Two

6 8 1
                                    

Permulaan









Liburan musim panas baru saja dimulai saat bel tanda pulang sekolah di bunyikan. Semua murid bersorak sorai kegirangan menyambut liburan musim panas kali ini, karena mereka sudah bisa menikmati liburan ke tempat manapun yang mereka inginkan.

Begitu juga dengan Rin dan teman-temannya, mereka juga menyambut liburan musim panas kali ini dengan antusias.

"Kalian sudah siap dengan 'Long Journey' kali ini?" seru Ryo sambil tertawa di koridor yang sedang mereka lalui.

"Tentu saja!" sahut Mizaki dan Kentaro bersamaan.

Mereka semua akan ikut serta dalam pencarian bukti tentang kasus di desa itu. Tak terkecuali Ryuzaki yang awalnya enggan tapi entah karena apa dia memutuskan untuk ikut juga.

Rin hanya tersenyum simpul melihat tingkah mereka bertiga. Sedangkan Ryuzaki dan Yamato, mereka diam saja sejak keluar dari kelas.

Sebenarnya ada perasaan mengganjal dipikiran Rin sekarang, tapi ia tak tahu perasaan apa itu. Seperti, akan terjadi masalah besar, tapi semoga saja firasatnya itu meleset dan hanya sekadar angin lalu.

Mizaki berbalik dan menatap teman-temannya, kemudian bertanya, "Kalian mau bawa apa? Camilan? Makanan berat atau instan?"

"Lebih baik kita berbelanja saja, untuk persiapan," sahut Ryo memberi saran, lalu menambahkan, "Tapi makanan instan sepertinya lebih baik karena tidak gampang basi."

Mizaki mengangguk. "Ok!"

Ketiga teman Rin sangat berisik dan heboh. Mereka tidak tahu hal besar apa yang akan terjadi saat mereka sudah tiba di desa terpencil itu.

●☆☆☆●

Karena mereka akan tinggal di sana cukup lama, mereka memutuskan untuk pergi menggunakan kereta saja. Jika pakai mobil, mereka takut mobil itu tidak akan bisa menjangkau desanya, karena dari informasi yang ada di internet tempat itu cukup sulit untuk didatangi menggunakan kendaraan besar.

Akabane Rin sedang mendengarkan lagu di ponselnya dengan earphone yang menempel di telinga. Matanya terpejam menikmati goncangan kecil dari kereta yang berjalan. Di sebelahnya ada Ryuzaki dan di depannya ada Yamato dan Mizaki, lalu di belakang tempat duduknya ada Kentaro dan Ryo. Karena perjalanan yang ditempuh akan cukup jauh mereka sebisa mungkin untuk istirahat di kereta.

"Apa lihat-lihat?!"

Terdengar suara Ryuzaki yang terdengar jengkel di sebelah Rin, namun ia tak terlalu peduli karena sudah lelah dengan pertengkaran laki-laki itu. Sudah bisa ditebak juga, dia pasti berbicara kepada orang di depannya, Yamato Hanabusa.

Tanpa diketahui siapa pun, kecuali Ryuzaki, Yamato menyeringai ke arah Ryuzaki. Dia memiringkan kepalanya dan bergumam tidak jelas kepada Ryuzaki. Suasana kereta yang sangat sepi, membuat Ryuzaki bergidik ngeri melihat tingkah aneh yang dilakukan oleh Yamato. Dia menatap tepat ke arahnya tanpa berkedip dan sesekali bergumam tidak jelas.

Tak ingin berlama-lama berpandangan dengan Yamato yang menjadi aneh, Ryuzaki segera memejamkan matanya dan menepis segala ketakutannya. Tapi dibalik itu, setelah Ryuzaki menutup matanya, Yamato beralih menatap Rin. Dia lalu bergumam lirih, "Kini giliranmu, Akabane Rin."

●☆☆☆●

Perjalanan yang sangat lama ini, justru bertambah menjadi 2 jam lagi karena cuaca buruk yang tiba-tiba saja terjadi. Karena jarak pandang yang minim, kereta diharuskan melaju lebih pelan dari biasanya karena takut akan terjadi kecelakaan.

Sekitar sembilan jam perjalanan dari pukul tujuh pagi sampai sekarang jam tiga sore, akhirnya Rin dan teman-temannya sudah berada di stasiun Tsuruoka. Mereka akan bersiap-siap menuju dimana desa terpencil itu berada.

"Ahh... Punggungku rasanya akan copot..." keluh Mizaki dengan nada dramatis. Wajahnya terlihat masih mengantuk. "Ryuzaki... Tolong gendong aku..."

Rin tersenyum geli melihat Mizaki yang meminta untuk digendong oleh Ryuzaki. Ia melirik ke arah Ryuzaki dan mengira laki-laki itu akan marah atau bagaimana terhadap Mizaki, tapi ternyata ia salah.

Biasaya Ryuzaki akan menanggapi itu dengan gurauan juga, tapi kali ini laki-laki itu lebih pendiam dari biasanya. Saat ditanya oleh Rin pun, Ryuzaki hanya menjawab seadanya dan akan selalu menghindari pertanyaan seperti, "Kau baik-baik saja" atau "Ada apa denganmu" Dia akan langsung terdiam dan mengunci mulutnya. Itu membuat Rin sedikit khawatir kepadanya.

Sejak awal Rin sudah meyakinkan Ryuzaki untuk memikirkan baik-baik keputusannya untuk ikut serta, karena Rin tahu jika Ryuzaki sama sekali tidak kuat jika berurusan dengan hal-hal seperti itu. Tapi dia tetap memaksa ikut dengan alasan, tidak akan ada yang menjaga Rin nantinya.

Rin dan Ryuzaki sudah berteman sejak duduk di bangku Sekolah Dasar. Saat itu Rin pindah dari Kyoto ke Tokyo dan tidak mengenal siapa pun. Dan di sanalah ia bertemu dengan Ryuzaki, orang pertama yang mau mengajaknya mengobrol dan membahas hal-hal sepele dengan menyenangkan.

"Ada apa dengan Ryu? Dia demam kereta ya?" tanya Mizaki pada Rin sambil memijit kepalanya yang pusing karena terus duduk di kereta selama berjam-jam.

Rin melirik sekilas ke arah mizaki dan kembali memandang Ryuzaki. "Dia mungkin sedang tidak nyaman. Biarkan saja. Aku akan bicara dengannya nanti," katanya. Berusaha membuat semuanya baik-baik saja.

Di sisi lain Yamato juga sedang memperhatikan keduanya. Ia menyeringai saat melihat Ryuzaki yang terus menerus gelisah. "Start...?" gumamnya.

●☆☆☆●

Dari tempatnya berpijak, Rin bisa melihat jejeran rumah di kanan dan kirinya sejauh mata memandang. Jalan kecil yang menjadi pemisah begitu panjang sampai menuju sebuah gunung yang terletak di ujung jalan itu.

Mereka mulai melangkah menyusuri jalan kecil itu dan melihat-lihat. Kening Rin berkerut samar, kenapa sejak kedatangannya tak ada satu pun orang di sekitar sini. Apakah orang-orang di sini takut dengan kasus kematian misterius itu? Tapi berita itu mengatakan bahwa orang-orang mati juga di temukan di dalam rumah. Jadi kenapa mereka takut untuk keluar?

Bangunan rumah-rumah itu terlihat masih sangat kukuh untuk ditinggali. Rumah-rumah itu juga tampak bersih tidak seperti yang ada di pikiran Rin. Rumah kotor, banyak debu dan sarang laba-laba dimana-mana serta rumput liar yang tumbuh tinggi di halamannya.

Mereka berenam saling bertukar pandang satu sama lain. Seperti memikirkan hal yang sama.

Ryo berdeham memecah keheningan, kemudian bergumam, "Jadi ini tempatnya?" Dia memandang berkeliling. "Kita akan tinggal di mana selama berada di sini?"

Kentaro juga ikut memandang sekeliling. "Hmm... Kita juga tidak punya rekomendasi tempat penginapan dari internet tentang tempat ini," timpalnya.

Yamato tiba-tiba berjalan ke depan, berhenti saat dia sudah berada di hadapan yang lain kemudian membalikkan badannya. "Aku tahu di mana tempat yang bagus dan nyaman untuk menginap selama beberapa hari. Biayanya pun cukup murah, jadi tak perlu cemas," ujarnya, lalu menambahkan, "Bagimana? Kalian mau?"

Mizaki, Kentaro dan Ryo takjub dengan Yamato yang mengetahui tempat penginapan di desa terpencil ini. Tapi, berbeda dengan Ryuzaki dan Rin, mereka berdua justru merasa ada yang tidak beres dan aneh terhadap Yamato. Bagaimana dia bisa tahu tempat penginapan dengan biaya murah di tempat terpencil yang bahkan di internet pun tidak ditemukan di sana.

Higanbana TerrorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang