Chapter 7

3 7 0
                                    

Aku dan Swari memutuskan untuk kembali ke tempat kami, disana aku melihat Laksmi sedang bersenda gurau dengan Bima. Bahkan Bima memainkan gitarnya dan bernyanyi untuk Laksmi.

"Wah kamu ternyata pinter main gitar ya." Puji Swari seraya duduk disamping Laksmi.

"Haha cuma hobi aja, oh iya file foto dan videonya udah aku kirim ke Laksmi ya." Ucap Bima.

"Okey, thank you Bima." Ucap Swari.

"Btw kegiatan tari kalian ini boleh gue upload gak di sosmed?" Tanya Bima.

"Boleh kok, gak masalah." Jawab Swari

"Nice!" Pekik Bima.

"Yak! Siapa yang mau request lagu angkat tangan!" Ucapku seraya mengangkat tangannya.

"Akuu!!" Teriak Swari seraya tertawa kecil.

"Baik untuk saudari Swari ingin request lagu apa?" Tanyaku dengan jemariku yang sedari tadi sangat gatal ingin memetik senar gitar ini.

"Lagu Dewa 19-kangen, kita duet ya." Tantang Swari.

"Oh duet? Oke siapa takut." Sahutku.

Petikan gitar mulai mengalun dipadukan dengan suara Swari yang begitu merdu dan indah. Aku benar-benar menikmati keselarasan harmoni ini, ternyata selain parasnya yang rupawan Swari memiliki suara yang begitu merdu dan indah. 

"Habis ini kemana lagi?" Tanya Bima.

"Ke danau yuk." Ucap Laksmi. Aku kebingungan melihat reaksi Swari yang terkejut mendengar jawaban Laksmi.

"GAS!" Teriak Bima seraya bersiap mengemas barang-barang untuk dimasukkan ke mobil.

"Kenapa Ri? Kamu lagi gak pingin ke danau?" Tanyaku seraya menggulung tikar.

"Engga, aku cuma kaget liat Laksmi bisa cepet akrab sama Bima." Jawab Swari seraya membantuku untuk menggulung tikar.

"Bima emang orangnya ramah jadi dia cepet akrab sama siapa aja." Sahutku dan Swari hanya mengangguk.

Lalu kami berempat pergi menuju danau Beratan, di sepanjang perjalanan aku tak pernah bosan memandang ke arah luar jendela. Pemandangan disini sangat indah.

"Yuk turun guys." Ucap Swari seraya turun dari mobil.

Benar-benar luar biasa, pemandangan danau yang begitu indah dengan bukit menjulang begitu tinggi. Kabut-kabut yang berada di atas danau menambah kesan indah.

"Mau naik boat ga?" Tanya Swari.

"Mauu!" Jawab Bima antusias

"Yuk!" Ucap Swari seraya berlari kecil menuju tempat penyewaan boat, kami yang melihatnya hanya bisa mengikutinya.

"SERU BANGET!" Teriak Bima seraya mengangkat tangannya.

"Eh awas jatuh." Ucap Laksmi, namun bukannya menurunkan tangannya ia malah menganhkat tangan Laksmi juga.

"Heh!" Gerutu Laksmi dengan wajah datar dan kami hanya tertawa melihatnya.

Aku tersenyum seraya memotret mereka dengan pemandangan danau yang begitu memukau.

"Suka?" Tanya Swari seraya tersenyum.

"Tentu." Jawabku seraya tersenyum. 

Akhirnya kami duduk-duduk ditepi danau untuk menikmati keindahannya, sudah lama aku tak merasa sedamai ini. Ku tatap Swari sejak tadi tak henti-hentinya meniup kedua jemarinya.

"Dingin ya?" Tanyaku dan ia hanya mengangguk.

"Mau tau cara biar tangan hangat gimana?"

"Gimana?" Tanyanya. Lalu aku memasukkan kedua tangan Swari ke dalam kantung hodieku.

"Gimana?" Tanyaku dan ia hanya tertawa kecil.

"Hangat." Jawabnya. Hingga bisa ku rasakan telingaku mulai memanas.

"Uuu nyamuk." Sindir Bima. Kami berempat terlalu larut dengan keindahan danau beratan hingga tanpa sadar kini sudah pukul 4 sore.

"Udah sore, pulang yuk mbok gek, nanti Ajik nyariin." Ucap Laksmi.

"Mbok gek?" Tanya Bima.

"Mbok gek kalau dibali itu artinya kakak perempuan, kalau untuk kakak laki-laki itu bli." Jawab Laksmi dan Bima hanya mengangguk mengerti.

"Yaudah yuk pulang daripada nanti orang tua kalian kebingungan." Ucapku.

Sesampainya di rumah Swari, ibunya mengajak kami untuk makan bersama disana. Dari tampilannya saja sudah sangat menggugah selera dan benar saja masakan beliau sangat enak. Seusai makan aku melihat ayah Swari menuju teras rumah sambil membawa segelas kopi, entah mengapa aku berniat untuk menyusul beliau.

"Permisi om." Ucapku. Lalu beliau hanya menoleh ke arahku dan kembali menyuruput kopinya.

"Duduk." Ucapnya. Segera saja aku duduk bersila dihadapannya.

"Ada apa?" Tanyanya.

"Om, jika boleh saya tahu sanggar ini dibuka sejak kapan ya om?" Tanyaku.

"Sanggar tari ini sudah ada sejak ibu Swari mulai mengajar anak-anak disini latihan menari dan kini Swari menggantikan ibunya untuk mengajar." Jawabnya.

Tanpa sadar obrolan kami semakin mendalam membahas tentang kesenian Bali, aku sangat tertarik dengan penjelasan yang diberikan oleh ayah Swari mengenai beberapa tradisi Bali yang tak kuketahui. 

"Kalo kamu mau lihat keindahan desa Bali, lebih baik kamu melihat desa Penglipuran. Disana sangat terlihat desa Bali tempo dulu dan juga sangat asri." Jelas beliau.

"Boleh saya mengajak Swari untuk pergi mengunjungi desa Penglipuran om?" Tanyaku. Jujur dalam lubuk hatiku yang paling dalam aku berharap bahwa beliau mengizinkan untuk mengajak Swari pergi bersamaku.

"Kamu dan Swari ini hanya teman kan?" Tanya beliau dengan sorot mata yang begitu tajam.

PrabaswariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang