Jeno melangkahkan kakinya dengan terburu-buru, menelusuri setiap jalan setapak yang membawanya menuju ruang kelasnya. Ia sudah terlambat di hari pertamanya sebagai mahasiswa baru. Ya, Jeno mengambil S2 di salah satu universitas yang ada di Korea Selatan. Tentu saja setelah melalui perdebatan panjang dengan keluarganya. Bukan hanya Jeno yang kembali ke Korea Selatan, tetapi keluarganya dan teman-temannya yang ikut kuliah dengannya di Kanada pun juga kembali ke Korea Selatan.
"Terlambat di hari pertama, Lee Jeno?"
Tubuh Jeno kaku seketika, suara yang pertama kali menyapanya adalah suara dari sosok adik yang sudah lama tidak ia temui. Juga sosok yang ia rindukan dalam diam selama ini.
"Jisung ...." gumam Jeno.
"Ah, maaf atas keterlambatan saya." sesalnya.
Jisung mengalihkan pandangannya. Ia menatap barisan para mahasiswa dan mahasiswi yang duduk di depannya, mengabaikan kehadiran Jeno yang masih diam di depan pintu.
"Sebagai asdos, saya tidak mentoleransi mahasiswa atau mahasiswi yang datang terlambat. Tapi, karena ini hari pertama. Kau bisa cari tempat dudukmu, Lee Jeno."
Jeno memejamkan matanya sesaat, entah kenapa hatinya sakit banget waktu Jisung menekan ucapannya ketika menyebut namanya.
"Terimakasih ...."
Jeno tidak mengerti sama sekali. Jisung yang usianya lebih muda 2 tahun darinya. Bagaimana bisa menjadi kakak tingkatnya? Bahkan adiknya itu kini menjadi asisten dosen yang akan membimbingnya.
"Saya akan memperkenalkan diri. Nama saya Park Jisung, usia saya 20 tahun. Saya saat ini semester 3 di fakultas Kedokteran, saya sudah S1. Jadi, ini pendidikan S2 saya."
Jeno membulatkan matanya, Jisung kuliah kedokteran? Bahkan sudah menyelesaikan S1? Bagaimana bisa? Dan dia jadi asisten dosen dari FMIPA? Bukankah ini tidak masuk akal?
"Kak Jisung, udah S2 di usia 20 tahun. Tutorialnya dong kak." seru salah satu mahasiswa.
Jisung tersenyum tipis, "Saya menyelesaikan SMA hanya dua tahun karena mengambil akselerasi. Lalu, S1 selama 3 tahun. Kuncinya, kalian hanya harus cerdas. Cerdas pikiran dan cerdas perilaku."
"Wah, kak Jisung berarti cerdas banget ya. IQ nya berapa kak?" tanya mahasiswi lain.
"IQ? IQ saya, 163."
Mata Jeno kembali terbelalak. Wajar saja anak itu bisa cepat menyelesaikan S1. Tapi, seingat Jeno. Jisung dulu bukanlah siswa yang pintar, dan terbilang biasa saja. Kenapa saat ia tinggal bisa jadi sepintar itu?
"Kak Jisung keren banget." seru para mahasiswa.
"Dibalik IQ saya yang tinggi. EQ saya rendah. Jadi, jangan berlebihan."
"Kita mulai saja ya, saya akan kasih materi yang harus kalian pelajari. Untuk Lee Jeno, datang ke ruangan saya setelah kelas selesai."
Jeno meneguk salivanya lambat, aura dominan Jisung benar-benar menakutkan untuknya. Terlebih lagi masalalu keduanya yang masih melekat dalam ingatan Jeno. Dimana dirinya di setubuhi secara paksa oleh Jisung. Jeno jadi bertanya-tanya pada dirinya sendiri, apakah salah karena telah memilih untuk kembali?
♥︎ ♥︎ ♥︎
"Hi, Jeno. How are you?"
Jeno terpaku di tempatnya, tepatnya di depan pintu. Menatap lurus sosok yang ia rindukan, namun juga yang membuatnya takut setengah mati.
"I ask you, Jeno. Answer me."
"Aku baik, Jisung. Kamu apa kabar?" Jeno basa-basi, tanpa berniat mendekat pada Jisung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who's Baby [SUNGNO]
FanfictionJadi, disini siapa yang bayi, Jeno atau Jisung? "You're my baby." "No! You my baby, not me!" Start : Feb. 3rd, 2023 Finish :