Four

5 3 0
                                    

Malam Pertama













Hembusan angin dari sela-sela kayu bangunan membawa hawa dingin itu masuk ke dalam kamar Rin. Bau tanah lembap bertanda akan turunnya hujan. Tak lama setelah hembusan angin itu masuk ke dalam kamar, suara gemuruh hujan yang turun terdengar dari atas atap.

Hawa dingin namun menyejukkan dibawa oleh hujan tersebut. Hujannya begitu deras sampai bisa meredam suara Ryuzaki dan Mizaki yang mengomel karena tidur mereka terganggu.

Aneh sekali. Padahal tadi Rin sempat melihat bulan di langit dan tidak terlihat tanda-tanda akan turun hujan. Tapi, mengapa bisa tiba-tiba turun hujan dengan lebat?

Rin, Ryuzaki dan Ryo tetap tertidur, tak mengindahkan suara hujan yang cukup mengganggu itu. Mereka lebih peduli memulihkan tenaganya untuk besok. Mencari bukti tentang rumor itu.

Pada awalnya semua baik-baik saja dan tidak terjadi apa pun. Namun tiba-tiba Ryo terbangun, membuka matanya dan duduk mematung di tempatnya. Pandangannya lurus ke depan tanpa berkedip. Bau semerbak bunga itu kembali mengisi ruangan kamar.
Rin juga sampai gelisah dalam tidurnya karena bau itu sangat menyengat.

"Akabane... Akabane..."

Rin mencoba untuk sadar dari tidurnya, karena ia merasa ada seseorang yang memanggilnya. Rin kemudian membuka matanya, ia lalu menoleh ke sebelah kirinya dan melihat Ryo yang duduk bergeming di sana.

'Hm? Apa yang Ryo lakukan?' batin Rin. Ia lalu bangun dan duduk. "Ryo?" panggilnya pelan.

Belum ada satu detik setelah panggilan itu, Ryo langsung menoleh ke arah Rin, seperti tersadar dari sesuatu.

Napas Ryo memburu, ia juga menoleh ke sana dan kemari. "Dimana aku?" tanyanya ling lung.

"Ryo, kau sedang ada di penginapan," sahut Rin yang juga bingung dengan sikap Ryo yang tiba-tiba berubah itu.

"Ah, Rin!" serunya. Ryo menghela napas lega setelah melihat Rin ada di sampingnya.

"Apa yang sedang kau lakukan?" tanya Rin.

Ryo menggeleng cepat. "Aku juga tidak tahu. Tiba-tiba saja aku terbangun dan... Ahh! Aku tidak mengingat apa pun setelahnya," jawabnya.

Ryuzaki ikut terbangun karena suara berisik dari Ryo. Ryuzaki menggaruk kepalanya dan bertanya, "Ada apa malam-malam begini ribut?"

"Ryo tiba-tiba saja terbangun dan tidak tahu dia terbangun karena apa. Saat aku melihatnya, dia hanya duduk dan memandang lurus ke arah depan," kata Rin. Penjelasannya itu dapat dipahami oleh Ryuzaki karena laki-laki itu mengangguk.

"Lebih baik kita tidur kembali. Sudah malam juga, jangan membuat keributan nanti orang-orang akan kemari," ucap Ryuzaki sambil memposisikan dirinya untuk berbaring lagi.

Rin dan Ryo mengangguk paham, kemudian mereka ikut tidur bersama Ryuzaki.

●☆☆☆●

Keesokan harinya....

Rin terbangun dan mendapati Ryo sudah berpakaian lengkap dan rapi.

"Ohayou, Rin," sapa Ryo sambil tersenyum ke arah Rin.

"Ohayou, Ryo," jawab Rin, ia kemudian menoleh ke arah kanan, Ryuzaki ada di sana dan masih tertidur.

"Kau harus mandi Rin. Itu akan membuatmu menjadi segar," ujar Ryo.

Rin mengalihkan pandangannya kepada Ryo kembali. "Ok," sahutnya ringan. "Jangan bangunkan Ryuzaki, biarkan dia bangun sendiri," tambahnya.

Ryo mengangguk paham.

Higanbana TerrorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang