10. Luka yang Membekas

223 58 20
                                    

Tebak apa yang lebih mengejutkan dibanding Yujin tiba-tiba bercanda menyatakan perasaan? Mungkin awalnya Jia berpikir kalau apa yang Yujin bilang kemarin itu adalah sesuatu paling mengejutkan yang pernah gadis itu alami.

Tapi ternyata, hari ini Jia mendapat kejutan lain. Sesuatu yang berada di luar dugaan gadis itu. Sekalipun Jia tidak pernah membayangkan bahwa gadis itu akan menghampirinya dan mengulurkan tangan kearahnya.

"Maaf," ujar gadis itu sedikit kikuk.

Jia masih mematung di tempat, seperti biasa otaknya selalu sulit menerima sesuatu yang cukup mengejutkan.

"Kak Wonyoung? Kenapa?" tanya Jia pelan, sambil melirik kanan kiri, takut ada yang melihat.

Hari ini, kelas Jia mendapat bagian olahraga. Tapi karena materi olahraganya adalah lari, Jia lebih dulu kelelahan. Kebetulan, Jia agak payah dalam bidang yang satu itu karena tiap hari kerjaannya cuma rebahan.

Baru juga lari 1 putaran, Jia udah K.O.

Maka dari itu, ia memilih untuk beristirahat. Jia duduk di pojok lapangan yang sepi dan cukup sejuk karena ada banyak pepohonan.

Tapi, siapa sangka seseorang yang paling ingin Jia hindari malah datang dengan kedua kakinya sendiri?

Jang Wonyoung.

Sejak terakhir kali melihatnya, gadis itu semakin kurus dan pucat. Raut wajahnya yang kelelahan nampak jelas. Bahkan tampaknya dia sudah tidak berminat lagi memakai riasan. Hanya seoles liptint yang dapat Jia lihat untuk menyamarkan bibir pucatnya.

Selain itu, pakaiannya tidak semewah biasanya. Hanya seragam tipis yang dilapisi blazer warna hitam khas sekolah ini. Padahal biasanya gadis itu melapisi seragamnya dengan cardigan warna cerah.

Beralih pada rambut hitam yang hanya diikat longgar, tidak seperti beberapa minggu sebelumnya yang ditata cantik dengan berbagai jenis hiasan rambut. Sekarang semuanya tampak biasa saja, asalkan terlihat rapi, mungkin begitu pemikirannya.

Lalu entah ke mana perginya softlens berwarna cokelat yang biasa dipakai gadis itu untuk membuat matanya terlihat lebih besar. Dia hanya memakai lensa untuk mata minus, sepertinya.

Jia heran. Ke mana menghilangnya semua barang mewah dan branded itu? Bahkan sampai sepatu pun dia hanya memakai sepatu hitam biasa yang tidak mencolok sama sekali.

Jang Wonyoung seperti orang yang berbeda.

Atau mungkin ... inilah sosok aslinya?

"Makasih buat yang kemarin," ucap Wonyoung sambil menarik kembali tangannya setelah tidak mendapat respon dari Jia. "Bilang makasih juga sama Yujin."

"Kakak ... gapapa?" tanya Jia sedikit khawatir. Keadaan Wonyoung saat ini benar-benar berbeda, pipinya yang lebih tirus terus menjadi perhatian Jia.

"Oh, kamu udah tau ya. Soalnya kamu ngecek semua pesan aku sama Gunwook." Apa yang diucapkan oleh Wonyoung berhasil membuat Jia terkejut, bahkan nyaris merinding.

Bagaimana Wonyoung bisa mengetahui segala hal?

Bahkan sampai sekecil trauma yang pernah Jia alami pun gadis itu mengetahuinya.

"Soal itu, aku minta maaf, Kak. Tapi rasanya aku nggak bisa diem aja setelah apa yang kakak lakuin sebelumnya." Sesuai keinginan Yujin, Jia mencoba lebih tegas. "Darimana kakak bisa tahu soal trauma aku? Bahkan sampai bisa ngerencanain semuanya semudah itu?"

Wonyoung memalingkan wajah. "Aku cukup malu buat bilang ini, tapi semuanya berkat kekuatan keluarga."

Ah, Jia mengerti sekarang. Jadi semuanya bisa didapat dengan mudah jika memiliki uang, ya?

reason • han yujinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang