Acara akhirnya selesai saat malam sudah sangat larut. Para tamu sudah pulang dan para maid juga sudah mulai merapikan halaman belakang yang dipakai untuk acara tadi malam. Rodrigo benar-benar bahagia mala mini. Ia bisa berkumpul dengan banyak kenalan dan saudaranya. Beberapa teman masa kecilnya juga datang. Mereka kembali bernostalgia menceritakan masa lalu saat masa sekolah dulu. Sudah lama Rodrigo tidak merasakan sebahagia dan senyaman ini. Benar-benar seperti pulang ke rumah.
Rodrigo melihat keadaan rumah sudah sepi. Melcia dan Brianna pasti sudah masuk ke kamar mereka masing-masing. Rodrigo juga sudah merasa lelah sekali. Ia memutuskan untuk langsung beristirahat saja.
Rodrigo masuk ke kamar untuk mandi lalu tidur. Ia sampai lupa bahwa selama di acara tadi tidak menghidupkan ponselnya. Rodrigo mengaktifkan kembali ponselnya untuk melihat kabar terbaru dari klien-klien. Begitu sambungan internet sudah menyala di ponselnya, muncul puluhan pesan dari "Bennet Sialan". Seketika mood Rodrigo memburuk. Bennet memang tidak pernah gagal merusak hari-harinya.
Bennet adalah tunangan Rodrigo. Olivia Bennet adalah anak perempuan dari klien Rodrigo yang paling berpengaruh. Anak perempuan manja dan bodoh adalah gambaran yang paling tepat untuknya. Olivia hanya tahu bagaimana cara menghabiskan uang ayahnya tanpa mau bekerja. Posisi penting yang diberikan kepadanya di perusahaan hanya sekedar formalitas. Rodrigo sebenarnya sangat anti dengan perempuan yang seperti itu. Tapi melepas Bennet dari genggamannya, sama saja merusak semua rencana yang sudah ia susun dari dulu. Olivia salah satu kunci ia untuk berhasil, meskipun melayani sikapnya sering membuat Rodrigo sakit kepala.
Drrrrrttt.... drrrrrtt
Ya. "Bennet Sialan" menelponnya.
"Hai sayang, akhir-akhir ini kau sangat sibuk ya?" Nada sarkas dari Olivia benar-benar membuat Rodrigo muak.
"Apa yang kau inginkan? Aku sedang malas berdebat denganmu." Rodrigo merebahkan badan sambil menahan emosinya. Olivia memang perempuan yang mampu membuat kepalanya benar-benar pusing.
"Ada apa denganmu? Kau menemukan jalang lain disana sehingga kau begitu kasar denganku?" Rodrigo memilih untuk tidak terpancing emosi.
"Aku ingin beristirahat, aku akan mematikan telpon ini"
"Oh tentu saja kau perlu beristirahat, kau banyak menghabiskan waktu dengan jalang busuk disana, dan kau..."
Klik.
Rodrigo langsung memutuskan sambungan telpon dan memblokir nomor Olivia. Tujuan ia pulang ke Santiago benar-benar ingin melepaskan kepenatan yang salah satunya ditimbulkan oleh Olivia. Waktu yang dibutuhkan juga masih sangat panjang untuk ia bisa melepaskan perempuan itu.
Pagi tiba, Rodrigo merasakan wajahnya diterpa angin yang begitu menenangkan. Rodrigo tersenyum, sepertinya sudah lama sekali ia tidak merasakan perasaan nyaman ini.Rodrigo membuka mata dan mendapati jendela di kamarnya sudah terbuka sedikit, mungkin bibi Mathilda yang membukanya. Rodrigo segera bersiap untuk mandi dan turun ke bawah, perutnya sudah kelaparan.
Kegaduhan di ruang makan membuat Rodrigo menggelengkan kepalanya. Seperti biasa, selama Melcia dan Brianna masih ada di satu tempat, tidak mungkin mereka mereka membiarkan ruangan itu sepi tanpa keributan.
"Sudah Mel, biarkan saja adikmu itu berbicara, kau akan lelah sendiri berbicara dengannya" Bibi Mathida muncul dari dapu membawa sebotol susu.
"Kau tahu, Mom itu bukan membelamu, tapi terlalu lama mendengarkan suaramu membuat kami semua yang di rumah ini pusing"
"Ohh really?" Jawab Brianna tidak peduli.
Rodrigo duduk di samping Brianna yang sudah kelihatan rapi, tampak sudah siap ingin pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Left My Heart In Santiago
RomansaRodrigo yang menghabiskan hampir setengah perjalanan masa mudanya bekerja sebagai orang kepercayaan dari "Orang" yang menghancurkan kehidupan orang tuanya. Semuanya ia lakukan untuk bisa membalas dendam atau kehidupannya yang hancur. Dipertemukan de...