03. Penguntit

304 72 63
                                    

Entah kerasukan setan mana, hari ini seorang Han Yujin yang biasanya datang ke sekolah mepet 5 menit sebelum bel, bisa datang pagi. Dengan rambut berantakan, baju lupa dimasukkan ke celana, dan dasi yang hilang entah kemana.

"Abang ga ada akhlak! Awas lo Bang Gyuvin!" gerutu Yujin menarik kursi dan menendangnya hingga terjungkal. Bukan kursinya yang terjungkal, tapi Yujin sendiri. Tubuhnya hilang keseimbangan.

Pada dasarnya, Yujin memang selalu sial. Mungkin keberuntungannya sudah habis terpakai waktu dia dilahirkan dengan wajah tampan. Lelaki itu mengacak rambutnya frustasi lalu bangkit.

"Bisa-bisanya Bang Gyuvin kayak gitu." Yujin menghela napas dan duduk di kursinya, mencoba menenangkan diri.

Jadi, awal dari semua ini bersumber dari keisengan seorang Gyuvin yang mengerjai adiknya sendiri. Jam 5 pagi, Gyuvin membangunkan adiknya sambil berteriak. "Woy, bangun! Udah jam 8."

Alhasil Yujin lari terpontang-panting nyari seragam dan tas sampai lupa mandi, bawa buku dan dasi. Tapi, namanya juga Han Yujin, mau mandi atau tidak pun dia tetap menarik perhatian dengan wajahnya itu.

"Daripada gabut, mending gua keluar. Angin pagi emang dingin, tapi seger." Yujin bermonolog sendirian, untuk sekadar menghibur diri setelah menyadari suasana kelasnya yang sepi.

Tapi, baru saja Yujin keluar dari kelasnya, dia lihat seorang gadis yang tampak buru-buru menaiki tangga menuju lantai atas. Lebih tepatnya lantai kelas 11. Awalnya, Yujin kira itu Jia, tapi ternyata gaya rambutnya berbeda.

"Gunwook! Tungguin!" teriakan nyaring gadis itu terdengar sampai telinga Yujin yang berada di lantai bawah. Mendengar nama lelaki yang paling ia benci disebut, membuat Yujin berinisiatif naik ke lantai atas.

Setelahnya, Yujin bersembunyi di belakang tembok. Biasanya Yujin bukan tipe penguping seperti ini, tapi karena dia penasaran ya mau bagaimana lagi.

"Oh, bukan Jia ternyata syukurlah," gumam Yujin sambil menghela napas lega. "Tapi siapa dia?"

"Gua udah bilang ga tertarik, Wonyoung. Gua bakalan dapetin Jia pakai cara gua sendiri," balas Gunwook yang membuat gadis bernama Wonyoung itu tampak kesal.

"Oh, ayolah. Ini menarik loh, dan yang penting bikin lo lebih cepet dapetin tuh cewek." Wonyoung tampaknya masih belum menyerah.

"Ga, lagian gua ga bakal pakai cara murahan kayak gitu, Won." Gunwook masih tetap keras kepala, hal itu membuat Wonyoung menggertakkan giginya, semakin kesal.

"Hei," panggil Wonyoung sambil menepuk bahu Gunwook. "Lo tau kan kalau pengaruh gue di sekolah ini besar? Apalagi gue kakak kelas lo. Gue bisa aja lakuin apapun buat jatuhin reputasi lo atau bikin nama sama image lo jelek. Termasuk sebarin masa lalu lo."

Ancaman dari Wonyoung membuat Gunwook membulatkan mata. Yujin yang menguping pun ikutan terkejut, terlebih setelah melihat Gunwook mengangguk setuju begitu saja hanya karena satu ancaman.

"Oke gua setuju. Jadi, kita pisahin Jia sama Yujin? Kalau bisa bikin mereka musuhan, kan?" tanya Gunwook yang sebenarnya sama sekali tak setuju dengan usulan Wonyoung.

Yujin mengerutkan keningnya begitu mendengar namanya disebut. Dia merasakan firasat buruk sedang menantinya hari ini.

"Ya, lo deketin terus cewek yang namanya Jia itu sampai dia luluh, dan gue bakalan bikin Yujin jadi milik gue," kata Wonyoung sambil tersenyum licik.

"Emang Yujin mau sama lo? Kayaknya dia ga bakalan luluh semudah itu deh."

"Itu sih gampang. Sejauh ini, ga ada cowok yang bisa nolak gue." Wonyoung tersenyum meremehkan.

reason • han yujinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang