5

367 33 6
                                    



















Hingar bingar lampu disko memenuhi bar milik Yok yang malam ini terlihat sangat ramai. Orang-orang berjoget dengan gila mengikuti alunan musik DJ seakan mereka ada di surga dunia. Pria dan wanita dengan pasangan mereka masing-masing saling bercumbu mesra tak kenal tempat.

Dua orang lelaki duduk berhadap-hadapan dengan lelaki yang lebih tua sibuk menuangkan alkohol dalam gelas sedangkan lelaki yang lebih muda hanya memperhatikan dalam diam.

"Chay, maaf karena harus membawamu ke tempat seperti ini. Si sialan Kinn benar-benar membuatku pusing karena semua larangan yang dibuatnya." Kim, lelaki yang baru saja menegak segelas alkohol tersebut memulai pembicaraan.

"Kak Kinn? Sepertinya dia orang yang baik." Chay menanggapi ucapan Kim yang baru saja mengumpati kakaknya.

Helaaf nafas kasar keluar dari mulut Kim dengan kedua bola matanya yang terputar otomatis ketika mendengar ucapan Porschay, "Baik katamu. Dia seperti iblis. Bisa-bisanya kau bilang baik."

"DASAR BOCAH NAKAL, BISA-BISANYA KAU ASYIK MINUM DI SINI KETIKA SEMUA ORANG SEDANG MENCARIMU. DAN APA MAKSUDMU MEMBAWA PORSCHAY KE TEMPAT INI, KIM? DIA BAHKAN BARU SAJA LULUS SMA DAN KAU MENGAJARINYA PERGI KE CLUB." Suara yang sangat Kim kenal tiba-tiba saja memasuki gendang telinganya disertai dengan tarikan kencang pada telinga kirinya. Jangan tanya siapa, karena sudah pasti pelakunya adalah Tankhun.

"Kak, lepaskan. Lagi-lagi kau bisa membuat telingaku putus jika menariknya terlalu kuat. Kau mau adikmu yang tampan ini menjadi tidak tampan karena telinganya hilang satu." Kim menahan tangan kakaknya yang bukan terlepas tapi malah semakin kencang menarik daun telinganya. 

"Chay, astaga. Kakak sempat bingung kenapa kau tidak bisa dihubungi, ternyata kau bersama Tuan Kim." Itu Porsche yang hari ini memang sedang ikut bersama Tankhun. Raut wajahnya terlihat sangat khawatir, mungkin lelaki itu tadi sempat menghubungi adiknya tapi tak ada jawaban dan malah bertemu di sini.

"Hehe, maaf, Kak. Ponselku tertinggal di rumah." Porschay hanya menjawab dengan tawanya yang terdengar tidak berdosa.

"Lihat, kau bahkan tidak hanya membuat para bodyguard bingung mencarimu. Tapi kau juga membuat Porsche khawatir karena adiknya kau bawa tanpa seizinnya." Tankhun melepas tarikan pada telinga Kim dengan kasar. Lama-lama dirinya tak tega melihat daun telinga sang adik yang sudah mulai memerah.

"Maafkan aku." Cicit Kim sembari melihat Porsche yang hanya dibalas anggukan dan senyum manis oleh sang pemilik nama.

Porsche berjalan menjauh dari dua bersaudara Theerapanyakul sembari menarik Chay dan menyerahkan anak tersebut pada Pol untuk diantar pulang.

Pemuda yang berperan sebagai kepala pengawal Kinn tersebut mendekati Yok yang kini tengah sibuk dengan salah satu pelangganya.

"Oh, Porsche. Kau ke sini? Tak kusangka setelah sekian lama. Kukira kau lupa denganku." Ucap Yok.

Sindiran halus tersebut hanya dibalas senyum tipis oleh Porsche. Dirinya memang sudah jarang kemari karena pekerjaannya sebagai pengawal Kinn. "Bagaimana mungkin aku lupa denganmu Yok. Ngomong-ngomong apakah Chay dan Tuan Kim sudah lama ada di sini?"

"Tuan Kim?" Yok bertanya dengan raut wajah bingung ketika mendengar nama yang asing.

Porsche mengangguk mengiyakan, "Iya, Tuan Kim. Lelaki yang ke sini dengan Chay. Dia adik Kinn kalau kau belum tau."

"Jadi, dia si bungsu itu. Mereka baru ada di sini sekitar 10 menit. Tenang saja, aku mengawasi Chay dari sini tadi. Dia sama sekali tidak menyentuh alkohol." Jawab Yok. "Dan si bungsu yang kau maksud tadi itu terlihat paling manusiawi daripada kedua kakanya, Tankhun dan Kinn. Wajahnya bahkan terlihat cantik dengan sedikit campuran barat."

Mendengar apa yang dikatakan Yok, Porsche hanya tersenyum maklum. Orang-orang yang belum tau seperti apa Kim sebenarnya pasti akan berkata demikian. Kinn memang terlihat menyeramkan karena tatapan mata dan auranya, sedangkan Takhnun terlihat sedikit tidak normal karena pakaian yang sering dikenakannya. Yah, orang-orang memang hanya melihat tampilan luar.

"Ibunya memang orang Eropa dan Tuan Kim adalah yang paling mirip dengen baliau." Jawab Porsche seadanya. Walau dirinya adalah kekasih Kinn, tetapi tak banyak yang diketahui tentang keluarga Theeraapnyakul terutama si bungsu.

Memang perlu diakui bahwa perawakan Kim sebagai seorang lelaki sungguh sangat mengagumkan dengan kulitnya yang putih bersih dan parasnya yang ayu menawan, belum lagi proporsi tubuhnya yang ideal dengan pinggang ramping dan kaki jenjang membuatnya terlihat semakin sempurna. Porsche bahkan sempat tertegun selama beberapa detik ketika pertama kali dirinya bertemu dengan si bungsu Theerapanyakul tersebut. Tak habis pikir bagaimana bisa ada lelaki secantik Kim.

Brakk...

"PORSCHE."

"KIMHAN."

Suara bantingan dan teriakan membuat Porsche seketika tersadar dari lamunanya. Lelaki itu langsung berlari ke arah sumber suara di mana Kim tengah ditahan oleh Tankhun.

"LEPASKAN AKU, KAK. BIARKAN AKU MEMBUNUH LELAKI INI." Kim terus berontak untuk lepas dari Tankhun yang kini tengah menahannya sekuat tenaga, terlihat jelas dari wajah si sulung.

Porsche memegang sisi tubuh Kim dan berkata, "Tenang, Tuan Kim. Kita bisa menyelesaikan masalah ini tanpa perkelahian."

"BAGAIMANA BISA AKU MENYELESAIKAN INI TANPA PERKRLAHIAN. BAJINGAN BUSUK INI TERTAWA DAN BERKATA BAHWA KAKAKKU ANEH HANYA KARENA GAYA BERPAKAIANNYA TIDAK SEPERTI YANG LAIN." Kim terus berontak dan berteriak. Lelaki itu terlihat sangat emosi dan bisa menghabisi siapapun saat ini juga. "LEPASKAN AKU PORSCHE. DAN KAU, MINGGIR KAU BIG, BIARKAN AKU MEMBUNUH BAJINGAN ITU."

Suasana club yang tadinya meriah dengan banyak orang menari dan menegak alkohol seketika berubah menjadi menegangkan karena dua orang lelaki yang kini tengah bersiteru, lebih tepatnya Kim yang sudah tak bisa mengontrol emosinya hingga membuat keributan. Sedangkan lelaki yang tadi berbicara buruk tentang Tankhun sudah terkapar karena bogem mentah dari Kim.

"Kimhan, hentikan. Aku sudah biasa dan tidak akan terluka hanya karena perkataan bajingan tengik sepertinya." Tankhun berucap untuk meredakan emosi sang adik yang tiba-tiba saja tersulut.

"BOHONG JIKA KAU TIDAK TERLUKA, KAK. AKU MELIHATNYA TADI. SEKARANG LEPASKAN AKU DAN BIARKAN AKU MENYELESAIKAN MASALAH INI DENGAN BEBERAPA PUKULAN LAGI." Ucapan Tankhun tak berefek sedikit pun pada Kim, tapi malah sebaliknya, emosi lelaki itu makin tak terkontrol. "LEPASKAN AKU, PORSCHE."

Brakk...

"Ahh..."





TBC

Who am i? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang