7. Laut

986 84 4
                                    

Sepulang sekolah seperti yang Laut katakan dia akan mengajari Kanara melukis. Taman belakang sekolah, menjadi tempat mereka tujui sekarang.

"Haha bisa-bisanya lo namakan motor lo lupy," Kanara tertawa terbahak-bahak.

"Sumpah random banget lo, Lun."

Kanara memukul bahu Laut, laki-laki itu meringis.

Laut mengeluarkan alat-alat melukiskan, menyodorkan kuasnya pada Kanara. Ragu-ragu Kanara mengambil alih kuas itu.

" Lo daja yang duluan, gua enggak nggak bisa!"

"Cobain dulu Kar!"

Kanara beranjak mengambil kuas lalu mulai menggambar, anehnya lagi dirinya bingung harus menggambar apa, gadis itu tidak mahir dalam seni menggambar.

Laut menghela nafas kasar, lalu menatap arloji di tangannya dan meraih tangan kanan Kanara dan  menggenggam tangan gadis di depannya.

Posisi keduanya sekarang sangat dekat. Jantung Kanara berdebar hebat, Laut menuntut tangan Kanara agar mengikuti irama tangan laki-laki itu. 

Setelah selesai, Laut merapikan alat-alat melukisnya dan menaruhnya di dalam tasnya.

"Nanti coba lo ulang melukis."

"Thanks Lun!"

"Lo pulang duluan saja, gua bisa pulang sendiri,"  ucap Kanara.

"Gua anterin."

Kanara menatap wajah Laut yang menurutnya itu tampan. Ia benar-benar jatuh sekarang, jatuh cinta.

"Terpesona lo?"

"Dih siapa lo!" sarkas Kanara, memutar bola mata malas.

Tanpa pikir panjang Kanara menaiki motor kesayangan Laut.

Laut mulai menyalakan mesin motornya, lalu melajukannya. Membelah jalan raya kota Mataram yang padat akan pengendara roda empat.

Suasana malam yang begitu sunyi. Hanya suara deruman motor dan gerimis yang terdengar.

Malam menghanyutkan mereka, membawa imajinasi di pikiran mereka. Hujan mengiringi perjalanan mereka.

Sementara di sisi lain, Tian bersama Boby dan Buby, memperhatikan kedua pasangan itu, Tian sangat kesal sekaligus cemburu.

"Sabar yah bos ini semua salahnya bos yang bodoh," ujar Boby yang di sentil oleh tangan suci Tian.

"Lo ngomong sekali lagi gua pecat lo!" ancam Tian yang membuat nyali Boby menciut.

"Tapi apa yang di katakan sama Boby itu bener bos, bos sih enggak pintar melukis. Coba bos pintar melukis pasti Kanara minta bantuan lo!"

Bener juga yah, ahh tapi pinteran juga gua dari pada si culun.

****




"Mas saya mau beli paket kuota XL," ucap seorang wanita paruh baya pada Laut.

"Berapa GB Bu?," tanya Laut.

Dengan tersenyum wanita paruh baya itu berkata. "Tiga GB saja mas ganteng," lalu mengedipkan sebelah matanya.

Laut tersenyum pahit. "Tunggu ya Bu sebentar."

"Siap mas, saya tungguin sampe pelaminan juga bisa hhe," ucapnya lalu memegangi bahu Laut pelan.

Laut mengerjap. Bulu kuduknya berdiri. Dasar wanita tua!.

Sabar Laut, ini demi uang, gue harus banyak-banyak istighfar!.

"Sudah Bu, terima kasih sudah mengisi paketan disini, " kata Laut menerima uang lembaran tersebut.

"Sama-sama mas ganteng," ucap wanita paruh baya itu lalu berlalu pergi.

Laut menghela nafas panjang, mengusap wajahnya kasar.

"Sudah kepala tiga, masih saja senang menggoda anak SMA!" sarkas Laut.

"Mas saya mau beli paketan."

Laut berbalik, mengerjap. Betapa terkejutnya ia dengan kehadiran Kanara.

"Culun!" ucap Kanara sedikit menyipitkan matanya, untuk melihat objek dengan jelas.

Laut terdiam, mematung di tempat. 

"Iya Ra? mau beli paketan XL berapa?," tanya Laut.

"5 GB Lun."

Kanara adalah pelanggan terakhirnya, setalah Kanara ia akan menutup toko tempat magangnya.

Kanara yang tadinya ingin beli kuota ditempat langganannya, tapi betapa terkejutnya dengan kehadiran Laut. Cowok misterius itu ternyata sekarang magang menjadi penjual Kouta.

"Lo magang disini?" Tanya Kanara lalu memasukkan handphone di kantung celananya.

Malam ini Ia hanya menggunakan baju tidur dengan sendal kelincinya. Dengan rambut yang sengaja Ia erai, yang membuat siapapun tidak berkedip melihatnya.

"Iya seperti yang lo lihat" ucapnya lalu berjalan pergi melalui Kanara, Ia ingin cepat-cepat merebahkan dirinya di kasur kesayangannya. Tubuhnya terasa remuk namun, langkahnya terhenti ketika Ia menyadari Kanara mengikutinya dari belakang.

Laut menghela nafas kasar, melipat kedua tangannya pada dada, berbalik menghadap gadis gila didepannya ini.

"Lo mau ikut ke rumah gua Ra?"

"Dihhh geer banget lo, rumah gua disana noh" tunjuk Kanara pada rumah sederhana namun terlihat rapi, bersih dan sunyi. Tetapi memang benar Kanara mengikuti Laut, agar dapat mengetahui rumah cowok itu.

"Rumah lo kan sudah lewat Kanara, jujur saja gua nggak bakalan marah karena lo ikutin gua"

Sekarang Kanara yang dibuat malu, ingin sekali rasanya Ia kabur dari hadapan Laut sekarang juga.

"Iya deh gua ngaku gua ikutin lo, karena gua mau lihat rumah lo, memangnya kenapa masalah buat lo?!" ujar Kanara berjalan melewati Laut.

"Kar lo salah jalan" Kata Laut memukul keningnya. Gadis itu semakin di buat malu, tuhan bawa dia pergi sekarang juga. Kanara membalikkan badannya lalu berjalan di belakang Laut.

"Jangan di belakang gua, di samping saja, agar gua bisa lihat lo aman atau tidak" suruh Laut.

Dalam perjalanan, mereka sama-sama terdiam, mereka masih belum nyaman berdua. Laut berdehem singkat, Ia sangat, sangat menghargai perempuan.

"Ra, gimana sih rasanya dapat kasih sayang ibu"

"Hmm gua nggak tau Lun, jujur saja walaupun gua punya ibu, tetapi ibu gua tidak pernah anggap gua ada. Dai ada di pagi hari lalu tidak ada di malam hari. Gua sering tanya perihal itu, tetapi dia jawabnya hanya kerja."

"Lo tahu?, selama ini gua selalu mendam masalah gua dan seolah-olah gua ini baik-baik saja, though I Not okay"

Laut beralih menatap sendu pada gadis disampingnya, dia wanita kuat yang sebenarnya Kanara rapuh bahkan sangat rapuh. Tidak mempunyai ayah, tidak selesai dengan masalalu dan di jauhi semua orang. Hanya Laut lah yang mau berteman dengannya.













HAPPY READING

Apa kabar para warga dunia ORANGE, sehat-sehat yah buat kalian. Jangan lupa ramein cerita ke dua dari Bunla (bunda ala)😍😍💐

Enaknya Laut dah kisahnya ini happy ending
Atau sad ending.

Komen dong.......

DIA LAUTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang