Chapter 004

71 30 49
                                    

"Lo sengaja ya, mau buat gue malu? Lo caper kan ke Pak Noah!"

"Enggak, aku gak cape—"

"Diem!"

Kiana meringis, wanita yang lebih tua tiga tahun darinya ini sekarang tengah marah. Kiana tak tahu apa kesalahannya. Gladis seringkali kasar terhadapnya.

"Pas ada bos aja, tiba-tiba lo teriak. Sok-sokan lemah, sengaja kan lo?!"

Gladis mencengkeram lengan Kiana dan membuat siempunya mengaduh. "Eng-enggak, kok. Aku gak tau kalau bakal luka pas ada dia."

Kiana merasakan kram pada tangan kanannya yang terbalut perban. "Mbak, tanganku sakit. Tolong, lepasin," pinta Kiana.

Namun, gadis itu malah semakin menyudutkan Kiana ke tembok. Sedari tadi juga Kiana sudah didorong-dorong olehnya, sampai kepalanya membentur tembok.

Kiana tak bisa melawan seniornya ini, dia hanya gadis 19 tahun yang katanya lemah.

"Denger, ya ... kalau sampe lo berani buat nama gue jelek di depan bos! Gue bakal buat perhitungan sama lo."

Setelahnya, Gladis mendorong Kiana hingga lututnya membentur lantai. Kiana hanya bisa menangis, apalagi saat perbannya mengeluarkan noda merah.

🌼🌼🌼

Sabtu pagi dan Kiana sudah rapi dengan buku-buku di tangan, hari ini dia mau kuliah. Kiana tidak kerja karena kebagian shift malam, setidaknya untuk hari Sabtu saja karena ia ikut kelas karyawan di waktu weekend.

Semangat Kiana untuk sekolah setinggi mungkin masih ada. Walaupun, pribadi Kiana makin ke sini jadi berubah. Kiana yang dulunya ceria sekarang jadi lebih banyak diam, menutup diri dari lingkungan sekitar. Apalagi, tempat kerjanya.

Berada di lingkungan orang-orang dewasa, membuat Kiana merasa insecure dan diam saja jika di perlakukan tak baik. Kiana tak mampu melawan orang yang lebih tua darinya.

Seperti sekarang ini, selesai kuliah Kiana langsung diseret ke toilet perempuan yang sepi itu. Lagi-lagi Kiana tak tahu di mana letak kesalahannya. Kenapa, orang-orang selalu mengganggunya. Padahal, Kiana tak banyak tingkah dan omong. Kiana juga tak pernah mengusik mereka, tapi kenapa dia selalu menjadi sasaran empuk pembulian di kampus maupun tempat kerjanya.

"Lo itu cuma benalu tahu gak! Gak usah cari muka, lo gak akan pernah sejajar sama kita."

Salah seorang wanita bernama Audita menyiram jus jeruk ke kepala Kiana. Sementara dua orang lainnya bertugas memegang lengan Kiana agar tak melawan.

Ya, tiga lawan satu. Bisa dipastikan siapa yang menang dan kalah.

"Salah aku apa sih? Ke-kenapa kalian begini," ujar Kiana dengan dada sesak.

"Salah karena lo kuliah di sini. Lo tuh nyebelin tahu gak! Gak usah sok pintar dan caper ke dosen!" sentak Audita sambil menuangkan gelas plastik lainnya yang berisi jus melon. Kiana menutup matanya, merasakan perih.

"A-aku gak pernah begitu, kok."

"Buktinya, tadi pas Pak Reno ngajuin pertanyaan lo malah angkat tangan. Itu apa kalau bukan caper?!" Wanita di sebelahnya menyela.

"T-tapi, kan ... kita disuruh jawab. A-aku gak bermaksud apa-apa, kok."

"Halah! Banyak alesan."

Dagu Kiana dijepit oleh tangan Audita, membuatnya menghadap wajah wanita itu.

"Awas ya, kalau sampe di pertemuan berikutnya lo caper lagi. Gue, bakal bikin lo makin gak betah kuliah di sini."

"Awh!"

Complicated Love || 2020 || Non Revisi ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang