Bab-3

29 15 2
                                    

Laura berjongkok di depannya, dia menepuk pundaknya, "Aku belum mati." Ucap laura sambil tersenyum.

"Nama kamu alvaro kan?" Tanya laura memastikan bahwa dia tidak salah menyebut namanya. Yang di sebut namanya langsung melihat gadis di depannya itu.

"

Kamu tau nama saya?" Tanya alvaro. Laura mengambil name tag yang terjatuh di tanah dan memberikan kepada alvaro, "Ini punya kamu?" Tanya laura.

Alvaro melihat name tag itu, "Iya ini punya saya, ma-makasih." Ucap alvaro sambil mengambil name tagnya. Laura bangun dan mengulurkan tangannya kepada alvaro, uluran tangan laura di balas oleh alvaro dan mereka berdua sedang bertatap-tatapan. Hingga laura langsung pergi tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Alvaro menatap punggung laura yang semakin menjauh, hingga ada yang menepuk bahunya dari belakang. Alvaro terkejut, dia melihat kebelakang dan untung saja itu teman-temannya.

"Kamu ngapain disini al." Ucap gio.

Yang di tanya hanya diam dan pergi meninggalkan teman-temannya itu. "Ck, dasar es, kamu ngapain sih lex ngangkat dia jadi inti." Ucap tasya.

"Iya lex kamu juga ngapain angkat nih nenek lampir ini jadi inti juga." Ucap danu

"Heh apa maksud kamu, kamu ngatain aku nenek lampir?! aku cantik gini dikatain nenek lampir!" Ucap tasya dengan nada tinggi.

"Jangan salahin aku, salahin paketu." Ucap alex lelah.

"Ya elah paketu jarang kumpul, dia kan bilang ke kita buat kamu sementara yang mega-"

"Tapi bukan aku yang ngangkat kalian." Potong alex, "Sekarang kita pulang kerumah masing-masing, jangan ada yang keluyuran dan membawa nama Great Glory, Paham!"

"Paham!" Ucap mereka serentak.

Satu persatu akhirnya pergi ke rumah masing-masing. Di perjalanan alex melihat alvaro bersama perempuan... APA PEREMPUAN, setaunya es satu ini anti dengan yang namanya perempuan kecuali keluarganya.

Alex menghampiri alvaro dan perempuan itu, ternyata laura lah yang sedang bersama alvaro. Dia berhenti di sebelah motor alvaro.

"Al, kau..."

"Dia laura, saya ketemu sama dia tadi di belakang gudang."

"Udah tau." Alex mengalihkan pandangannya ke laura, "Kamu ngapain malem-malem gini di sini."

"Aku mau pulang kok." Ucap laura.

"Kamu pulang jalan kaki? Ini jauh dari pemukiman, jarang ada yang lewat di sini."

"Aku tau, makanya aku mau pulang sekarang."

"Yaudah aku anter."

"Saya aja yang anter dia."

"Dih, sejak kapan kamu mau deket sama cewek."

Alvaro menatap tajam alex, alex yang di tatap seperti itu oleh alvaro langsung pamit pulang kepada laura. Sekarang tinggal mereka berdua yang berada di jalan itu.

"Cepet naik."

"Tapi..."

"Dimana alamat rumah kamu."

Laura memberi tau alamat rumahnya, sangatlah jauh untuk sampai di rumahnya. Sampai 20 menit mereka sampai di rumah laura, "Emm makasih udah mau nganter aku, ayo masuk dulu." Ucap laura.

"Gausah, cepet masuk ini udah malem." Ucap alvaro. laura mengangguk, dia mengambil sesuatu di dalam sakunya, alvaro yang melihat itu kebingungan dengan apa yang di lakukan oleh laura.

"Ini buat kamu, tolong jangan dibuka sebelum aku menyuruh kamu membuka nya ya." Ucap laura, sembari memberikan sebuah kotak kecil dan satu amplop coklat.

Alvaro menerimanya, "Cepet masuk."

"Hati-hati ya." Alvaro hanya mengangguk dan mengacak-ngacak rambut laura. Alvaro langsung pamit pulang kepada laura.

"Apa ini bener ya rumahnya."

"Iya bener ini rumah aku." Tiba-tiba laura asli mucul di sebelah launa.

"Kyaaa!!, Hey kau mengejutkanku tau." Ucap launa kesal.

"Hahaha aku minta maaf ya, eh cepet masuk nanti papah marah."

"Aku takut, bagaimana jika aku di kurung dalam gudang lagi?"

"Kamu tenang saja, itu tidak bakal terjadi."

Tanpa launa sadari ada yang melihat dia dari lantai atas. "Laura kenapa kau pulang kerumah, kau mau cari mati ya." Orang itu langsung keluar dari kamarnya dan turun tangga, dia melihat papahnya sedang asik menonton tv.

Dia langsung berlari keluar rumah untuk bertemu dengan laura. Dia langsung membuka gerbang dan launa yang melihat itu langsung terkejut.

"Laura, kamu mau cari mati dengan datang kerumah?" Dia menarik tangan laura dengan kasar.

"Shhh, tolong lepaskan tanganku!" Laura langsung menarik tangannya. "Siapa kamu, kenapa kamu menarik tanganku seperti itu!" Ucap laura dengan nada tinggi.

"Saya abang kamu, jangan pura-pura bodoh."

"Abang." Beo laura.

"Ck, beneran bodoh." Dia melihat keadaan laura dari atas sampai bawah, dia terkejut melihat kepala laura yang berdarah. "Kepala kamu berdar-... kamu di apain lagi sama papah?" Tanyanya.

"Ga di apa-apain, cuman kejedot doang." Ucap laura berbohong.

Dia tau kalau laura sedang berbohong. "Saya ga bodoh kek kamu." Dia melihat jam di tangan nya sudah menunjukkan pukul 10 malam. "Ck, ga ada pilihan lain." Gumamnya.

"Pilihan apa? Oh ya nam-" Tanya laura.

'Nama dia azka.' Bisik laura asli.

Azka melepaskan jam tangan nya dan memberikan kepada laura. "Kamu ambil ini, kalo jarum panjang udah ke angka 3, kamu boleh masuk." Ucap azka.

"Tapi aku takut." Ucap laura sambil menunduk.

"Nanti kamu langsung masuk kamar terus kamu dorong lemari baju, nanti ada pintu yang nyambung ke kamar saya, ngerti." Jelas azka, laura hanya mengangguk.

Azka meninggalkan laura sendirian di luar, laura melihat jam tangan milik azka dan menunggu sampai jarum panjang menunjuk ke angka 3. Hingga akhirnya waktu yang di tunggu pun tiba.

"Ayoo jangan takut launa, kamu pasti bisa!!" Ucap laura. Launa terkejut dengan kedatangan laura yang tiba-tiba muncul di depannya.

"Ra, kalo mau muncul bilang-bilang dulu, terus nanti kalo mau muncul ubah penampilan kamu ya, aku takut apalagi ini malem."

"Hahaha, kamu takut ya."

Launa pergi meninggalkan laura yang sedang tertawa. Hingga sampailah dia di depan pintu rumahnya itu, sebelum masuk launa membereskan penampilannya yang seperti orang gila ini. "Huhh, ayo launa kamu pasti bisa." Ucapnya pada diri sendiri, dengan perlahan dia membuka pintu...

Plakk

___

tbc

Jangan lupa vote dan komen.

Teman Khayalan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang