CHAPTER 4

476 65 15
                                    

Jeno berbaring di kasur sambil menatap langit-langit kamar, hatinya dipenuhi keresahan. "Ini saatnya kamu melupakan aku..." pikirnya, mengkhawatirkan tindakan Mark. Ia mengepalkan kedua tangannya erat, mengingat semua rasa sakit yang pernah dialaminya.

"Tentu saja perbuatanmu padaku tidak termaafkan, Mark! Tetapi itu tidak menjelaskan mengapa kamu lakukan itu padaku! Kamu tidak tahu betapa aku menderita saat itu!"

Flashback On

Di lorong sekolah, Mark menghentikan langkahnya sejenak, memandang Jeno dengan pandangan merendahkan. "Dasar miskin," gumamnya sambil melewati Jeno.

Dari belakang, Jaemin tertawa terbahak-bahak, "Hahaha... lihat itu! Bahkan sahabatmu sendiri sudah tidak mau berteman denganmu, dasar pencuri miskin!"

"Mark! Jangan pergi!" teriak Jeno, namun Mark terus berlalu.

Jaemin dan teman-temannya tertawa puas, "Dasar pencuri!" salah satu dari mereka memukul Jeno dengan keras.

Dengan wajah terluka, Jeno perlahan bangkit berdiri, "Sudah kubilang... aku enggak mencurinya!" balas Jeno seraya melayangkan pukulan ke arah Jaemin.

Jaemin mengejek, "Berani-beraninya kamu memukulku! Siapa kamu, hah? Dasar miskin!" Jaemin membalas pukulan itu, dan mereka terlibat dalam perkelahian sengit sampai akhirnya Mr. Key datang dan melerai mereka.

Mereka berdua dibawa ke kantor Mr. Park, kepala sekolah. "Ada apa ini?! Kenapa kalian berdua berkelahi?" tanya Mr. Park dengan nada tegas.

Jaemin melirik Jeno sekilas sebelum menjawab, "Dia mencuri ponselku dan enggak ngaku!"

Jeno menoleh dengan marah, "Sudah kubilang berapa kali, aku enggak mencurinya! Mr. Key sudah memeriksa tasku dan tidak ada ponselmu di sana!"

Mr. Park menatap Jaemin dengan serius. "Jaemin, kenapa kamu yakin Jeno yang mencurinya? Ada buktinya?"

"Ada! Mark yang melihatnya! Mark enggak mungkin bohong," jawab Jaemin penuh percaya diri.

Mr. Park memberi perintah kepada Mr. Key, "Mr. Key, tolong panggil Tuan Mark ke sini."

Mark datang, dan ketika ditanya, ia mengeluarkan ponsel Jaemin dari sakunya. Semua orang di ruangan itu, termasuk Jeno dan Mr. Key, terkejut.

"Itu ponselku!" seru Jaemin dengan wajah puas.

Mark menjelaskan, "Aku menemukannya di bawah meja Jeno. Tadi Mr. Key hanya memeriksa tasnya."

Jaemin menatap Jeno dengan penuh kemenangan, "Dasar pencuri!"

Jeno merasa tak berdaya dan penuh kemarahan, "Itu bohong! Aku sama sekali enggak mengambilnya!"

Namun, Mr. Park tampak sudah mengambil keputusan. "Semua sudah jelas. Besok saya akan memanggil ayahmu, Jeno, dan beasiswamu akan dicabut. Kami tidak bisa menoleransi perbuatanmu ini."

"Tunggu, Mr. Park! Anda tidak bisa begitu saja mengeluarkan Jeno! Buktinya tidak cukup kuat untuk menuduhnya mencuri," bantah Mr. Key.

Mr. Park menjawab dingin, "Apakah Anda percaya pada siswa miskin yang serba kekurangan... atau pada anak dari keluarga terhormat?" Dengan sikap tak acuh, Mr. Park pergi meninggalkan ruangan.

Jeno hanya bisa menatap Mark dengan tatapan penuh pengkhianatan. "Mark, kita sudah berteman cukup lama. Kamu tahu aku tidak akan melakukan ini, kan? Kenapa kamu menuduhku?" tanyanya penuh rasa sakit.

Mark tersenyum sinis, "Teman? Kamu itu hanya bawahan yang harus menuruti majikannya! Jangan sok akrab. Lagipula, aku enggak mau berteman dengan pencuri sepertimu."

The Painful First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang