5.Harga

39 9 3
                                    

Wajah Rosé sudah pucat pasi memikirkan kata-kata yang diucapkan Claude barusan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Wajah Rosé sudah pucat pasi memikirkan kata-kata yang diucapkan Claude barusan. Lagi, rasa takut itu kembali menghantuinya. Mendadak, ia seolah kehilangan tenaga. Lututnya gemetar hingga berdiri pun terasa begitu sulit.

"Terimakasih banyak!! Terimakasih!!" ucap Ibu bocah tadi sambil bersimpuh dihadapan Rosé yang masih duduk termenung diatas tanah.

Pengawal yang tadi mengayunkan pedang sudah berlari menyusul Claude yang tiba-tiba memacu kudanya dengan cepat. Sementara, hanya tersisa Ksatria Bennett, kusir yang mengemudikan kereta kuda, serta dua Ksatria lain yang tak kalah gagah dengan Ksatria Bennett yang berjaga mendampingi Rosé.

"Apa anak Anda baik-baik saja?" tanya Rosé canggung sambil berusaha menarik tangannya yang dicium berulangkali oleh sang Ibu.

"Berkat Anda,putraku baik-baik saja. Sungguh! Terimakasih banyak!!" ucap Ibu itu tulus dengan airmata berderai.

"Jangan sembarangan memegang tubuh Yang Mulia Ratu seperti itu!" hardik Ksatria Bennett yang turun dari kudanya. Dua Ksatria lain juga melakukan hal yang sama, lalu berjalan bersamaan menghampiri Rosé sebelum berlutut dihadapan Ratu mereka.

"Anda tidak apa-apa, Yang Mulia?" tanya Ksatria Bennett.

Ibu yang tadi beserta warga kota yang masih berkumpul tampak tercengang mendengar ucapan Ksatria tampan dengan netra biru itu. Mereka sama sekali tak menyangka bahwa penampakan Ratu mereka terlihat begitu sempurna. Belum lagi, kesan pertama yang mereka tangkap adalah sang Ratu merupakan orang yang baik hati.

"A-aku baik-baik saja," jawab Rosé memaksakan senyum.

"Mari Yang Mulia!" Ksatria Bennett mengulurkan tangannya untuk membantu Rosé berdiri. Sedikit ragu, mau tak mau gadis itu menerima bantuan dari orang kepercayaan si Kaisar kejam. Kakinya terasa sudah seperti jelly. Jika harus berdiri sendiri, Rosé tahu bahwa hal itu rasanya akan sedikit merepotkan.

"Dia Ratu kita?"

"Lihat warna matanya. Sangat indah!"

"Bukankah dia hanya sekadar tawanan perang?"

"Kasihan! Setelah ini, dia pasti akan jadi bahan bully-an para bangsawan. Padahal, sepertinya Ratu orang yang baik."

Bisik-bisik mulai terdengar dibelakang Rosé. Beberapa hal buruk yang ditangkap Indra pendengarannya semakin menambah daftar hitam cerita hidupnya selama akan menetap di Kerajaan Barat. Tentu hal ini sudah ia ketahui sebelumnya dari cerita novel. Namun, mengalaminya sendiri tentu adalah hal yang tetap memberi kesan sedikit takut dan ragu.

Di cerita novel, Rosé ane emerald di istana Kerajaan Barat tanpa dukungan siapapun. Ia hanya memiliki satu teman yang merangkap menjadi pelayan setia yang bernama Mulanie. Tak ada kaum bangsawan yang berniat mengajaknya bergaul. Sekalipun posisinya adalah Ratu, namun itu hanya sekadar simbol belaka. Pada akhirnya, dia tetap terasing dan malah jadi bahan ejekan oleh para bangsawan Kerajaan Timur.

Become a princess [Transmigrasi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang