8. Batavia - Kebumen part (2)

86 13 0
                                    

Halaman depan rumah.

"Huh rupanya kawan ku ini sudah menjadi nyonya Van Bence ya?." Ledek Rukmini ketika ku menghampirinya.

"Apa sih kamu ini Ruk. Aku juga tidak menyangka bisa menikah dengan mas Geeraad, pria penyayang dan tampan itu. Hehehe."

"Syukurlah Lat, Alm. Ibu dan bapak mu pasti juga senang kalau kamu bahagia, apalagi dengan orang yang kamu cintai itu."

"Bicara soal ibu dan bapak, aku baru ingat sudah hampir 10 tahun aku tidak menengok ke makam mereka, aku sangat berdosa Ruk."

"Benarkah? Kenapa kau tak pernah mengunjungi makam mereka? Sesibuk itu kah kau disana?"

"Tidak Ruk. Aku benar-benar lupa, sangat durhaka aku ini. Ya Allah Ruk___"

"Belum terlambat, kamu masih bisa menengok nya selagi kau belum mati Lat."

"Iya. Kau benar Ruk." , Bagaimana kabarmu disini? apa kau sudah menikah juga?"

"Sudah Lat."

"Lhoo? dimana suami mu? kenapa kau masih bekerja disini?"

Seketika senyum diwajah Rukmini memudar, entah apa yang membuat nya jadi seperti itu, apakah Rukmini tersinggung dengan pertanyaan ku?

"Ruk__?"

"3 tahun lalu aku menikah dengan Mas Gofri anak bupati kita itu, kami menikah tanpa restu. Tak lama ketika kami merasakan kebahagiaan, disitu kami di paksa berpisah dengan kedua orangtuanya. Mereka sangat tidak setuju dengan pernikahan kami, karena aku hanya seorang budak disini Lat. Mereka menganggap aku sama saja seperti nyai. aku dibilang simpanan para Tuan Tuan Londo ini. Mas Gofri sudah meyakinkan mereka, tetapi mereka tetap bersikukuh untuk tidak merestui kami. Dari situlah aku bercerai dan tidak dapat sepeserpun harta dari Mas Gofri, makanya aku memilih untuk tetap kerja dan tinggal dirumah Tuan Hercules dan untungnya disini aku mendapat teman baru yang baik seperti mu Lat." Penjelasan Rukmini.

"Ya Allah maaf Ruk__ aku tidak menyangka hidupmu akan seperti ini, apa suami mu tidak memperjuangkan mu?"

"Sudah Lat sudah. Tetapi orang tuanya tetap tidak ingin aku bersamanya. Kalau aku memaksakan, aku akan kena resikonya."

"Kamu wanita hebat Ruk, kamu cerdas, baik dan sangat cantik. Aku yakin takdir mu tidak berhenti disitu saja, suatu saat nanti pasti ada laki-laki yang bisa menerima mu apa adanya, aku yakin itu."

"Aamiin. Aku sangat berharap itu, terima kasih banyak Latsaya kau benar-benar lebih dari seorang sahabat." Rukmini memeluk ku.

"Sugeng rawuh, mugi tansah pinaringan rahayu wilujeng."

"Ibukkkk. Ganendra mau main ke kebun opa boleh tidak buk?."

"Walah anak lanang mu ini tampan sekali ya, campuran wajah kalian menghasilkan anak setampan ini. "

"masyaAllah, bilang apa dengan bibi Rukmini?"

"Danke, bibi." Bagaimana ibuk, boleh tidak?"

"Graag gedaan, anak tampan."

"Kau pergi dengan siapa?"

"Paman Parjo."

"Owalah, boleh nak. Hati hati ya."

"Terima kasih ibukk."

Geeraad menghampiri ku yang sedang duduk di halaman rumah bersama Rukmini, seperti ingin menyampaikan sesuatu.

"Sayang. Sedang apa? aku mau bicara dengan mu."

"Lagi ngobrol saja mas dengan Rukmini, bicara apa?"

Geeraad Van Der Bence ( Proses Revisi )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang