Prolog

49 2 0
                                    

*****

NABASTALA

Kisah tentang kehidupan seorang gadis yang percaya setiap takdir akan selalu baik, ketika ikhlas menerimanya. Tentang sebuah rasa yang harus tertahankan bahkan kesempatan berikutnya belum mampu tersampaikan.

Maaf, jika kisah ini tidak seperti cerita remaja yang diawali bahagia. Kisah ini dimulai dari kata perpisahan. Perpisahan yang walau menyakitkan namun karena kehadiran sosoknya, menjadi alasan untuk tetap bertahan.

****

April setahun lalu, seluruh kemampuan telah dilakukan oleh tim medis. Kecelakaan besar yang merenggut nyawa dua keluarga, dan hanya menyisahkan satu gadis cantik selamat dan terbaring lemah sudah sebulan lamanya. Rayna Sanitya Nabastala gadis kelahiran Australia.

"Dad, Mom, mau bicarakan apa? Dan kita mau kemana sekarang?"

"Sanny Sayang. Dengarin mommy ya. Mom and Dad mulai sekarang gak bisa bareng kamu lagi. Kamu harus terus hidup bersama Rayna, sahabat baru kamu selama disini."

"Tapi Sanny gak mau, Mom Dad. Sunny pengen bareng kalian. Aku kesepian disana."

Dari tempat lain terlihat satu keluarga menyaksikan moment perpisahan itu. Tidak ada yang sanggup ditinggali ataupun meninggali orang yang paling disayang.

"Nak, dengarkan kata mommy kamu. Kamu mirip banget dengan anak aunty ini." Risa ibu Rayna menyamakan tingginya dengan Sanny yang tengah duduk bersama isakan tangisnya. "Tapi, hanya kamu yang bisa kembali." lanjutnya.

"Tapi aun-" belum melanjutkan sanggahannya, Rayna pun buka suara.

"Sanny, sini deh lihat aku. Kita mirip banget. Takdir Allah selalu indah, San. Aku beruntung banget bisa bertemu dan punya sahabat kayak kamu. Selain punya wajah sama, kehidupan kita ternyata mirip." sarkas Rayna

"Kamu mau kan ngabulin satu permintaan kami semua?"

"Kami semua sayang kamu, San. Aku gak ngelarang kamu kok jika sedih nantinya. Tapi kamu harus terus semangat untuk hidup. Kami akan selalu ada disini." Rayna sambil menunjuk bagian hati Sanny.

"Ak-aku, Ray-"

Jemari tangan Rayna masih bergerak.
"Sannnny" suara Rayna pun terdengar dan perlahan terbangun dari komanya. Yang pertama dilihatkan adalah langit yang berwarna putih dan kepala yang masih terbalutkan perban. Tanyanya dalam hati, kenapa dia ada disini? Bukannya beberapa menit lalu ia sedang membujuk Sanny bersama ayah dan ibunya beserta kedua orang tua Sanny.

"Ray, kamu udah sadar. Aku panggilin dokter dulu ya" seraya kakak Rayna.

Arkian Ragastra Nabastala, kakak Rayna. Tak ada yang mengira, diusianya baru menginjak 22 tahun ia telah menyandang gelar doktor. Kini, satu beban yang ia dapatkan adalah menggantikan sosok figur ayah dan bundanya demi kebahagiaan adiknya tersebut serta melanjutkan bisnis yang dirintis oleh ayahnya.

"Adik kamu beruntung dan kuat. Sangat jarang menemukan kasus seperti ini." jelas dokter. "Sekarang nak Rayna istrahat dulu lagi, ya. Saya mau bicara dengan kakakmu sebentar."

Rayna mengangguk pelan dan mencoba menutup mata kembali untuk istrahat. Terlalu banyak pertanyaan yang membuat ia lelah memilikikan jawabannya. Bayanganpun muncul kembali.

"Sanny, kamu dimana? Temui aku, San."

"SANNYYY...."

"Rayna. Kamu kok kesini lagi?" tanya Sanny.

"Aku yang harusnya nanya kamu, San. Kenapa bukan aku yang bareng ayah dan bunda?"

"Aku juga gak tau, Ray. Tapi, aku bahagia disini. Seperti kata kamu, karna kamu udah dapat kesempatan jadi lanjutin hidup kamu disana ya."

"Tapi, aku bakal kesepian Sun. Aku butuh kamu dan ayah-bunda serta aunty-uncle."

"Kamu punya kak Arkian yang sayang banget dengan kamu. Jika aku yang ada diposisi kamu, aku bakal lebih kesepian Ray. Selain mom and dad, aku udah gak punya siapa-siapa lagi"

"Kamu sendiri yang bilang kan, Ray. Rencana Allah selalu indah" lanjut Sanny sembari tersenyum kepada sahabat yang mirip dengannya itu.

"Saann, tapi akk-u-"

Sebelum melanjutkan perbincangannya, Rayna pun tersadar kembali akibat genggaman hangat tangan sang kakak. Sanny benar. Dia sangat beruntung punya kakak seperti Arkian. Tanpa mendengar cerita dari Arkian, Rayna sudah mengetahui dan menerima kenyataan bahwa nyawa ayah dan bundanya tidak dapat tertolong.

****

Pepatah mengatakan kesempatan tidak datang dua kali. Jikalau iya, yang berikutnya adalah bonus.

****


Gimana intronya? Kalau banyak yang suka, aku makin semangat bercerita.
Hehe :)

Rayna NabastalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang