Dew keluar dari ruangan dokter kehamilan itu dan ditatap langsung oleh emak ii yang menunggu giliran. Kata ii dokter tadi terus menghantui pikirannya sepanjang jalan ke kamar Nani yang ia tempati.
"Pasangan anda sepertinya stress berat, hingga lupa makan yang mengakibatkan anak kalian menjadi lemah karna kekurangan vitamin" wajah Dew langsung memelas, rasa bersalah yang dia rasakan dulu kembali lagi.
"Dok, saya harus ngapain supaya pasangan saya kembali pulih?" Dokter itu tersenyum lembut, ternyata masih ada pasangan muda yang baik seperti ini.
"Saya akan memberikan vitamin tambahan dan untuk masalahnya, anda sebagai pasangannya harus memberikan perhatian yang lebih" Dew mengangguk lalu permisi.
Nani telah sadar dan terlihat lebih baik setelah memakan vitaminnya.
Dew masuk keruangan itu dan berjalan kearah Nani, entah kenapa perasaan Nani menolak untuk melihat pemuda itu.
"Maaf.." suara lirih itu tidak menarik perhatian Nani sama sekali.
"Maaf Hiru, g-gw mabuk masa itu" isakan kecil itu menyapa pendengaran Nani lalu dengan automatis mulutnya mengeluarkan suara yang membuat Dew menjawab dengan lantang.
"Kalian lakuin itu?" Tentu Nani melihat video dimana Alexen membawa Dew ke ruangan khusus, dia tidak sebodoh itu hingga tidak tau ruangan itu untuk apa.
"ENGGAK! Eh, m-maksud gw.."
"Jujur saja Dew, kalian lakuin itu atau enggak" Suara Nani terdengar biasa saja, Dew bingung harus jujur apa tidak.
Dalam beberapa menit ruangan itu sunyi sehingga Dew memutuskan untuk jujur.
"Gw sama dia emang lakuin itu tapi gw belum masuk-.." tenggorokannya langsung tercekat.
Nani menghela nafasnya.
"Jujur Dew, dia yang muasin lo atau lo yang muasin dia?"
"D-dia yang m-mua.. tapi gw ga jebolin kok!" Nani menatap Dew tidak percaya, apalagi sekarang dirinya yang diikat seperti tidak berguna.
"Sepatutnya lo ga tandain gw Dew" Suara milik Nani terdengar lirih tapi mampu membuat hati Dew ditusuk.
"Gw gasadar masa itu.. maaf" Dew mengenggam tangan milik Nani, perlahan ii air matanya turun dengan lebih lebat.
"Mau gimana lagi berita lo sama Alex udah kesebar, enjoy aja"
Dew masih terisak seperti anak kecil yang melihat ibunya sekarat, jemari lentik milik Nani mengelus surai halus dan lembut itu.
Semakin larut masa berjalan semakin sunyi juga ruangan itu, Dew terlelap dengan kepalanya berada dipangkuan Nani.
Bunyi ketukan pintu membuat Nani sadar dari lamunannya dan dokter yang Dew temui tadi masuk dengan senyum ramah.
"Pa-.." dokter itu kembali menutup mulut ketika melihat seorang makhluk yang terlelap dan cuma berdiri dekat pintu masuk takut menganggu, samar ii Nani tersenyum dan mengangguk menandakan ia mengizinkan dokter itu mendekat.
"Jika saya tidak silap anda bernama Nani Hirungkit kan?" Nani mengangguk mengiyakan ucapan dokter itu.
Senyum lembut dari bibir dokter itu kembali muncul, dia melihat beberapa kertas yang ia bawa.
"Jika saya lihat ii kondisimu tidak terlalu buruk tetapi untuk kehamilanmu lebih baik jika anda memakan lebih banyak vitamin selepas ini, kandunganmu terlihat sedikit lemah dan juga.. apa anda sedang dalam masalah?" Nani sedikit terdiam lalu menjawab dengan suara yang sedikit serak itu.
"I-iya dok, emang kenapa ya?"
"Tidak apa ii tapi jika bisa anda tenangkan diri karna masalah yang dipikirkan oleh calon ibu juga akan berdampak ke bayinya" Nani masih tidak terlihat untuk mengucapkan kata ii lagi, matanya terus memandang kebawah alias perutnya yang ditutupi selimut.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Life[BL]✓
FanfictionDew yang suka mengjahili Nani harus seroommate dengannya, bagaimana Nani bisa betah?