"Ujian tak selamanya berbentuk pertanyaan pada lembar ulangan. Menunggu dosen yang tak kunjung datang, bukankah itu juga sebuah ujian dalam melatih kesabaran?"
Ayra dengan rasa sabarnya
__________________________________Hai, everyone. Welcome back to my lapak cerita 👋.
Akhirnya, bisa up new chapter ☺️.
Happy reading, and i hope you guys like with this story 😀.
✨
✨
✨
Tok, tok, tok. . .
"Mbak Ayra, Mbak," panggil Bik Nunung di depan kamar anak majikannya.
Pasalnya, jam sudah menunjukkan pukul 07.00. Sedangkan Malik, Alma, dan putra sulungnya sudah berkumpul di ruang makan untuk sarapan. Hanya putri bungsunya yang belum menampakkan batang hidung.
Lantas, Alma meminta asisten rumah tangganya untuk memanggilkan sang anak gadis.
"Kok hening ya kamar, Mbak Ayra. Apa belum bangun? Tapi, kayaknya nggak mungkin kalau Mbak Ayra jam segini masih tidur," pikir Bik Nunung dalam hatinya.
"Mbak Ayra, Mbak. Ini bibi," ucapnya sekali lagi. Namun, sang empu sepertinya tidak mendengar.
Takut terjadi sesuatu, Bik Nunung lantas mencoba menarik gagang pintu dan berhasil.
Saat pintu terbuka, nampak di meja belajar gadis yang sedari tadi dipanggil namanya, tengah tertidur dengan posisi duduk dan menelungkupkan wajahnya di depan layar laptop yang masih menyala. Pun lengkap dengan mukena yang masih terpakai.
"Mbak Ayra." Bik Nunung dengan sabar mencoba membangunkan Ayra.
Merasa namanya disebut-sebut, Ayra pun mengerjapkan mata dan menggeliat kecil.
"Bibi," cicitnya yang belum terbangun dengan sepenuhnya.
"Iya, mbak ini bibi. Mbak Ayra sudah jam tujuh kok belum bangun? Terus kenapa tidur di sini? Itu laptopnya juga masih nyala?" Rentetan pertanyaan dari ART-nya tak begitu ditanggapi. Akan tetapi, mendengar angka jam yang disebutkan, mata Ayra membulat sempurna.
"Jam tujuh," beonya. Pun Ayra menyorot tajam ke arah jam dinding yang ada di kamarnya.
Sejurus kemudian, gadis itu langsung melepas mukena dan melempar ke sembarang arah tanpa dilipat. Mematikan laptop dengan kasar dan terkahir, menyambar handuk dengan kecepatan kilat.
🔹🔹💠🔹🔹
Sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 08.30. itu artinya Ayra belum terlambat untuk menemui sang dosen pembimbing. Malah, masih ada setengah jam lagi gadis itu harus menunggu.
Yah, di sini Ayra sekarang berada. Duduk di depan ruang dekan fakultas dengan deru napas yang belum sepenuhnya stabil setelah berlarian dari tempat parkir menuju lantai 3 gedung fakultas.
Ayra merasa diburu waktu. Pasalnya, usai mandi dan memilih asal outfitnya untuk ke kampus, gadis berkuncir kuda itu harus mampir ke warnet lebih dulu hendak ngeprint lembar skripsinya. Lantaran, alat print miliknya sedang bermasalah.
Tak hanya itu, Ayra pun harus mengantri karena kebetulan tempat itu sangat ramai. Belum lagi, ia harus menghadapi jalanan yang padat dengan pengendara lainnya. Beruntung, adik dari dosen ketua jurusan manajemen bisnis itu tiba di Atlanta University tepat waktu. Karena memang, hari kamis ini adalah jadwalnya bimbingan skripsi sesuai dengan instruksi Bu Kinan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Give Me Support
RomansaKeluarga yang seharusnya menjadi support system paling utama, justru yang paling sering mematahkan semangat untuk terus melangkah. Alhasil, memberikan dampak kurang baik pada mindset anak gadisnya. Ayra, mahasiswa tingkat akhir dengan segala lika li...