3

134K 266 0
                                    

Aku memelankan langkahku, ketika aku sudah mendekati depan pintu kamar kosong.

Aku berhenti melangkah sejenak di depan pintu kamar, melihatnya yang sedang berdiri di tangga besi lipat itu. Kedua telapak tangannya ke atas sedang memperbaiki AC yang tidak tahu rusak atau tidaknya.

Untungnya, mas Bromo juga tidak mengeceknya terlebih dulu. Dia langsung buka-buka saja, dan memeriksanya.

Mungkin sebenarnya mas Bromo merasa gugup kepadaku, hingga dia lupa untuk mengeceknya terlebih dulu.

Aku melangkah masuk ke dalam kamar. Aku berdiri di samping tangga, di bawahnya yang sedang berdiri di tangga besi lipat ini.

"Hati-hati mas? Awas jatuh?" Ucapku sekedar basa-basi sambil memegang tangga besi lipat dengan telapak tanganku yang lembut ini.

Aku pun memegang tangga besi ini, sekedar menempelkan telapak tangan saja. Takut kotor dan lecet telapak tanganku yang lembut ini.

Sambil memegang tangga besi lipat ini, kedua mataku tertuju kearah atas, melihat tonjolan kepunyaannya mas Bromo yang telihat besar itu.

Mas Bromo menengok ke bawah menatapku, sambil kedua telapak tangannya tetap berada diatas memegang box AC. "Tidak perlu di pegangin koq Din?" Ucapnya.

"Tidak apa-apa koq mas. Saya takut nantinya kamu jatuh. Nggak seru kan, kalau nantinya kamu jatuh dari tangga." Ucapku.

Gereget banget aku melihat tonjolan kepunyaannya itu. Ingin sekali memegangnya.

"Ya sudah kalau gitu." Ucapnya.

"Iya mas." Ucapku.

Mas Bromo kembali menatap kearah atas, memeriksa AC itu.

Setelah beberapa saat kemudian.

"Sepertinya, tidak ada kabel maupun yang lainnya, yang rusak Din?" Ucapnya sambil menatap AC itu.

"Masa sih mas?" Ucapku masih berdiri sambil memegang tangga besi lipat ini.

"Coba, tolong ambilkan remotnya Din?" Ucapnya.

'Hah, kenapa harus secepat itu sih, dia memeriksanya?' Hatiku.

"Oh iya mas. Saya ambilkan dulu?" Ucapku.

"Terima kasih." Ucapnya.

Aku melepaskan tangan kananku dari tangga. Sejenak aku mengusap-ngusak telapak tangan kananku ini. Aku melangkah menuju tempat remot yang berada di samping pintu kamar.

Ceklek!

Aku menutup pelan pintu kamar ini. Aku mengambil remot AC. Aku melangkah. Aku berhenti melangkah di depan tangga, tepat berada di bawahnya yang sedang berada diatas tangga itu.

Mas Bromo menurunkan kedua kakinya di beberapa tangga, lalu berhenti.

Terlihat semakin sangat jelas tonjolan besar miliknya itu, ketika dia menuruni tangga lipas besi ini tadi. Semakin merangsang aku di buatnya.

Apalagi, dia berhenti menghadapakan tonjolan bawahnya tepat berada di depan wajahku.

"Ini mas?" Telapak tangan kananku menyodorkan remot.

Telapak tangan kanannya mas Bromo meraih remot yang aku berikan kepadanya "Terima kasih." Ucapnya sambil memegang remot AC.

"Sama-sama, mas." Ucapku.

Mas Bromo kembali menaiki tangga. Mas Bromo menekan remot AC itu, menyalakan AC. Seketika langsung terasa dingin di dalam ruangan ini, karena sebenarnya AC itu, tidaklah rusak.

'Mas-mas, mau saja kamu, di bohongi sama aku.' Hatiku berkata sambil tersenyum dan juga sambil menatap tonjolan miliknya itu.

"Iya mas, ternyata ACnya tidak rusak." Ucapku.

Candu Sex Bertiga ( Biseksual )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang