Olivia terbangun dari tidurnya. Kepala terasa sedikit sakit dan membuat pandangannya berkunang-kunang. Ia mencoba meneliti sekelilingnya. Terlihat seperti di ruangan kamar hotel. Olivia bahkan tidak ingat bagaimana ia bisa masuk ke dalam kamar ini. Sejauh yang ia ingat, ia pergi ke acara ulang tahun Brianna lalu Rodrigo mengajaknya ke suatu tempat.
"Kau sudah bangun?" Olivia menoleh, Rodrigo keluar dari kamar mandi dan tampaknya sedang bersiap untuk pergi.
"Bagaimana kita bisa ada disini? aku benar-benar tidak mengingat apapun." Olivia mencoba mengurangi sakit di kepalanya dengan meminum air putih.
"Aku hanya memberimu sedikit untuk minum, tapi kau diam-diam membeli minuman lagi di samping hotel" Olivia mengernyit, ia benar-benar tidak mengingat kejadian itu sedikitpun. Sekilas bayangan tentang apa yang terjadi tadi malam juga tidak lewat dalam kepalanya.
"Benarkah?"
"Ya, kau mabuk sampai bertindak liar tadi malam, dan sedikit membuatku malu" Olivia tersentak. Benarkah? Apakah dandananku tadi malam juga rusak? Apa gaunku masih bagus?. Batin Olivia. Ia merangkak dari tempat tidur mendekati Rodrigo dan mencoba memeluk tubuh laki-laki itu.
"Oh, Rodrigo, maafkan aku, aku berjanji tidak akan meminum alkohol lebih dari satu botol lagi. Mungkin aku terlalu bahagia tadi malam sampai tidak bisa mengendalikan tindakanku."
"Tidak apa, bersiaplah, kita akan kembali ke Santo Domingo siang ini, aku menunggumu di bawah, aku sudah lapar sekali"
"Oh, kau tidak ingin menunggu di kamar, kau tahu aku akan mandi." Olivia mencoba menggoda Rodrigo dengan nada sensualnya. Sayangnya Rodrigo hanya tersenyum dan menggeleng lembut, setelah itu meninggalakannya sendiri di kamar.
"Apa tubuh wanita sudah tidak menarik lagi di matamu, Rodrigo bodoh!!" Olivia begitu kesal dengan Rodrigo yang seakan tidak tertarik dengan dirinya. Banyak lelaki yang rela menunggu lama untuk sekedar bertemu dan ngobrol dengannya. Olivia memutuskan untuk mandi dengan waktu yang lama, ia ingin Rodrigo juga merasakan kekesalan yang sama dengan yang ia rasakan.
Setelah dua jam menghabiskan waktu untuk mandi, berdandan dan bersiap-siap, Olivia menyusul Rodrigo di lobi hotel yang sedang memainkan ponselnya. Sampai sekarang, Olivia tidak tahu bagaimana meluluhkan sifat arogan dari Rodrigo. Olivia hampir kehabisan cara untuk membuat Rodrigo sedikit saja melihatnya atau bersikap mesra, memberinya perhatian atau mencarinya. Rodrigo jauh dari itu semua.
Tidak tampak wajah kekesalan yang diharapkan Olivia di wajah Rodrigo karena harus menunggu lama. Bukan karena maklum dan sayang, tapi memang benar-benar tidak peduli.
"Kau sudah siap?" Tanya Rodrigo dengan wajah datarnya.
"Seperti yang kau lihat." Balas Vivianne tak kalah datar.
"Baiklah, kita ke bandara."
"Kau tahu, selagi kita berdua seperti ini, kita bisa sedikit menghabiskan waktu bersama..."
"Kau tahu pekerjaanku sangat sibuk."
"Maksudku..."
"Kau ingin tinggal disini sendiri?, aku akan kembali ke Santo Domingo sekarang, supir sudah menjemputku di depan."
Olivia tidak lagi berargumen, Rodrigo benar-benar tidak bisa didebat. Olivia mengambil tasnya dan mendahului Rodrigo ke pintu depan. Bahkan Rodrigo tidak menawarkan sedikit bantuan untuk menolongnya mengangkat tas atau kopernya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Left My Heart In Santiago
RomanceRodrigo yang menghabiskan hampir setengah perjalanan masa mudanya bekerja sebagai orang kepercayaan dari "Orang" yang menghancurkan kehidupan orang tuanya. Semuanya ia lakukan untuk bisa membalas dendam atau kehidupannya yang hancur. Dipertemukan de...