Five

2 1 0
                                    

Mimpi








"Kau membawa kamera?" tanya Rin saat Ryuzaki baru saja duduk di sebelahnya yang sedang mengikat tali sepatu.

Ryuzaki bergumam, dia juga kemudian memakai sepatunya.

"Menurutmu apakah yang dikatakan wanita itu benar?" tanya Rin lagi.

"Soal apa?"

"Tumbal."

Ryuzaki menghentikan kegiatan mengikat sepatunya. Dia menatap lurus ke depan. Entah melihat apa, lalu bergumam, "Aku tidak yakin." Dia kemudian melanjutkan mengikat tali sepatunya lagi.

Jawaban Ryuzaki membuat rasa penassran Rin semakin bertambah. Ia juga tidak yakin tentang cerita yang diberikan oleh Wanita itu. Apalagi tempat tinggalnya jauh sekali dari desa. Mana bisa dipercaya, kan?

●☆☆☆●

Tiga puluh menit perjalanan menuju desa akhirnya mereka sampai juga. Kali ini pemandangannya berbeda dari kemarin. Sekarang banyak sekali orang berlalu lalang, mengobrol, dan anak kecil yang bermain.

"Waahh...? Yang benar saja!" gerutu Kentaro merasa kecewa karena kemarin rumah-rumah itu sangat sepi seperti tidak memiliki penghuni.

Pada saat mereka sedang memandangi orang-orang desa itu, salah satu warga desa menghampiri mereka berenam dengan tatapan aneh.

"Kalian mau apa kemari?"

Semuanya terlompat kaget dan langsung mundur serempak ke belakang.

"Bukankah orang luar sudah dilarang untuk datang ke desa ini!" Seorang pria yang kemungkinan berusia setengah abad itu menatap tajam ke arah Rin dan yang lainnya. Orang-orang desa yang tadi sibuk dengan kegiatannya masing-masing kini pandangannya menuju ke arah mereka berenam.

"Kami... Kami... Anoo..."

"Pergi dari sini!" Seorang wanita paruh baya muncul tiba-tiba dan mengusir mereka dari desa. "Kalian pasti datang kemari karena berita itu kan!"

Ryo dan Mizaki ketakutan. Mereka sampai bersembunyi di belakang Ryuzaki dan menarik-narik jaketnya.

"Pergi! Pergi! Pergi! Pergi! Pergi!" Warga desa semuanya bersorak menyerukan ketidaksetujuan mereka pada Rin dan teman-temannya di desa mereka.

"Iya, kami datang kemari hanya ingin mengetahui tentang berita itu! Tolonglah beritahu kami kejelasan tentang rumor yang beredar!" seru Yamato kepada warga desa.

Semuanya tiba-tiba berhenti bersorak dan menatap Yamato dengan seksama.

"Apa benar kasus kematian di desa ini dikarenakan tumbal?" tanya Yamato.

Pria tadi menyipitkan matanya. "Tumbal? Dari mana kau mendapatkan informasi seperti itu?"

"Kalian, kalian menumbalkan mereka kan?!" seru Yamato.

"Pergi dari sini! Dan jangan pernah datang lagi!"

Warga desa berbondong-bondong mengusir Rin dan teman-temannya. Mereka sampai memukul dan mendorong kelompok Rin agar cepat pergi dari sana.

Setelah Rin dan yang lainnya sudah keluar dari desa, mereka semua menghela napas lega karena tak terjadi apa pun.

"Astaga... Aku ketakutan setengah mati..." gumam Ryo sambil memeluk dirinya sendiri. Tubuhnya juga bergetar hebat.

"Hmm..." Mizaki hanya bergumam tidak jelas sambil berjongkok di dekat Kentaro.

Yamato mendengus. "Ya, Ryuzaki Momonosuke memang penakut. Hanya satu kali digertak pun dia sudah menyerah. Kudaranai..." ucap Yamato dengan nada mengejek.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 22, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Higanbana TerrorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang