6 : Official

1.3K 96 10
                                    

"Daddy, Jeno sayang Jisung. Boleh ya kalau Jeno sama Jisung?"

Teggorokan Donghae tercekat, kala mendengar permintaan dari putra bungsunya itu. Jisung, apa yang dilakukan oleh anak laki-laki itu sampai membuat Jeno mau tunduk dibawahnya?

"Jeno, are you serious?"

Pertanyaan dari Donghae langsung diangguki dengan cepat oleh Jeno. Ia sudah yakin dengan pilihannya. Itu sebabnya sekarang Jeno meminta izin dari Daddy-nya. Karena walau bagaimanapun, restu orangtua itu nomor satu.

Mata Donghae terpejam untuk beberapa saat, nafasnya dihembuskan dengan kasar. "Kenapa Jisung, Jeno? Dia yang menghancurkanmu beberapa tahun lalu kalau kamu lupa." katanya mengingatkan.

Jeno tersenyum tipis, tangannya memilin ujung kaos yang dikenakannya. "Aku gak tau, Daddy. Selama aku menghadapi ketakutanku tentang Jisung. Selama itu juga aku malah jatuh cinta sama Jisung. Aku meminta kembali ke Korea hanya agar bisa menemuinya. Maafkan Jeno, Daddy." ucapnya sendu.

"Stockholm syndrom." gumam Donghae pelan.

Ia menyadari ini, Jeno mengalami stockholm syndrom. Kondisi psikologis dimana korban kejahatan jatuh cinta kepada pelaku kejahatannya. Nafas kasar itu kembali dihembuskan.

"Apa kamu bisa menjamin, laki-laki itu tidak akan lagi menyakitimu, Jeno?" tanya Donghae.

Jeno terpaku untuk sesaat, lalu kepalanya mengangguk dengan ragu, "Jisung mencintaiku, aku rasa dia tidak akan menyakitiku. Tolong percaya padanya, Daddy." pintanya.

"Jika dia menyakitimu lagi bagaimana?"

Pertanyaan Donghae kembali membuanya bungkam, kepalanya menunduk lesu. Kini memilin ujung kaos sudah digantikan dengan mencubit jarinya sendiri.

"Jeno, jangan lukai dirimu sendiri terus. Daddy tidak suka!" Donghae menarik satu tangan Jeno agar dua tangan putranya itu tidak lagi saling bertaut ketika matanya menangkap tindakan impulsif Jeno.

"Kau tidak bisa menjawabnya?" tanya Donghae, dihadiahi anggukan kepala lemah oleh Jeno. Selalu seperti itu, putranya tidak sadar menyakiti dirinya sendiri ketika sedang diselimuti perasaan ketakutan. Dan saat ini, Jeno sedang takut salah menjawab.

"Daddy akan membunuhnya, kamu setuju?"

Mata Jeno terbelalak mendengar ucapan Donghae yang terlihat santai. Dengan cepat kapalanya menggeleng, menolak saran dari Daddy-nya itu.

"Jika kamu tidak setuju, tidak apa. Jauhi Jisung kalau begitu. Buang perasaanmu jauh-jauh. Daddy juga akan kembali membawamu ke Kanada" Telak, dan mutlak. Keputusan Donghae yang tidak bisa diganggu gugat.

"Baiklah, Daddy boleh membunuh Jisung jika memang dia menyakiti Jeno lagi." Pada akhirnya, Jeno mengalah. Hatinya berharap cemas, di masa depan Jisung tidak akan melakukan kesalahan untuk kedua kalinya yang akan menyakiti perasaannya lagi.

"Pergi ke kamarmu dan istirahat. Daddy akan bicara dengan Jaehyun." titah Donghae.

Jeno mengangguk lemah, menuruti perintah sang Daddy. Langkahnya dengan berat ia bawa menuju kamarnya.

♥︎ ♥︎ ♥︎

Jeno melangkahkan kakinya dengan semangat menuju rooftop gedung kampusnya. Seseorang mengatakan padanya, kalau Jisung berada di sana. Ya, langkah kecil kakinya memang sedang menuju mantan adiknya itu, iya mantan adik. Karena kini Jisung sudah menjadi pujaan hatinya.

Saat sampai, mata Jeno menemukan Jisung yang lagi-lagi sedang merokok. Laki-laki itu terlihat santai duduk di bangku yang telah tersedia.

"Park Jisung! Merokok lagi?!"

Who's Baby [SUNGNO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang