••• Kebumen Jawa timur.
Setelah menunggu selama bertahun-tahun, kalian bisa membayangkan perasaan ku ketika akhirnya aku diperbolehkan ikut memanen bersama ibu dan bapak di sawah, itu impian ku selama ini ingin membantu mereka agar tidak terlalu lelah bekerja dengan usia yang sudah rentan.
"Latsaya Latsaya, tangi dok, wis esuk katanya mau bantu ibu dan bapak manen toh?" Ucapan ibu yang membuat ku langsung terbangun.
"Benar buk? Ibuk membolehkan ku untuk ikut memanen??!" Ujar ku seolah tidak yakin
"Lhoo... Wes wes buruan ganti bajumu"
"Iya buk."
Dengan hati yang gembira aku langsung ber gegas ganti baju dengan perlengkapan tani lainnya. Kali ini aku hanya berdua dengan ibu karena bapak ku sedang bertemu Tuan Demang Lehman ( Kepala distrik ) untuk menjual hasil panen.
Pada praktiknya, seluruh tanah garapan masyarakat rupanya harus ditanam komoditas ekspor. hasil panennya kemudian diserahkan ke pemerintah Belanda untuk mereka ekspor ke luar negeri, sehingga menguntungkan para penjajah.
Cuaca yang panas dan gersang, membuat ku melihat ke arah barat dengan mengecilkan mata dengan di halangi tudung saji di kepalaku.
Aku bingung kenapa mereka yang sedang bekerja langsung berdiri tegak dan menundukkan kepalanya, ada apa ini??"Kowe orang segera cepat panen nya dan mengirim langsung ke kantor pusat yea."
Ujar salah satu Tuan meneer dihadapan ku."Baik Tuan." [Meneer]
Ternyata ada sekumpulan londo (Belanda) yang sedang memantau kami, dengan melihat sejumlah panenan yang akan segera di kirim ke kantor pusat disana. Mereka menggunakan Djas toetoep (setelan jas) beskap lebih mudahnya baju demang. Salah satu yang ku tahu adalah Tuan Hercules Van Der Bence.
"Kulit mu mulus bersih, tidak seperti pribumi lainnya. siapa namamu?"
Mengelus bagian lengan kanan ku dengan lembut, dia menggoda ku seperti tidak punya harga diri, sangat kurang ajar sayangnya aku tidak bisa melawannya aku hanya bisa terdiam.
"Jangan Tuan. Itu anak perempuan saya." Ucap ibuku yang melihat
"Ini anakmu? bisa di tukarkan dia dengan uang banyak. kamu mau?" Ujar dengan nada Belanda nya itu.
Ibu ku hanya mendengar dengan wajah yang mengerut sedih, ibu ku tidak akan menyerahkan ku dengan orang Belanda itu. Sampai kapanpun, apapun tukarannya.
"M-maaf Tuan. Saya tidak bisa."
"Inlander miskin seperti kamu ini sangat tidak tahu di untung, tidak mau kaya raya. Jika tidak memberikan gadis ini pada saya, akan saya ambil paksa darimu. Tapi kamu punya dua pilihan mau kasih saya langsung atau saya paksa?."
Jawaban yang membuat ibu ku sangat bingung saat itu, aku hanya memegang erat tangan ibu ku, aku tidak bisa berbicara apa apa di hadapan Hercules Bence itu.
"Lama Kowe. Tarik gadis itu" suruh Tuan Hercules Bence kepada pengawalnya.
"Jangan Tuan. Jangan. Saya mohon Tuan. Latsaya anak ku." Jeritan ibu yang selalu terngiang-ngiang dalam benakku.
"Ibukkkk____"
Aku di tarik paksa oleh mereka, mereka tidak mementingkan bagiamana ibu ku meminta mohon agar aku tidak di bawa. Petani lainnya hanya bisa menyaksikan dengan wajah yang sedih [kasihan], mereka juga tidak berani menggubris Tuan Meneer, karena kalau mereka ikut melawan akan mati saat itu juga.
Dengan menggunakan ondong (delman), aku dibawa ke sebuah rumah khas Belanda yang tidak jauh dari ladang ku bekerja. Entah apa yang dipikiran ku saat itu, aku hanya bisa menangis memikirkan ibu disana.
"Cepat turun." Suruh pengawal Tuan Hercules
Aku di minta duduk kursi tamu, aku fikir pribumi miskin seperti ku hanya boleh jongkok dibawah, ternyata dengan Tuan ini tidak.
"Kamu belum jawab pertanyaan saya tadi, siapa nama mu?"
"La-Latsaya [Tuan]" menundukkan kepala
"Nama cantik, seperti orangnya. Kamu harus menikah dengan saya"
Seketika mendengar itu, aku sontak tercengang, berani menatap Tuan Hercules dengan tatapan kosong dan perasaan yang sangat takut.
"Ma_maaf Tuan. Saya tidak bisa menerima nya"
Prakkk!! Hempakan tangan di atas meja.
"Kurang ajar! ken geen winst, net als andere nyai nyai!" dengan menggunakan bahasa Belanda nya itu
Sebetulnya aku sedikit mengerti bahasa Belanda, karena beberapa bulan lalu aku mempunyai teman (Noni Belanda) yang mengajarkan ku bahasa Belanda. Aku sangat sakit hati mendengar ucapan Tuan Hercules, dari ucapan itu ternyata aku tidak lain dari mereka yang hanya di jadikan gundik nya.
"Thomas!! Hier! Breng hem naar de kerker." menyuruh bawahannya untuk segera membawa Ku ke penjara bawah tanah.
Dasar Londo mung mentinge egoe dhewe, tidak pernah punya hati nurani, tidak bisa menghormati wanita.
"Daar! Maak geen ruzie, kalau kamu berani nya kabur akan mati. "
Dia melempar ku dengan sangat kasar, awalnya aku mengira tidak semua orang orang Eropa ini kejam, ternyata sama saja.
Tak lama kemudian tendengar suara hentakan kaki dengan menggunakan sepatu beralaskan keras yang sepertinya ingin menghampiri ke arah ku.
"Wie ben jij? Sepertinya usia mu tidak jauh beda dengan ku ." Tanya seorang pria yang menggunakan pakaian Eropa lengkap yang berdiri tegak dihadapan ku.
Aku hanya menunduk setelah ia menanyakan itu padaku, aku takut kalau itu suruhan Tuan Hercules untuk membunuh ku saat itu juga.
"Ampun Tuan. Jangan bunuh saya."
"Hey! Dengar. Aku tidak akan membunuh mu, aku hanya ingin mengenal mu. Mengapa kau bisa ada disini?" Suaranya begitu lembut padaku. Aku terpesona. "Waar kom je vandaan?, Maaf kalau tidak mengerti bahasa Belanda."
Aku memberanikan diri untuk melihatnya. sungguh pemandangan yang tidak pernah aku lihat sebelumnya. Pria yang berdiri tegap di hadapan ku, dengan bola mata berwarna biru melekat, bulu alis dan mata yang sangat lebat, hidung nya yang sangat mancung, juga harum tubuh yang sangat menyengat penghirupan di hidung ku. Ahh Tuhan memang sudah ciri khas orang Eropa seperti itu. Aku menjawab semua pertanyaan nya.
"Maaf Tuan. Latsaya. Usia saya 17 Tahun yang tinggal di desa kecil, tidak jauh dari rumah ini, saya tidak mengerti mengapa saya ada disini. saya hanya di paksa menikah dengan Tuan Hercules. Tolong saya mohon jangan adukan ini ke Tuan Hercules."
"Nee. Nee kau tidak perlu takut dengan ku ya?, Hercules Bence itu papa ku. Maafkan Latsaya."
Membalas ku dengan logat Belanda nya itu.Aku sontak terkejut mendengar kalau pria ini adalah putra dari Tuan Hercules. Bagaimana bisa ia disini? Aku masih tidak percaya dengan Londo manapun, mereka yang hanya manis di awal dan meng iming imingi saja.
"Kenapa kau diam saja? Jangan takut. Aku Geeraad Van Der Bence."
Geeraad Van Der Bence
------
KAMU SEDANG MEMBACA
Geeraad Van Der Bence ( Proses Revisi )
Ficción histórica⚠️⚠️⚠️ 17+ Ini bukan hanya kisah ku, tetapi juga kisahnya. Entah, ini tragedi atau cinta. Aku Latsaya (Gadis Pribumi) yang hidup di abad ke-20 dengan tidak di sengaja bertemu pria berkebangsaan Belanda. Dimataku penjajah tetaplah penjajah, tetapi m...