"Aisyah, cepat jelasin! Apa maksudmu pak Aryan sudah menikah!"
Aisyah mendesah pelan, dia baru saja selesai sholat, omong-omong. Bahkan mukenah saja belum sempat terlepas. Tapi sudah di bombardir pertanyaan. Gadis itu menatap Rahma -yang memilih untuk menunda pulang ke rumah lebih lama- dan sekarang tengah berguling-guling tak jelas di atas kasur kamar Aisyah.
"Gus Aryan memang sudah menikah ..."
"Apa! Berarti benar? Siapa perempuan beruntung yang jadi istrinya."
'Kan dari awal Aisyah sudah katakan jika Aryan memiliki seorang istri, kenapa temannya ini masih tidak percaya juga sih? Membuka mukenah lalu melipatkan menjadi bagian kecil, Aisyah berujar, "kamu pasti kenal, kok."
"Aku kenal? Siapa? Aku memang punya teman yang sudah menikah, tapi aku yakin 1000 persen jika suami mereka bukan Pak Aryan," jelas Rahma menggebu-gebu.
Aisyah menggerakkan kepala ke atas dan ke bawah sambil masih melipat rok mukenah juga sajadah. "Memang istrinya bukan temanmu," jawab Aisyah sekenanya tanpa tahu jika Rahma sudah memasang wajah cemburu layaknya pakaian yang belum disetrika.
Aisyah mendongak, menatap Rahma. Tanpa sadar dia hampir melontarkan gelak tawa jika saja dia tak ingat kalau Rahma orangnya sangat mudah merajuk. Menyimpan satu set alat sholatnya ke atas lemari tepat di samping mushaf Al-Qur'an, Aisyah kemudian menjatuhkan diri pada kasur single. Melesak Rahma semakin terpojok ke dinding sambil tertawa-tawa kecil begitu mendapati bibir temannya itu maju beberapa senti.
"Hei, jangan merajuk."
"Kau nyebelin."
Tawa Aisyah semakin tak tertahan, gadis itu tergelak kuat sampai sudut matanya berair. "Astaghfirullah, aku gak bisa berhenti ketawa."
"Ya, teruslah ketawa ngakak Aisyah."
"Haha." Aisyah berusaha menghentikan tawanya, tarikan napas panjang ia lakukan lalu dihembuskan perlahan. Berulang-ulang dia seperti itu untuk menenangkan diri dari tawanya yang terlalu berlebihan.
Mengusap kedua sudut mata yang berair, Aisyah beranjak dari tempat tidur dan menuju meja berkaki pendek yang lumayan lebar tempat ia meletakkan berbagai macam alat masak sederhana kepunyaan para anak kos seperti dirinya.
Mengambil satu cangkir plastik dari dalam rak kecil tempat ia menyusun segala macam alat makan, Aisyah lalu mengisinya dengan air dari galon yang sudah memiliki keran dan menenggaknya habis setelah sebelumnya mengucap basmallah terlebih dahulu.
Tergelak begitu keras membuat tenggorokannya kering dan agak perih.
"Hah," desahnya lega setelah selesai menghabiskan seluruh isi cangkir. Dia menoleh ke arah kasur di sudut ruangan. Senyum manis terpatri di wajahnya yang tirus, semakin ayu dan lembut terlihat.
"Kenal Aqueena? Aqueena Kylie Adam's," tanya Aisyah. Langkahnya bergerak menuju kasur lalu duduk di atasnya.
Kening Rahma mengerut, cepat dia bangkit dari posisi berbaring, bersandar pada dinding kos yang di cat putih sembari tangannya sibuk membenarkan letak hijabnya yang miring akibat sedari tadi menelentang di atas kasur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aisyah [Discontinue]
Romance#Hijrah_Universe Mereka bilang. Dunia di luar pesantren itu berbahaya. Banyak ragam manusia dengan pola pikir berbeda beda ... Dan Aisyah harus berbaur di dalamnya. -------- Ini sequel maybe. Cerita Aiysah sama Summer. Setelah berbulan-bulan miki...