CHAPTER 2

388 63 0
                                    

Jeno bangun lebih awal untuk bersiap berolahraga pagi. Namun, saat ia baru akan melangkah keluar dari rumah, ia mendengar pembicaraan dua orang di dekatnya.

"Gilaaa... ganteng banget!"

"Iya! Badannya bagus, dia atlet, ya?"

Mendengar komentar tersebut, Jeno langsung menutupi wajahnya dengan tudung hoodie. "Ah, sial! Aku sangat tidak nyaman diperhatikan orang-orang seperti itu," pikirnya.

Setelah cukup lama berolahraga, Jeno mengambil waktu untuk beristirahat di taman. "Aku harus cepat mencari informasi tentang keluarga Mark. Kira-kira di mana ya? Aku harus bertanya pada siapa? Waktu SMP, aku tidak dekat dengan siapa pun kecuali Mark dan Mr. Key..."

Jeno berpikir sejenak. "Aah, mungkin Mr. Key tahu tentang dia! Aku harus secepatnya ke sana!" Tanpa ragu, ia bergegas menuju kediaman Mr. Key.

Setibanya di depan rumah Mr. Key, Jeno tiba-tiba merasa ragu. Setelah beberapa menit hanya berdiri di depan pintu, ia akhirnya memberanikan diri untuk menekan bel.

"Jeno?" Victoria tersenyum ramah saat membukakan pintu.

Jeno mengangguk pelan. "Permisi, Tante. Apa Mr. Key ada di rumah?"

Victoria mengangguk. "Iya, ada. Eh, Jeno, sudah lama kamu tidak mampir ke sini."

"Maaf, Tan. Akhir-akhir ini aku sibuk latihan untuk turnamen," jawab Jeno dengan rasa tidak enak.

"Kalau begitu, ada apa tiba-tiba ke sini? Kamu enggak sekolah?" tanya Victoria.

"Ini kan hari Minggu, Tan," jawab Jeno, heran.

Victoria tertawa. "Ah, maaf-maaf! Saking sibuknya aku sampai lupa hari apa. Pantas saja suamiku ada di rumah terus membantu mengasuh bayi kamu."

Mr. Key menghampiri mereka. "Aah, Jeno! Ada apa? Tumben main ke sini? Ayo masuk!"

"Iya, Mr. Terima kasih," Jeno melangkah memasuki rumah itu.

Mr. Key menepuk bahu Jeno. "Ah, tidak usah sungkan-sungkan. Anggap saja rumah sendiri."

Jeno mengangguk kaku. "Iya, Mr."

"Sebentar ya, Jeno. Saya siapkan minuman dan cemilan dulu. Sebagai gantinya, tolong jaga bayiku dulu ya," kata Mr. Key sambil berjalan menuju dapur.

"Siap, Mr!" Jeno memalingkan pandangannya ke arah Baby Kim yang sedang memainkan jemari kakinya.

"Eh?!" Jeno terkejut saat tiba-tiba Baby Kim mengiler di kakinya. "Eh! Jangan kotor!" Dengan cepat, ia mengangkat kakinya.

"Uukh, hiks..." Baby Kim mulai menangis.

"Aduh, aku paling enggak bisa meladeni anak-anak," pikir Jeno sambil menatap Baby Kim kasihan. Ia lalu menggendongnya. "Apa betul di begini?"

Baby Kim tertawa. "Nyaa!" sambil menepuk pipi Jeno.

Mr. Key kembali menghampiri mereka, "Aduh, lucunya lihat tingkah kalian berdua." Ia membawa nampan berisi minuman dan snack, lalu meletakkannya di atas meja. "Sudah lama kamu tidak main ke sini, Jeno. Sibuk ya?"

"Ya... Saat ini aku harus latihan untuk turnamen. Kalaupun libur, aku membantu Ayah di kafe," sahut Jeno.

Mr. Key tersenyum. "Wah, tetap seperti dulu ya kamu rajin. Jadi, kenapa sekarang kamu enggak ke kafe?"

"Ahh, itu karena..." Jeno mulai menceritakan tentang Ayahnya yang marah semalam karena pertanyaannya tentang keluarga Mark.

Mr. Key menghela napas. "Hmm, saya mengerti kenapa Ayahmu marah ketika kamu bertanya begitu. Mengingat rasa sakit hati Ayahmu waktu itu sangat besar, dan dia melakukannya untuk kebaikanmu juga. Memangnya benar, Jeno. Kamu harus segera melupakannya. Tidak baik menyimpan dendam terlalu lama. Maafkan masa lalumu dan hidup tenanglah."

The Painful First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang