernah nyakitin dia."

"Haha sok-sokan bahagiain orang, bahagiain aja tuh hidup lo yang nggak punya siapa-siapa. Bahkan ibu sama bapak aja lo nggak punya" Tian tertawa sangat puas.



















HAPPY READING

SPAM KOMEN.....

AKU TUH SEBENARNYA NGGAK BISA BIKIN ADEGAN ROMANTIS. TPI DI CERITA KE 2 KU INI AKU PAKSAKAN 💐❤️







DIA LAUTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang