Prolog

1K 84 3
                                    

Mark Lee adalah pribadi yang baik hati dan berasal dari keluarga kaya. Selain itu, ia juga memiliki paras yang menawan. Orang-orang mengagumi dan menghormati keluarganya, namun Mark tidak pernah membedakan orang berdasarkan status atau kekayaan, termasuk dengan Lee Jeno.

Jeno hanyalah anak seorang supir pribadi keluarga Lee. Mark adalah satu-satunya yang bersedia berteman dengannya, dan bagi Jeno, Mark tampak seperti malaikat yang dikirim Tuhan untuknya. Setiap senyum yang keluar dari bibir Mark memancarkan keindahan, dan bagi Jeno, itulah cinta pertamanya.

□□●□□

Pagi itu, Jeno diam-diam mengamati Mark dari kejauhan. Baginya, Mark adalah sosok yang tak hanya baik hati, tetapi juga sangat menawan. 'Hari ini dia terlihat sangat cantik...' pikir Jeno dalam hati. Tak lama kemudian, seolah menyadari tatapan Jeno, Mark menoleh ke arahnya.

"Jeno," panggilnya.

Deg!

"I-iya?" sahut Jeno, sedikit kikuk.

"Ayo ke kantin sekarang," ajak Mark, dan Jeno mengangguk patuh, mengikuti sahabatnya menuju kantin.

Setelah istirahat berakhir, mereka kembali ke kelas dan duduk di tempat masing-masing. Mr. Key, guru mereka, memasuki ruangan dengan langkah tegas. "Selamat siang semuanya, tolong kumpulkan tugas kalian di meja saya!" serunya.

"Baik, Mr. Key!" sahut para siswa serempak, mengeluarkan buku tugas masing-masing. Tiba-tiba, Seunghan mengangkat tangan.

"Mr. Key! Katanya ponsel Jaemin hilang dari dalam tasnya," ujarnya, membuat suasana kelas menjadi riuh.

"Ponsel Jaemin hilang?" Mr. Key mengernyit, lalu menatap Jaemin. "Kamu yakin ponsel kamu hilang? Mungkin kamu salah taruh?"

"Yakin, Mr. Key. Tadi saya taruh di tas," jawab Jaemin sambil mengobrak-abrik tasnya dengan cemas.

Mr. Key menghela napas berat. "Saya sudah berulang kali memperingatkan untuk tidak membawa ponsel ke sekolah. Kalau tidak ada yang mengaku, saya akan periksa tas dan saku kalian satu per satu."

Suasana kelas langsung dipenuhi bisik-bisik para siswa. Lalu, tiba-tiba Mark mengangkat tangannya. "Mr. Key," panggilnya.

Seluruh kelas menoleh ke arahnya, termasuk Jeno yang sedari tadi memandangi langit melalui jendela.

"Ada apa, Mark?" tanya Mr. Key.

"Maaf, Mr. Key," ujar Mark dengan tenang, "tadi aku tidak sengaja melihat Jeno mengambil ponsel dari dalam tas Jaemin."

Deg!

"Hah?! Tidak, kok! Aku tidak mengambil ponsel Jaemin! Kamu tahu tadi aku hanya menyimpan bukuku!" bantah Jeno panik.

Jaemin menatapnya sinis. "Halah, ngeles! Di sini yang miskin cuma kamu."

"Sudah, jangan ribut!" potong Mr. Key tegas. "Biar saya periksa tas dan saku Jeno."

Dengan tangan gemetar, Jeno menyerahkan tasnya. "Baik, Mr. Key, silakan diperiksa. Saya tidak mengambil apa pun," ujarnya, berusaha tenang.

Mr. Key memeriksa tas Jeno dengan teliti dan menggeleng. "Tidak ada. Lagi pula, saya yakin bukan Jeno yang mengambilnya."

"Tapi Mr. Key, Mark kan siswa terbaik di sini. Enggak mungkin dia bohong!" sahut Jaemin keras kepala.

"Jaga ucapanmu, Jaemin! Jeno adalah anak yang baik dan jujur," tegur Mr. Key. Lalu, ia menatap Mark. "Kamu juga, Mark. Bukannya Jeno adalah sahabatmu? Jangan asal tuduh tanpa bukti!" Ia kemudian menenangkan kelas dan melanjutkan pelajaran.

Sore harinya, ketika bel pulang berbunyi, Jeno bergegas membereskan barang-barangnya dan meninggalkan kelas secepat mungkin. Namun, di pelataran sekolah, ia dihadang oleh Jaemin dan beberapa temannya.

"Mau apa kalian?!" seru Jeno dengan tatapan waspada.

Bruakk!

Jaemin langsung melayangkan pukulan ke wajah Jeno hingga ia tersungkur. "Dasar miskin!" cemooh Jaemin.

Jeno berusaha bangkit, mencoba bertahan. "Apa-apaan ini?!"

Jaemin kembali memukulnya, lebih keras kali ini. "Diam kau, pencuri! Mana ada maling ngaku!" Ia tertawa sinis.

Setiap kali Jeno mencoba menjelaskan, Jaemin hanya mengejek dan menghajarnya lebih brutal. "Rasakan ini!"

Jeno tak lagi bisa melawan, hanya bisa meringis kesakitan sambil merintih, "Sudah... berhenti... sakit..."

Namun, tiba-tiba terdengar langkah kaki mendekat. Jaemin berhenti sejenak, dan Jeno mendongak, menyipitkan mata mencoba mengenali sosok yang datang.

'Mark...' pikirnya penuh harap, 'Dia pasti akan menolongku.'

"Mark, tolong aku!" seru Jeno dengan suara bergetar.

Namun, Mark hanya berhenti sejenak, melirik Jeno tanpa ekspresi, lalu berbisik, "Dasar miskin," dan berjalan melewatinya begitu saja.

Deg!

Dunia Jeno seolah runtuh. 'Dia meninggalkanku? Apa dia benar-benar tidak peduli?!'

Jaemin tertawa puas melihat keterpurukan Jeno. "Hahaha... lihat itu! Bahkan sahabatmu sendiri sudah tidak mau berteman denganmu. Dasar pencuri miskin!"

"Mark! Jangan pergi!" Jeno berteriak putus asa, namun Mark terus berjalan tanpa menoleh sedikit pun.

Tawa Jaemin dan pukulan demi pukulan kembali menghujani Jeno. Ia hanya bisa pasrah menerima semuanya, merasakan luka fisik dan hati yang tak tertahankan.

Di tengah penderitaan itu, Jeno berbisik dalam hati, 'Apa selama ini kamu hanya berpura-pura baik padaku, Mark? Kamu sungguh kejam... Aku bersumpah tidak akan melupakan rasa sakit ini. Suatu hari nanti, kamu akan merasakan penderitaan yang sama seperti aku.'






























To Be Countine!

The Painful First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang