3. Latsaya & Geeraad -1933

192 21 2
                                    

Pemandangan ketika membuka jendela pagi yang terlihat air hujan yang lebat, dan pastinya hari ini tidak ada petani yang memanen, jadi pasti ibu dan bapak ada dirumah. Aku rindu mereka, sepertinya aku harus meminta izin terlebih dahulu kepada Tuan Hercules dan Geeraad.

Tok Tok Tok (mengetuk pintu)

"Permisi Tuan."

"Ada apa Kowe?!"

"Maaf Tuan sebelumnya, apakah saya boleh meminta izin untuk pulang kerumah sebentar saja? ingin menengok orang tua. Tuan "

"Sehari saja ya? karena masih banyak pekerjaan mu disini."

"Iya. Baik Tuan, terima kasih banyak."

Pandangan buruk ku tentang Londo semakin hari semakin memudar, dengan Tuan Hercules memberikan izin tanpa syarat kepadaku untuk bertemu dengan ibu dan bapak.

"Latsaya. Kau mau kemana? Rapih sekali?"

"Aku ingin pulang menjenguk ibu dan bapak dirumah."

"Aku antar ya? Jangan sendiri."

"Tidak perlu repot repot Geeraad, aku bisa sendiri."

"Tidak masalah, sebentar aku siapakan ondong nya"

"Thomas. bereid alstublieft Ondong en zijn chauffeur voor mij voor"

Terjemah :

"Thomas, tolong siapkan Ondong dan supir untuk ku"

-----

Diperjalanan, aku hanya bungkam tidak memulai bicara sedikit pun dengan Geeraad. Aku bingung harus membicarakan apa, tunggu saja Ia yang berbicara.

"Lat? Kau sebelumnya pernah bersekolah dimana?"

"Aku tidak bersekolah dimana pun sejak kecil, karena orang tua ku tidak mampu menyekolahkan ku, kamu tahu sendiri kan pribumi yang bukan keturunan bangsawan seperti ku mana bisa bersekolah. "

"Tetapi bukannya disini ada sekolah yang tergelar juga untuk pribumi kalangan bawah, Lat?"

"Iya. Tetapi ibu ku belum mengizinkan saat itu."

"Grappig. (lucu) kamu tidak bersekolah, tetapi sangat amat cerdas dalam hal apapun, mampu berpikir secara kritis. Kau wanita hebat, Lat."

Aku tersenyum malu ketika Geeraad memuji ku, aku tahu ini sangat berlebihan tapi apa boleh buat di puji oleh pria seperti Geeraad itu. (Sangat mengesankan)

"Terima kasih."

Selang beberapa menit, akhirnya aku dan Geeraad sampai dirumah. Tetapi seperti ada yang berbeda disana, rumah ku kosong tanpa barang, ibu dan bapak ku juga tidak ada disana. dimana mereka???

"Nuwun sewu bu, kula badhe nyuwun pirsa panjenengan kaliyan Pak Latsaya wonten pundi?"

Terjemah :

"Maaf bu, saya mau tanya ibu dan bapak Latsaya ada dimana?"

"Lhoo.. memangnya dek Latsaya tidak tahu? bu Mirna sama pak Bejo sudah meninggal sebulan yang lalu" Ucapan ibu itu seakan memberhentikan pandangan dunia ku.

"APA????! TIDAK MUNGKIN???!!IBU BAPAKKK huuhhuasshhusss." Isak tangis ku membuat Geeraad tersentuh dan meraih ku untuk berada dipelukan nya. Pelukan nya membuat ku nyaman, tidak ingin ku lepas.

Ibu... Bapak.. maafkan Latsaya. Latsaya sangat durhaka kepada Ibu dan Bapak Latsaya tidak berada di titik akhir hidup kalian, Latsaya menyesal Latsaya sayang ibu bapak. mohon ampun buk..pak..

Geeraad Van Der Bence ( Proses Revisi )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang