2.Nenek tua dan novel misterius

57 10 2
                                    

READY⬇️

.

.

.

⏸️

HAPPY READING 🤓

Melangkah terburu-buru meninggalkan flat milik Doyoung, kini Chaeyoung sudah berada dijalan pulang menuju rumahnya. Tak perlu naik kendaraan, karena rumahnya berjarak tak terlalu jauh dari flat sewaan Doyoung.

Rasa sakit didada terasa makin menyesakkan. Berkali-kali gadis 24 tahun itu memukul-mukul dadanya agar sakitnya berkurang namun tak berhasil juga.

"Kenapa malah jadi begini?" tutur Chaeyoung sambil menangis. Air mata yang sempat la tahan, kini kembali terjatuh. Ya, dia tak sekuat itu. Setidaknya, hatinya tak sekuat fisiknya. Chaeyoung tetap gadis seperti kebanyakan. Tetap merasa hancur jika cinta berkhianat dan akhirnya semenyedihkan ini.

Merasa tak bisa melanjutkan kerja dalam situasi sehancur ini, Chaeyoung berinisiatif meminta izin pada kepala koki untuk tidak masuk bekerja lagi hari ini. Sempat kepala koki bertanya alasannya, dan Chaeyoung terpaksa berbohong dengan mengatakan sedang tak enak badan.

Beruntung, kepala koki orang yang sangat pengertian. Lelaki yang sebentar lagi akan pensiun itu memberi izin dan meminta Chaeyoung untuk kembali bekerja setelah kondisinya benar-benar sudah fit.

Usai memasukkan kembali ponsel ke dalam tas selempangnya, Chaeyoung kembali melanjutkan langkah menuju rumah peninggalan orangtuanya. Gadis itu ingin sekali cepat-cepat merebahkan diri di kasurnya yang tak terlalu empuk namun mampu memberi ketenangan.

Ia hanya ingin tidur sepanjang hari. Sampai sakit di hati berangsur membaik. Meski tak sembuh total, asal sudah tak terlalu hancur, itu sudah lebih dari cukup baginya. Lagipula, tak ada luka besar yang tak meninggalkan bekas, bukan?

Ditengah perjalanan, Chaeyoung bertemu dengan seorang Nenek penjual buku-buku tua yang tampak nyaris putus asa karena tak seorang pun yang mempedulikannya. Berkali-kali Nenek itu menghampiri orang-orang yang berlalu-lalang, namun tak satu pun yang berniat membeli atau sekadar hanya melihat-lihat.

Lagipula, di zaman sekarang, mana ada kalangan anak muda yang berminat lagi pada buku lama. seperti itu? Apalagi, sudah ada perangkat pintar yang mampu memberi informasi tanpa batas dibanding buku-buku tua yang entah apa isinya itu. Termasuk Chaeyoung.

Namun, sisi sentimental Chaeyoung terasa tercubit. Tak mungkin ia mengabaikan seorang Nenek tua yang begitu kelelahan dan sedang berjuang mencari sesuap nasi. Setelah berpikir sesaat, Chaeyoung mengeluarkan air mineral dari dalam tasnya dan mendekati Nenek tua itu.

"Anda ingin minum?" tawar Chaeyoung seraya menyodorkan air minum mineral yang baru ia buka segelnya pada sang Nenek.

Nenek tersebut tersenyum. Minuman yang ditawarkan Chaeyoung ia abaikan. Sebaliknya, ia mengambil sebuah buku bersampul berwarna hijau dan menyerahkannya kepada Chaeyoung.

A-apa ini?" tanya Chaeyoung kikuk karena tak siap dijejali buku tak terlalu tebal tersebut.

"Buku itu akhirnya menemukan pemiliknya. Belilah, Nak! Kau dan buku itu ditakdirkan bertemu."

'Maaf, Nek! Tapi saya tidak terlalu suka buku," tolak Chaeyoung dengan halus. Buku itu hendak ia kembalikan namun si Nenek menolak.

"Harganya hanya satu dollar saja, Nak! Nenek mohon, belilah! Buku ini sangat cocok denganmu. Kamu pasti sangat menyukai nya jika kamu membacanya, Chaeyoung."

"Anda tahu nama saya?" tanya Chaeyoung bingung.

"Tentu saja. Ada di gantungan kunci yang ada di tasmu," sahut Nenek sambil tertawa.

Become a princess [Transmigrasi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang