011

418 9 0
                                    

Jika orang lain merasa bahagia di hari pernikahannya maka tidak untuk rania. Bukan karena dia terpaksa menikah karena ibu nya tapi karena di hari pernikahannya rania kehilangan seseorang yang selama ini menjadi alasannya bertahan di dunia ini.

Di hari yang seharusnya hanya ada suka cita tapi rania merasakan luka mendalam. Rania, arga dan keluarga besar rania hari ini mengantar anindia ke perisirahatan abadi nya. Pengantin baru yang seharusnya merasakan indahnya bulan madu malah duka yang menyelimuti mereka terlebih rania.

Rania bahkan sudah tidak bisa menangis hari ini, air matanya sudah habis terkuras semalaman menangisi kepergian anindia. Rasanya dunia rania hancur ketika melihat sang ibunda tertidur lelap untuk selamanya. Rania menatap ke sekelilingnya yang juga mengasihani dia yang kini hidup sendirian tanpa seorang ibu.

"Rania" rania hanya diam tatapannya kosong membuat sang ayah merasa kasian melihat putri semata wayangnya begitu berduka.

"Rania papa turut berduka cita ya sayang" rania hanya diam menerima pelukan dari sang ayah. Rania tidak tau harus merespon apa karena rania masih sangat berduka kehilangan ibu nya.

Sedangkan arga hanya diam memperhatikan dari kejauhan. Arga tau jika laki-laki paruh baya itu adalah ayah dari rania. Arga hanya membiarkan rania dan nio saling menguatkan walaupun arga tau mereka tidak memiliki hubungan yang baik.

Setelah semua rangkaian pemakaman selesai rania yang di dampingi dinda berjalan menuju parkiran. Namun baru akan membuka pintu nio datang yang langsung menarik rania.

"Rania kamu tinggal sama papa ya nak, kita kayak dulu lagi" rania tersenyum sinis mendengar bualan aldinio yang akan merangkai cerita seperti dulu lagi.

"Yang dulu udah hancur lebur, anda sendiri penyebabnya dan sampai kapanpun saya tidak akan sudi tinggal bersama anda dan pelacur anda itu" ucap rania yang langsung masuk ke dalam mobil dinda, sedangkan arga yang tidak mengerti situasinya hanya mengawasi rania dari kejauhan.

Rania masuk ke dalam rumah besar properti pertama yang dia beli dari hasil keringatnya, hadiah ulang tahun untuk anindia namun karena anindia lebih nyaman di apartemen rumah ini jarang di tempati. Rania masuk ke dalam rumah air matanya kembali jatuh perasaanya hancur kenangan saat anindia sangat senang karena rania bisa membeli rumah dari hasil kerjanya masih terngiang jelas di ingatan rania.

 Rania masuk ke dalam rumah air matanya kembali jatuh perasaanya hancur kenangan saat anindia sangat senang karena rania bisa membeli rumah dari hasil kerjanya masih terngiang jelas di ingatan rania

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Picture : Pinterest

"Udaah ran, iklas ya tante sekarang udah tenang di surga" dinda berusaha menguatkan walaupun dinda tau mengiklaskan seseorang yang paling kita cintai bukanlah hal yang mudah namun dinda tidak bisa berbuat apapun kecuali menenangkan rania dengan kata-kata klise.

Namun saat seperti itu nio malah datang ke rumah rania dengan membawa sekar dan satu laki-laki tampan di sampingnya. Rania hanya diam menatap nio duduk di sofa menatap rania dengan senyuman.

"Ran, papa tau kamu sedang berkabung tapi papa rasa ini saat yang tepat untuk papa ngomong ini sama kamu..." rania tetap diam matanya masih kosong air matanya sudah mulai mengering bahkan tenaga nya sudah habis rania tidak bisa berbicara apapun lagi.

"Papa gak papa kamu gak mau tinggal sama papa, tapi papa mau kamu menikah dengan lelaki pilihan papa dan mama" rania melirik ke arah lelaki tampan yang duduk di samping aldinio dengan gerak gerik yang sepertinya tidak nyaman ada di situasi ini.

"Saya gak mau" ucap rania lirih dengan tatapan yang masih kosong.

"Ran terima aja lagian kamu gak rugi loh nikah sama tama, udah ganteng, anak pengusaha lagi" kini sekar yang berbicara namun bukannya senang laki-laki yang bernama tama itu malah semakin merasa tidak enak.

"Bisa diem" dinda mulai kesal dengan drama yang di timbulkan aldinio dan sekar. Dinda yang sejak tadi hanya diam memperhatikan percakapan antara ayah dan anak tersebut.

"Kalo kamu gak mau yasudah kamu tinggal sama papa"

"Gak mau" penolakan rania membuat aldinio sangat kesal pembuluh darahnya mulai naik lalu menarik tangan rania secara paksa.

"Om apa-apaansih ini masih di suasan duka bisa-bisa om mengacau di rumah orang mana empati om sama mantan istri om yang meninggal" ucap dinda yang juga mulai kesal dan menarik tangan rania untuk tetap ada di sampingnya. Rania entah tenaganya yang sudah habis rania benar-benar tidak ada tenaga untuk melawan.

"Kamu jangan ikut campur sudah cukup saya di jauhkan dengan anak saya oleh wanita itu saya tidak mau kehilangan kesempatan untuk mengambil anak saya kembali"

"Gila"

"Rania ayook" aldinio menarik tangan rania dengan kasar membuat dinda tidak bisa menahan rania lebih lama lagi. Sedangkan rania berusaha untuk melepaskan tangannya dari genggaman aldinio namun karena tenaga nya sudah tidak ada lagi rania tidak berhasil melepaskan diri.

"Din tolong din gue gak mau dinda" dinda berlari mencoba menarik tangan rania namun di halangi oleh sekar dan malah sekar mendorong dinda hingga terjatuh ke lantai.

"Lepasin!"

"Kamu ikut papa apa susahnya sih" ucap aldinio yang sudah mulai meninggi, membuat rania kembali mengingat emosi ayahny dulu yang tidak di kontrol.

"Sa—kit" tangan rania kesakitan karena aldinio yang mengenggam sangat erat bahkan menarik tangan rania dengan kasar dan kini dia seperti bintang yang di seret-seret.

Rania menangis rania benar-benar tidak memiliki kekuatan, para maid tidak berani menolong majikannya karena mereka juga tidak bisa melawan aldinio dengan para bodyguardnya.

Sedangkan para bodyguard, rayan dan arga masih berada pemakaman untuk mengurus sesuatu. Dan saat ini terjadi mereka benar-benar tidak bisa apapun apalagi aldinio meminta para bodyguardnya untuk menghalangi siapa pun untuk membantu rania.

dinda mengambil hp nya dari saku lalu menelpon rayan yang sedang bersama arga, namun nihil rayan tidak mengangkat telfonnya. Dinda mencoba menelfon arga namun nomornya tidak aktif dengan sekuat tenaga dinda mendorong tubuh bodyguard nio hingga berhasil menarik tangan rania.

"Om lepasin, itu rania kesakitan om gila yaa belum puas nyakitij tante sekarang mau kasar juga sama anak sendiri"

"Tutup mulut kamu, kamu bukan siapa-siapa jangan sok tau" ucap nio dengan nada tinggi dan memberi isyarat untuk menarik dinda untuk menjauh dariny.

"Din— dinda anda gila dia sahabat saya bisa-bisa nya anda melakukan ini gilaa!!" Teriak rania di sisa tenaga ny rania tidak tega melihat dinda yang di kasari oleh bodyguard ayahnya. Rania mencoba meminta pertolongan dengan laki-laki yang bersama nio namun laki-laki itu malah pergi.

"JANGAN SENTUH ISTRI SAYA" ucapnya yang berhasil menghentikan langkah nio yang masih menyeret rania.

INDEPENDENT WOMAN Where stories live. Discover now