Part 6

217 37 5
                                    

Begitu musik berhenti, Kyungsoo tertegun. Matanya menatap orang-orang yang bertepuk tangan usai dirinya bernyanyi. Wajah-wajah yang tak asing itu menyapa netranya. Membuat tubuhnya bergetar dan mundur selangkah. 

Detik berikutnya Kyungsoo memilih melarikan diri daripada berada di tempat yang sama dengan orang yang membuatnya terluka. Chanyeol hendak mengejar tapi urung ketika Irene menghalanginya. Netra ibunya itu tampak berkaca-kaca. Kini ia mengerti seberapa besar luka yang mereka torehkan dulu. 

"Seharusnya Appa tidak datang," sesal Suho. Ia tak percaya ketika melihat netra anaknya begitu ketakutan saat menatapnya. 

"Tidak Appa. Kita hanya terlalu cepat," timpal Chanyeol berusaha membesarkan hati sang ayah. 

"Biar aku kejar Kyungsoo dulu." Irene menggeleng, "Biar Eomma saja."

Irene pun pergi, ia mengikuti nurani kemana sekiranya Kyungsoo berlari. Ia jadi ingat ketika dulu sempat bertengkar dengan Suho saat sekolah. Irene selalu melarikan diri ke tempat yang paling sepi. Sepertinya mayoritas orang akan begitu saat ditimpa masalah. Memilih untuk menyendiri. 

Dan dugaan Irene tepat ketika melihat Kyungsoo terduduk di taman belakang sekolah. Dibawah pohon yang rindang. 

"Kyungsoo-ya," panggil Irene lembut. Kyungsoo yang sedari tadi menekuk kedua lututnya dan menangis sontak mengangkat wajahnya. Mukanya terlihat sembab dengan linangan air mata. Sungguh Irene tak tega melihat bungsunya serapuh ini. 

Tangannya yang lembut perlahan mendekat, merengkuh jiwa yang sedang rapuh. 

"Eomma merindukanmu sayang," bisik Irene pelan. Kyungsoo bisa merasakan afeksi yang begitu tulus dari sosok di depannya. Ia nyaman dalam buaian. Ia damai dalam pelukan. Tangisannya sedikit demi sedikit mereda. Nafasnya pun perlahan mulai teratur. 

Irene melepas pelukan dengan tangan yang menangkup kedua pipi gembul milik Kyungsoo. Mengusap jejak air mata disana. Ia jadi ingat ketika Kyungsoo kecil tidak sengaja menjatuhkan vas bunga kesayangannya. Anak itu langsung lari ke kamar dan menangis sesegukan diatas lipatan tangan yang bertumpu pada lutut. 

Kalau dulu Irene memaklumi karena Kyungsoo masih kecil. Ia tidak pernah marah dan bertanya apakah Kyungsoo baik-baik saja. Seperti sekarang ini, ia kembali bertanya apakah bungsunya itu baik-baik saja. 

"Gwenchana?" tanya Irene. Beberapa menit berlalu, manik Kyungsoo masih lekat memandang setiap inchi wajah perempuan di depannya yang begitu ia rindukan. Kyungsoo seolah terlempar ke kejadian masa lampau. Saat semuanya berjalan baik-baik saja. 

***

Kyungsoo kecil asik berlarian kesana kemari. Ia barusaja dibelikan Irene seekor anjing kecil yang lucu. Jadilah mereka bermain di ruang tengah dan membuat ruangan tersebut berantakan. Mainan tersebar dimana-mana diiringi canda tawa yang memenuhi ruangan. 

Prankkk... 

"Aduh," ringis Kyungsoo saat ia tersandung mainan dan tak sengaja menyenggol vas bunga milik ibunya. Ia buru-buru membersihkan pecahan vas tersebut dan itu malah melukai jarinya. 

"Auchh." Matanya mulai berkaca-kaca dan ketika mendengar langkah kaki mendekat Kyungsoo langsung berlari ke kamar dan bersembunyi dibalik tempat tidur. 

"Astaga!" Irene terkejut ketika melihat ruang tengah berantakan dan vas bunga yang pecah. Ia melihat sebentar dan mencari keberadaan Kyungsoo. Samar-samar dirinya mendengar tangisan anak kecil yang sengaja berusaha diredam. Irene langsung tau dan masuk ke kamar Kyungsoo. 

"Hey, anak Eomma kenapa hmm?" tanya Irene sembari mengusap pelan rambut Kyungsoo. 

"Mianhae Eomma. Kyungie tidak sengaja, hiks mianhae," rengek Kyungsoo. Irene tersenyum sejenak. 

Pelangi Setelah Hujan ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang