"Mama nggak mau kalian berdua berleha-leha diusia muda, karena kehidupan kalian terjamin. Mama cuma mau mengajarkan pentingnya membentuk mental yang kuat agar tidak mudah dijatuhkan oleh orang-orang sekitar."
Tujuan didikan dari sang mama
__________________________________Hai, hai, hai welcome back to my lapak story 👋.
Yeay, akhirnya bisa up new bab 😃.
Happy reading, man teman 😊.
✨
✨
✨
Kilau cahaya senja sudah mengundurkan diri. Suasana petang pun menjadi teman Ayra di perjalanan yang penuh dengan pengendara lain.
Tiga puluh menit berlalu. Motor matic berwarna tosca itu sudah terparkir di garasi rumah.
"Assalamualaikum," ucapnya, yang sudah dipastikan akan seperti hari-hari biasa. Mendapat sambutan yang kurang menyenangkan dari sang mama.
"Waalaikumussalam," jawab orang-orang yang tengah menyantap makan malam.
"Bagus ya, anak gadis jam segini baru pulang?" interupsi Alma yang sesaat menghentikan kegiatan makannya.
Sedang yang diajak bicara hanya berdiri jengah di dekat ruang makan yang tidak jauh dari anak tangga.
"Ma." Sang kepala keluarga pun hendak menengahi istri dan anak gadisnya, sebelum keduanya saling mengeluarkan argumen masing-masing.
"Mama belum selesai bicara, Pa." Istrinya itu paling tidak suka jika sedang berbicara lantas ada yang menyela.
"Ada lagi pertanyaan lain yang ingin Mama tanyakan sebelum aku ke kamar?" tanya Ayra yang berusaha tenang meski moodnya sudah mulai anjlok, agar tidak dicap sebagai anak yang kurang sopan pada orangtuanya.
"Kenapa kamu baru pulang jam segini?" tanya sang Mama mengulang.
Pasalnya, memang Ayra pulang sudah sangat terlambat. Putri bungsunya itu pulang di saat jam sudah menunjukkan pukul 19.15. Ia pun tidak memberi kabar orang rumah jika pulang tidak tepat waktu.
"Tadi sebelum pulang, aku mampir dulu ke florist," jawab Ayra yang masih berdiri pada posisi awal.
"Terus ponsel kamu udah nggak berguna, sampai nggak bisa hubungi orang rumah?" Sekeras-kerasnya Alma mendidik putra putrinya. Tetap saja, jika anak gadisnya pulang terlambat tanpa memberitahu. Ibu mana yang tidak merasa khawatir.
"Kalau aku tau bakal kejebak macet sampai lama, aku pasti bakal hubungi Mama, Papa ataupun Kak Aksa, Ma. Lagipula ketika sedang di jalan, aku nggak bisa mainan ponsel," sahut Ayra yang kini badannya benar-benar sudah lelah.
Tangan kanannya menenteng tas laptop. Tangan kirinya membawa tote bag berisi buku-buku dan setumpuk kertas skripsi. Lagi, pikirannya juga masih tertuju pada revisian yang belum sepenuhnya tuntas.
"Kamu itu selalu beralasan macet, macet, dan macet. Mama curiga, jangan-jangan kamu habis kelayapan entah kemana."
"Kalau Mama nggak percaya, ya sudah. Besok-besok mending Mama ngga usah tanya kalau aku pulang terlambat," ujar Ayra dan berlalu meninggalkan orangtua dan kakaknya.
Setelah anak gadisnya pergi. Alma tidak lagi mood untuk menghabiskan makanannya dan langsung turut beranjak menuju ke kamar.
Di ruang makan hanya tersisa malik dan anak sulungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Give Me Support
RomanceKeluarga yang seharusnya menjadi support system paling utama, justru yang paling sering mematahkan semangat untuk terus melangkah. Alhasil, memberikan dampak kurang baik pada mindset anak gadisnya. Ayra, mahasiswa tingkat akhir dengan segala lika li...