8

329 39 10
                                    










"Jadi, sudah ingin bercerita kenapa kau kemari dalam keadaan kacau bahkan memukul salah satu pengawalku." Vegas bertanya pada Kim yang kini berbaring di sebelahnya. Mereka berdua kini sedang ada di kamar Vegas. Lebih tepatnya tengah berbaring berhadapan dengan Vegas yang sejak tadi tak berhenti membelai rambut Kim yang sudah memanjang.

Bugh...

"Hey, cantik. Aku meminta penjelasan, tapi kenapa kau malah memukulku." Vegas membawa tangan Kim yang baru saja memukul dadanya dalam genggaman lembut.

Kim membuka kedua matanya yang sejak tadi terpejam. Sepasang netra indah itu masih terlihat sembab dengan selaput tipis yang masih tertinggal. Dan Vegas bersumpah bahwa dirinya membenci Kim yang terlihat kacau bahkan sampai menangis.

Kim memang sering ke rumahnya jika suasana hati lelaki itu sedang buruk, tapi kemari dengan keadaan kacau dan mata sembab serta wajah penuh bekas air mata baru sekali ini Vegas alami. Amarahnya sudah sampai ke ubun-ubun dan Vegas siap untuk menghabisi siapapun. Tapi melihat Kim yang tak mau melepaskan pelukan bahkan setelah keduanya berbaring di atas ranjang membuat Vegas mengurungkan niat dan memilih untuk menengkan Kim terlebih dahulu, setidaknya harus ada alasan kenapa si bungsu keluarga utama ini bersikap demikian.

"Vegas, apa aku merepotkan? Apa aku tidak berguna?" Pertanyaan itu terlontar dari bibir Kim disertai dengan kedua matanya yang kembali berkaca.

"No, baby, don't cry again." Vegas menarik tubuh Kim untuk kembali dipeluk ketika melihat sepasang mata itu akan kembali menumpahkan air mata. "Oke, kau tidak perlu bercerita jika tidak ingin. Aku tak akan memaksa."

Akhirnya, Vegas hanya memberikan Kim elusan lembut dipunggung hingga pinggangnya. Dirinya tak akan bertanya apalagi memaksa lelaki itu untuk bercerita. Lebih baik tak tau apa pun daripada harus kembali melihat Kim meneteskan air mata.

"Vegas, apa benar kau saudaraku?" Entah kenapa pertanyaan itu tiba-tiba saja terlontar dari Kim.

"Aku lebih ingin memilikimu untuk diriku sendiri daripada menjadi saudaramu."

"Bodoh." Timpal Kim sembari tangannya kembali memberi pukulan pelan di dada bidang Vegas.

"Yah, memang." Ucap Vegas.




















Drrtt...drrtt...

Ponsel Kinn berdering di tengah rapat penting bersama para pengawal. Lelaki itu berniat mengabaikan atau bahkan menolak panggilan dari Vegas tapi akhirnya urung dilakukan mengingat Kim kini ada di kediaman keluarga minor.

Tangannya terangkat tanda bahwa rapat harus dihentikan sementara dan hal itu langsung dituruti oleh para pengawal.

"Ada apa?" Tanya Kinn tanpa basa-basi pada orang diseberang sana.

"Aku yang harusnya bertanya. Apa yang terjadi pada Kim?"

"Jaga saja dia. Aku akan menjemputnya dalam beberapa hari jika emosinya sudah mereda. Sedang apa dia sekarang?"

"Tidur dipelukanku."

"BRENGSEK." Mendengar jawaban Vegas. Kinn tanpa diminta langsung menggebrak meja dengan umpatan yang refleks keluar dari mulutnya. Tindakannya barusan membuat semua pengawal yang sedang ada di ruangan ini berjengit kaget. Kecuali Porsche yang hanya diam sembari melihat Kinn dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Jangan mengumpat, Tuan Kinn. Oh ya, dan saranku lebih baik kau tak usah menjemputnya karena sepertinya Kim lebih baik di sini dari pada di kediaman utama."

"Tidak akan kubiarkan itu terjadi, Vegas." Ucapan Kinn menjadi penutup sambungan telepon antara dirinya dan Vegas. Entah kenapa ucapan Vegas barusan membuat sesuatu dalam dada Kinn bergemuruh hebat seperi akan kaluar. Dirinya ingin cepat-cepat menyelesaikan pekerjaanya dan menjemput Kim di rumah keluarga minor.
















Ruang tengah kediaman keluarga minor tengah ramai dengan teriakan Kim dan Macau, kedua anak bungsu dikeluarga masing-masing tersebut tengan asik bermain game.

"Yah, Kim. Kau bodoh." Teriak Macau ketika melihat gaya bermain Kim yang bar-bar.

"Dasar bocah, kau mengataiku bodoh. Kau lebih bodoh, Macau." Kim tentu tak terima dengan ejekan Macau kepadanya dan dibalasnya dengan lebih pedas.

Keduanya memang tak pernah akur jika disatukan sebab pasti akan ada hal yang membuat mereka mengumpat dan mencemooh satu sama lain.

Hal itu membuat orang yang tengah duduk disebuah sofa single menggelengkan kepala tak habis fikir. Vegas, sejak tadi hanya memperhatikan Kim dan Macau bermain tanpa ada niat untuk ikut serta. Dirinya sudah cukup dengan keributan yang terjadi dan tidak ingin ikut campur.

"Macau, pergilah belajar. Jangan hanya bermain game." Vegas berujar pada Macau yang hanya ditanggapi deheman singkat dari anak tersebut. Hal itu cukup membuat Vegas geram hingga membuat lelaki itu beranjak dari duduk dan menarik telingan Macau.

"Shit, Kak. Jangan tarik telingaku." Macau berteriak heboh karena tarikan Vegas pada telinganya tak main-main.

"Pergilah ke kamar dan belajar. Aku sudah bilang untuk tidak terlalu sering bermain game." Ujae Vegas setelah tarikan pada telinga Macau dilepasnya.

Anak itu bersungut sebal pada Vegas sebelum sosoknya menghilang dibalik pilar besar.

"Jadi, apa kau hanya akan bermalas-malasan dan tak melakukan apapun, Kimhan?" Vegas bertanya setelah dirinya mendudukkan tubuh tepat di samping Kim, tanpa jarak hingga lengan mereka bersentuhan satu sama lain.

Lelaki yang ditanya hanya menghela nafas lelah, "Memang apa yang harus aku lakukan. Aku sedang kabur dari rumah jika kau lupa, Vegas." Jawaban yang tak sesuai dengan pertanyaan. Tapi tak heran karena itu Kimhan.

"Ingin pergi ke mall?" Tanpa diduga, pertanyaan Vegas itu langsung membuat Kim bangun dari duduknya dengan mata yang berbinar cerah.

"Kau ingin membelikanku perhiasan lagi?" Salah satu hal yang sangat disukai Kim didunia ini adalah perhiasan. Lelaki itu pernah berkata bahwa perhiasan adalah benda paling indah di seluruh dunia karena wujudnya yangberkilau dan dapat menarik siapa saja yang melihatnya, "Kalau begitu aku akan bersiap dulu."

Belum sempat Vegas menjawab, Kim sudah berlari ke arah kamar Vegas sembari berteriak. "Vegas, aku pinjam bajumu, oke."

"Pilih sesukamu." Jawab Vegas lirih dengan senyum tipis yang tersinggung diwajah tampannya.

Tak lama waktu yang dihabiskan Kim untuk bersiap. Lelaki itu keluar dari kamar Vegas dengan kemeja hitam yang sedikit kebesaran ditubuhnya hingga bagian lengan harus sedikit digulung hingga siku dan dipadukan dengan celana jeans ketat yang membalut kaki jenjangnya. Kim bahkan mengikat rambutnya yang sudah memanjang membuat lelaki itu terlihat tampan dan cantik disaat yang bersamaan walau sepertinya kata cantik lebih cocok disematkan untuk penampilan Kim saat ini.

"Ayo, Vegas. Aku sudah tidak sabar. Mari kita membeli banyak perhiasan."


















TBC.

Who am i? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang