7. It's my fault

991 77 2
                                    

"Halo Jun?"

Halo Riel gue udah di depan dorm lo.

"Okay gue turun sekarang" Gabby memutus panggilannya dengan Haejun. Ia mengambil jaket dan beanienya.

"Girls aku berangkat dulu ya." Pamit Gabby pada membernya yang sedang menonton televisi.

"Iya Kak, hati hatiii." Wanda bangkit dari duduknya dan memeluk Gabby.

"Okay Riel kalo ada apa-apa kabarin." Balas Kara.

"Kak Ariel pulang ke dorm lagi kapan?" Tanya Nikki dengan menggandeng lengan Gabby.

"Emm masih belum tau, kayanya sih lusa udah balik."

"Gausah buru-buru balik deh, Kak. Nikmatin aja dulu dirumah bareng Bang Maxim." Kekeh Nikki menggoda Gabby dan disusul tawa Kara dan Wanda.

Kini Gabby memicingkan matanya dan memanyunkan bibirnya. Sedangkan yang lain masih asyik menggoda Gabby.

"Buruan Riel kasihan Haejun dibawah, keburu beku ntar." Sahut Kara.

Gabby keluar dari pintu dorm dan menaiki elevator untuk sampai di parkiran mobil Haejun berada.

"Lama banget Riel.."

"Sorry.."

"Dah buruan masuk."

Kini mobil Porsche Boxster hitam itu telah berlalu meninggalkan gedung apartemen dorm Savage berada.

"Okay jadi lo mau ngajakin gue kemana?" Tanya Gabby sambil memasang sabuk pengamannya.

"Lo maunya kemana?"

"Lah kok malah nanya gue?"

"Gue juga bingung sih mau kemana." Jawab Haejun dengan entengnya.

"Gimana sih gitu ngajakin gue jalan." Gabby mendengus kesal menatap Haejun.

"Yaudah sih yang penting jalan aja dulu."

"Nggak jelas lo Jun.. Ikut gue aja kalo gitu."

"Kemana?"

"Latih vokal."

Gabby dan Haejun sudah berada di tempat tujuan, mereka berdua akan melatih vokal bersama di ruang karaoke. Karena bingung tanpa tujuan akhirnya mereka memutuskan untuk memilih tempat ini.

Tempat karaoke yang terbilang mewah dan hanya didatangi tamu-tamu VIP ini cukup aman untuk menjaga privasi. Apalagi mereka berdua merupakan idol terkenal yang masih berada di puncak popularitasnya.

"Gue tau lu lagi stress. Yok sini kita duel." Haejun menunjuk Gabby dengan jarinya dengan tangan kanan memegang mic.

"Sok tau lu." Gabby meraih mic nya, ia mulai bernyanyi dengan semangat.

Disusul suara Haejun yang tak kalah merdu. Keduanya terlarut dalam alunan musik hiphop yang mereka pilih. Tak lupa ada sebotol wiski dan beberapa hidangan di meja.

Setelah lelah bernyanyi kini mereka sedang meneguk segelas wiski bersama.

"Cheers!" Haejun mengangkat gelasnya dan diikuti Gabby.

Mereka berdua minum bersama dan saling mengobrol satu sama lain. Banyak hal yang mereka obrolkan, mulai dari kejadian lucu waktu masih jadi trainee sampai kejadian aneh yang baru saja terjadi.

"Gue gak nyangka lo bisa nikah sama Maxim."

"Lo pikir gue gak gitu juga?"

"Kenapa harus Maxim sih Riel?"

"Karena papa pinginnya gue nikah sama dia." Gabby menghentikan suaranya. "Kalo aja waktu itu gue gak minta papa dan mama dateng ke Korea mungkin ini semua gak bakal terjadi." Kini Gabby mulai sedikit mabuk dan melantur.

"Itu bukan salah lo. Semua udah takdir. Gak ada yang bisa disalahin."

"Tapi gara-gara gue juga hidup Maxim jadi berantakan Jun." Tanpa sadar Gabby mulai menitikkan air matanya. "Gara-gara gue dia harus kesusahan ngejalanin hidupnya."

Sedangkan Haejun diam saja sambil menatap Gabby. Tangannya mengusap lembut air mata yang jatuh di pipi Gabby. Ia berusaha menahan diri untuk tidak mabuk agar bisa pulang dengan selamat dan aman tanpa masalah nanti.

"Udah Riel jangan kaya gitu. Lo juga harus mikir gimana masa depan lo nanti. Sampai kapan lo mau hidup gak jelas seperti ini?" Tanya Haejun yang semakin memecah tangis Gabby.

"Hidup gue emang gak jelas ya jun?"

"Gak, gak gitu Riel. Maksud gue lo juga butuh seseorang yang bisa ngejaga dan menyayangi lo dengan sepenuh hati.."

"Jun gue tau kalo Maxim sayangnya bukan sama gue. Tapi ya gak perlu diperjelas gitu juga. Hiks hikss hiks." Suara tangis Gabby semakin nyaring, untung saja masih ada suara musik yang cukup keras memenuhi ruangan. Sehingga tidak akan ada orang yang mendengar isak tangis Gabby.

"Udah ah malah makin kenceng nangisnya. Yok kita balik aja sekarang. Udah malem ini." Haejun mengajak Gabby pulang untuk meredam tangisnya.

"Gue gak mau pulang! Gue gak bisa pulang dengan keadaan kaya gini."

Haejun paham mengapa Gabby tidak ingin pulang sekarang.

"Gue gak mau bikin member yang lain kepikiran terus-terusan sama keadaan gue. Gue juga udah banyak ngerepotin mereka." Tambah Gabby dengan mengusap air matanya agar bisa berhenti. "Gue mau pulang ke rumah aja Jun."

Selang beberapa waktu kemudian akhirnya Haejun memutuskan untuk menghubungi Maxim. Ia mengeluarkan ponselnya dan mencari kontak Maxim.

"Max lo dimana?"

Ya di dorm lah, mau kemana lagi.

"Oh gue kirain lo lagi kencan sama Yura."

Gak. Gue di dorm. Kenapa sih?

"Gue lagi sama Ariel dia mabuk berat. Dia mau pulang ke rumah, tapi gue gak tau rumah lo dimana."

Ariel? Ngapain dia sama lo? Yaudah lo dimana? Biar gue jemput.

Tut tut tut

"Belum selesai ngomong udah dimatiin aja." Gerutu Haejun.

Haejun mengirim pesan pada Maxim untuk memberitahu dimana keberadaan mereka.
Setelah menunggu sekitar 40 menitan, akhirnya Maxim datang. Sedangkan Gabby kini sudah terkulai lemas sambil meracau tak karuan.

"Kok dia bisa sama lo?" Tanya maxim yang baru saja tiba.

"Gue ngajak dia jalan."

Haejun hendak menggendong Ariel namun dihentikan Maxim. "Udah biar gue aja."
Haejun tidak bisa menolak. Ia menepi memberi ruang untuk Maxim agar bisa leluasa meletakkan Gabby dipunggungnya.

"Thanks Jun, lo bisa balik sekarang, biar Ariel pulang ke rumah sama gue."

Haejun hanya bisa mengiyakan permintaan Maxim. Entah sejak kapan Haejun menaruh rasa pada Gabby. Diam-diam memperhatikannya, dan diam-diam selalu peduli tentangnya. Meskipun cukup lama tak saling sapa, namun Haejun harus mengakui bahwa ia tidak bisa menghapus rasanya pada Gabby.

SECRET | Mark GiselleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang