⁰⁹ Semua Khawatir

60 34 135
                                    

"Ra, cepat bangun ya, jangan buat Kakak khawatir. Kakak tau kamu itu gadis yang kuat. Maafin Kak Aska kalau selama ini sangat 'jauh' dari kamu."
Kekhawatiran seorang kakak
___________________________________

Yuhuu, jumpa lagi di lapak baca tintaBiru-ku.

Give Me Support, sudah update new chapter.

Happy reading, man teman 🤗.


"Dokter, suster tolong!" Seorang wanita yang sudah lama bekerja sebagai art itu memanggil-manggil para tenaga medis agar segera menolong anak majikannya yang tak sadarkan diri.

Sedetik kemudian, dua orang perawat mendorong brankar untuk membawa seorang gadis menuju ruang IGD.

"Maaf Pak, Bu, sebaiknya anda selesaikan dulu administrasinya, untuk pasien akan segera kami tangani," ujar salah satu suster kepada dua orang yang membawa gadis tadi ke rumah sakit.

Dua orang yang dimaksud adalah Bik Nunung dan Pak Jalil.

Dan sesuai prosedur, Bik Nunung pun meminta sang sopir untuk mengurus administratif. Sedangkan Bik Nunung sendiri, menunggu putri bungsu sang majikan di depan ruang IGD.

"Ya Allah, semoga Mbak Ayra tidak kenapa-napa," harap Bik Nunung, pun masih dengan perasaannya yang cemas.

Yah. Jadi, sebelum mereka tiba di rumah sakit, Bik Nunung menemukan putri bungsu majikannya tergeletak tak sadarkan diri di dalam kamar mandi. Keadaannya jauh dari kata baik, wajahnya yang sudah pucat, tubuhnya basah kuyup, belum lagi keluarnya darah segar dari hidung menambah kekhawatiran sang art.

Sontak, Bik Nunung segera memanggil Pak Jalil dan beberapa pegawai di keluarga Ardiansyah untuk meminta pertolongan. Dan tak butuh waktu lama, mereka langsung menuju rumah sakit husada di mana Ayra ditangani oleh dokter saat ini.

Kemudian, dalam kepanikan itu Bik Nunung tak lupa untuk menghubungi Alma dan Malik untuk memberi kabar tentang putrinya. Namun, kedua nomor yang dituju sama sekali tidak mendapat respon.

Sepertinya, orangtua Ayra sedang ada meeting di kantor.

Tak berhenti sampai di situ, Bik Nunung lantas mencoba menghubungi nomor telepon milik Aska.

Tut, Tut, Tut . . .

Satu detik, dua detik, hingga detik ke sepuluh barulah dering telepon tersambung.

"Halo, Mas Aska. Ini bibi," ucap Bik Nunung di sambungan telepon.

"Bibi mau ngabarin kalau Mbak Ayra sekarang ada di rumah sakit Husada . . ."

Tut. . .

Belum selesai berbicara, sambungan telepon terputus dari pihak seberang.

🔹🔹💠🔹🔹

Di lain tempat, Aska yang masih di ruang kelas segera menutup perkuliahannya. Padahal, mata kuliah yang diajar-nya sore itu masih tersisa dua puluh menit lagi. Namun, karena mendapat kabar dari art-nya, Aska pun menjadi panik dan khawatir sekaligus bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi dengan sang adik.

Setelah keluar dari ruang kelas, Aska segera menuju parkiran dan on the way ke rumah sakit.

Meski jalanan sore begitu ramai, lantaran ini sudah masuk jam pulang para pekerja, ia pun tetap mengemudikan mobil dengan kecepatan di atas rata-rata.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 22, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Give Me Support Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang